Naughty Neighbor

tami ilmi
Chapter #8

Chapter #8 Sulit Berteman

Mereka sampai di sebuah mall di kota itu. Suasana diantara mereka berdua cukup cair, itu juga yang tidak terduga membuat Rania sering tersenyum dan entah mengapa merasa lebih bebas. Sebelumnya jika pergi keluar Rania tidak pernah merasa nyaman. Perempuan itu memilih jalur pekerjaan di rumah karena tidak nyaman berada di luar rumah. Tapi dengan Nugrah, semuanya seolah berbeda.

“Kurang apa lagi?” Rania bertanya melihat keranjang belanjaan yang sedikit sudah penuh. Nugrah tersenyum.

“Banyak ternyata.” Laki-laki itu masih tertawa lagi sambil mendorong keranjang belanja berukuran sedang.

“Banyak makanan.” Rania tersenyum mengejek Nugrah sedikit.

“Iya si, cuma buat persediaan saja. Aku banyak bekerja di rumah juga soalnya.” Nugrah membuat Rania merasakan sebuah kesamaan ketika mengucapkan ini.

“Emang di rumah ngapain?” Rania bertanya masih sambil tersenyum dan berjalan di samping Nugrah.

“IT, content creator, analis, trus konsultan. Sama buat beberapa materi gitu.” Nugrah masih memperhatikan barang yang dia butuhkan.

“Banyak.” Rania tersenyum sambil menoleh.

“Karena itu, susah keluar rumah. Dan juga gak bosen si. Kadang jadi gak punya temen aja.” Nugrah tersenyum menoleh juga melihat Rania.

“Tapi bener si, aku juga memilih untuk kerja di rumah dan memang gak suka diganggu.” Rania seolah menguatkan pendapat Nugrah.

“Sebenarnya aku suka keluar rumah, tapi ada kerjaan terus. Justru freelancer kan harus senang ketika banyak klien. Jadi kadang aku sama sekali tidak mementingkan hal lainnya.” Nugrah kembali menjelaskan apa yang dia pikirkan. Sebenarnya pembicaraan dan menjadi seseorang dengan personality seperti ini tentu membuat Rania tertarik. Nugrah hanya menebak bagaimana Rania dan juga mencari celah untuk bisa lebih dekat.

“Daripada keluar rumah tapi gak ada kerjaan? Gak ada uang? Mau gimana?” Rania tersenyum lagi membenarkan apa yang dilakukan Nugrah.

“Tapi hari ini kamu gak ada kerjaan?” Rania bertanya kepada Nugrah yang sedang melihat mie instan.

“Memang kosong si, aku kebetulan sudah menyelesaikan pekerjaan untuk beberapa hari ke depan. Tapi, ada beberapa klien yang sebenarnya membuat aku sedikit berfikir lebih.” Rania tersenyum mendengar apa yang Nugrah katakan.

“By the way, setelah ini makan di sini aja ya? Aku sudah lama gak makam fastfood.” Nugrah terlihat tersenyum mengajak Rania. Perempuan itu mengangguk sambil tersenyum. 

“Bilang aja mau traktir.” Rania menyambut ajakan Nugrah dengan sebuah candaan.

“Pasti lah, kamu tidak risih dengan aku yang terlihat berusaha akrab?” Nugrah bertanya setelah meletakkan beberapa bungkus mie instan goreng dengan merek ternama.

Lihat selengkapnya