Saat ini, Sekolah SMA DharmaWangsa menjadi topik trending di stasiun televisi dan koran-koran. Selama 3 hari berturut-turut, 3 murid dari Sekolah ini kehilangan nyawanya. Hal itu membuat Pak Agus, selaku Kepala Sekolah SMA DharmaWangsa membuat sebuah pidato singkat untuk para murid.
"Selamat pagi, para siswa/i yang sangat Bapak cintai."
Para siswa/i menjawab dengan serempak sapaan Pak Agus. Pak Agus menatap satu persatu murid-muridnya yang tengah berdiri di dalam Aula ini.
"Bapak sangat merasa terpukul mendengar kabar kepergian 3 orang murid dari sekolah tercinta kita. Farrel Renggana, Lolita Lauren dan Fajar Kennedy. Sekolah kita bahkan menjadi topik hangat pembicaraan di televisi dan koran-koran saat ini."
Seluruh murid saling berbisik-bisik saat mendengarnya.
"Mohon perhatiannya semua." Seluruh murid kembali memperhatikan Pak Agus.
"Untuk itu Bapak berharap sangat kepada kalian untuk berhati-hati baik dalam berkendara atau keluar dari rumah. Sudah cukup kabar ini mengguncang saya. Jangan sampai ada lagi korban diantara kalian."
Pak Agus menarik napas sesaat, "Sekian yang ingin saya sampaikan kepada kalian. Untuk menutup pidato singkat saya di pagi hari ini, mari kita berdo'a untuk ketenangan jiwa mereka. Do'a dimulai."
Semua orang mulai berdo'a menurut kepercayaan mereka.
"Do'a selesai." Pak Agus tersenyum tipis, "Terima kasih dan silahkan kembali ke kelas kalian masing-masing."
Mereka semua kembali ke kelas masing-masing. Namun tidak untuk Bayu. Laki-laki itu menggerakkan kakinya menuju ke kelas Ayunita.
Matanya menyusuri setiap murid yang ada. Namun, kursi yang biasanya diduduki oleh Ayunita kosong. Dahi Bayu berkerut. Kemana gadis itu pergi?
"Ada apa, Kak?" Tanya seorang siswi dari dalam kelas itu.
"Ayunita-nya ada?" Tanya Bayu yang dijawab gelengan oleh siswi itu.
"Nggak ada, Kak. Kayaknya sih nggak dateng." Jawab siswi itu membuat Bayu termangut-mangut mengerti.
"Thanks kalo gitu." Ucap Bayu kemudian keluar dari kelas Ayunita.
Bayu kemudian mengeluarkan ponselnya. Mencoba menghubungi gadis itu. Tersambung namun tidak diangkat.
Bayu mendecak pelan. Tak biasanya Ayunita tidak mengangkat panggilannya. Apa terjadi sesuatu pada gadis itu?
Bayu melangkahkan kakinya keluar dari Sekolah. Ia tak peduli dengan suara teriakan Pak Bagas yang memanggil namanya. Ia harus bergegas mengetahui secara detail semua kejadian ini.
-ooo-
Bayu akhirnya tiba di depan rumah Ayunita. Bayu mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi Ayunita lagi. Namun, sama sekali tidak diangkat.
Bayu melayangkan tangannya mengetuk pintu rumah Ayunita. Tak berapa lama, pintu terbuka dan menampilkan sosok Mbok Ina.
"Eh, Mas Ganteng. Ada apa, Mas? Nyari Neng Ayu?"
"Iya Mbok. Ayunita-nya ada di rumah? Soalnya tadi saya cariin Ayunita-nya nggak ada di kelas." Ucap Bayu dengan sopan.
"Mbok sih kurang tau ya, Mas. Tapi tadi Neng Ayu pergi bareng sama Neng Vanessa."
"Vanessa, Mbok? Kemana?" Tanya Bayu lagi. Mbok Ina meringis pelan.
"Aduh, gimana ya, Mas. Saya juga kurang tau. Tapi, dari pakaiannya, kayaknya mau ngunjungi temennya yang baru meninggal itu, Mas."
Bayu terdiam sesaat kemudian tersenyum ramah, "Gitu ya, Mbok. Kalo gitu saya pamit pergi dulu ya, Mbok. Makasih Mbok atas infonya."
"Iya, Mas. Sama-sama. Hati-hati Mas. Jangan ngebut." Ucap Mbok Ina yang dijawab anggukan oleh Bayu. Bayu kemudian berjalan menuju kearah mobilnya berada. Tangannya meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Vanessa.
"Halo, Kak? Ada apa?"
Bayu menghela napas lega. Akhirnya ada yang bisa dia hubungi. Suara Vanessa terdengar parau. Seperti habis menangis.
"Ayunita lagi sama lo?" Tanya Bayu sambil memasang seatbelt-nya.
"Iya, Kak. Ada apa? Mau ngomong sama dia?"
"Iya, tapi nanti aja deh gue ngomong langsung sama dia. Lo dimana sekarang?" Bayu mulai menyalakan mesin mobilnya dan mengarahkannya keluar dari rumah Ayunita.
"Gue lagi di rumah Lolita. Tapi bentar lagi ke rumah Fajar."
"Oh, oke. Gue tunggu lo berdua di rumah Fajar."
Telfonpun diputus sepihak oleh Bayu. Bayu kemudian memfokuskan pikirannya mengemudi mobilnya.
-ooo-
Bayu menunggu Ayunita dan Vanessa di depan rumah Fajar. Ia tadi juga sudah melihat jenazah Fajar dan menyalim orangtua Fajar.
Mobil hitam tampak terparkir di halaman rumah Fajar. Terlihat dua orang gadis keluar dari mobil itu. Ayunita dan Vanessa. Siapa lagi jika bukan kedua gadis itu?
"Kak ... Bayu?" Ucap Ayunita merasa terkejut dengan kehadiran Bayu di tempat ini. Vanessa izin masuk terlebih dahulu, meninggalkan Ayunita dan Bayu berdua.
"Gue mau ngomong sama lo." Ucap Bayu kemudian ditolak halus oleh Ayunita. Ayunita merasa tak pantas lagi berbicara dengan Bayu.
"Nanti aja, Kak. Gue nemuin bokapnya Fajar dulu." Ucap Ayunita kemudian melenggang masuk kedalam.
"Om, maafin Ayu sama Vanessa ya datangnya telat. Tadi kita harus ngasih keterangan untuk tragedi kecelakaan Fajar kemarin." Ucap Ayunita yang dibalas senyuman tipis oleh Ayah Fajar.
"Gapapa. Yang penting kalian hadir untuk mengantar Fajar ke peristirahatan terakhir."
Mereka kemudian duduk di sisi Ayah Fajar. Lelaki paruh baya itu tampak sedih sekali kehilangan Fajar. Ayunita menatap foto Fajar yang tampak tersenyum lebar sampai memamerkan deretan giginya.
"Putra Om satu-satunya sudah pergi. Om nggak punya siapa-siapa lagi selain Fajar di dunia ini. Ibunya dulu sudah meninggal saat melahirkan Fajar. Sekarang, Fajar yang meninggalkan saya di usia saya yang tua ini. Kejam betul takdir hidup ini."
Vanessa sudah terisak pelan. Sementara Ayunita menatap sedih foto Fajar.
Fajar Kennedy. Laki-laki itu sudah kembali kepada Sang Pencipta.