Rania telrihat kesal setelah keluar untuk mengantarkan keponakannya pergi ke sekolah. Beberapa pembicaraan tetangga belum terlepas darinya. Perempuan itu bahkan mendengar sesuatu yang paling membuatnya kesal. Rania perempuan gampangan yang bisa diajak kemana saja hanya dengan diberi sekantong belanjaan. Sudah hampir beberapa hari perempuan itu sedang memperhatikan apa yang akan dibicarakan oleh tetangganya itu, tapi ketika perempuan itu tahu dia segera menuju ke kamarnya. Tentu tanpa ragu dia membuka laptopnya dan kemudian melakukan sedikit trik.
“Biar tahu rasa!” Rania memekik sendiri dan kemudian tersenyum.
“Kalian akan sibuk dengan ini dan tidak bisa membicarakan aku lagi. Nanti jika kurang akan aku tambahkan lagi.” Rania terlihat puas dengan apa yang dia kerjakan baru saja. Perempuan itu hanya menunggu beberapa lama dan kemudian dia bersiap pergi menjemput keponakannya di jam setengah sebelas.
“Sudah periksa tagihan listrik? Katanya semua pada naik.” Samar Rania mendengar Ibu bertanya ketika melintas.
“Belum, kata siapa naik?” Rania berhenti sebentar pura-pura mencari kunci untuk mendengarkan kedua orang tuanya.
“Kata orang-orang, tadi pada ngumpul karena bingung tagihan nambah.” Ibu Rania terdengar bersemangat bercerita.
“Tapi mereka tahu darimana?” Bapak Rania bertanya dengan serius.
“Mba Isah tadi mau bayar listriknya, biasa lah kaget tapi ya dibayar. Nah ada Ibu Momo yang ujung itu, dia juga begitu. Tapi dia gak mau bayar. Malah marah-marah katanya.” Ibu terdengar lebih bersemangat bercerita.
“Nia!” Suara rendah memanggil Rania. Perempuan itu tahu jika itu adalah ayahnya.
“Kenapa?” Rania menjawab segera karena terkejut. Kedua orang tuanya tersenyum melihat Rania yang hendak menjemput keponakannya.
“Katanya tagihan listrik naik?” Bapak bertanya dengan serius.
“Sudah Rania bayar pak, dua ratus atau tiga ratus ribu kalau tidak salah.” Rania menjelaskan. Bapak dan Ibu Rania terdiam, karena tidak ada pertanyaan lagi, Rania segera berangkat menjemput keponakannya. Ketika Rania keluar, beberapa Ibu-Ibu sedang heboh dengan tagihan listrik yang ketika di cek sangat naik serentak. Perempuan itu juga melihat ada Nugrah yang hendak keluar dari rumah. Laki-laki itu ternyata melihat Rania juga dan justru masuk ke dalam mobil. Rania perlahan mengeluarkan motornya, tapi belum sempat keluar, mobil Nugrah berhenti di depan halaman rumah Rania.
“Mau kemana?” Nugrah terlihat masuk ke halaman rumah Rania.
“Jemput keponakan sekolah.” Rania menjawab singkat dan kembali tergesa naik motor.
“Bareng aku aja, sekalian ke kantor listrik.” Nugrah terlihat serius dengan apa yang dia katakan.