NAURA

Cindy Tanjaya
Chapter #16

15 : Jebakan

Bayu barusaja tiba di depan rumah Ayunita. Bayu merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, kemudian melangkah menuju pintu utama rumah Ayunita. Bayu melayangkan tangannya mengetuk pintu itu sambil memanggil nama Ayunita.

Pintu terbuka dan menampilkan wajah Ayunita dengan senyum terpaksanya. Bayu mengernyitkan dahinya bingung.

"Lo kenapa? Kok kelihatan cemas gitu mukanya?" tanya Bayu sambil meneliti raut wajah Ayunita yang masih terlihat cemas.

"Kakak masuk aja dulu. Entar gue jelasin." jawab Ayunita kemudian Bayu melangkah masuk kedalam rumah Ayunita. Bayu mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruang tamu yang diikuti oleh Ayunita.

Mbok Ina datang membawakan cemilan dan minuman dingin untuk Bayu dan Ayunita. Setelah meletakkan barang-barang itu, Mbok Ina pamit kembali ke dapur.

Bayu meneguk minuman dingin itu secara perlahan, "Jadi bisa lo jelasin kenapa muka lo kelihatan cemas gitu?" tanya Bayu sambil meletakkan minuman itu kembali ke meja.

Ayunita kemudian mengangkat kotak paket kiriman yang di terimanya pagi ini, kemudian menyerahkannya pada Bayu.

Bayu menerima paket itu dengan ragu, "Ngapain lo ngasih kotak paket gini?"

"Kakak buka aja." ucap Ayunita. Bayu menghela napas pelan, kemudian mulai membuka kotak paket itu. Dahinya berkerut saat melihat isinya.

"Ini apaan? Kok ada buku catatan kecil, pulpen sama cokelat gini?" tanya Bayu sambil menatap Ayunita heran.

"Kak Bayu nggak ngerasa pernah ngelihat barang-barang ini?" tanya Ayunita balik. Bayu terdiam. Sejak tadi, memang ia sudah merasa tidak asing dengan barang-barang ini.

Bayu kemudian meraih buku catatan kecil dari dalam kotak itu dan membukanya. Dugaannya benar. Barang-barang ini semua milik Naura. Bayu menatap Ayunita cepat.

"Ini maksudnya apaan? Gimana bisa barang-barang Naura ada sama lo?" tanya Bayu langsung dengan sorot mata serius.

Ayunita menghela napas panjang, "Pagi ini gue dapet paket kiriman. Gue awalnya nggak tau siapa yang ngirim sampe peneror itu nelfon gue, baru gue tau kalo dia yang ngirim barang-barang gini." terang Ayunita menceritakan kejadian pagi ini pada Bayu.

"Ini aneh banget." Mata Bayu menatap buku catatan kecil di tangannya, "Gimana bisa orang itu ngirim barang-barang Naura sama lo? Logikanya, dia kenal Naura darimana?"

Ayunita menggelengkan kepalanya, "Gue juga nggak tau, Kak. Tapi—" Ucapan Ayunita terhenti. Matanya menatap Bayu ragu.

"Tapi apa? Kenapa berhenti?" tanya Bayu tampak penasaran.

"Tapi, apa mungkin orang misterius selama ini nyokapnya Naura?" tanya Ayunita membuat Bayu terdiam seketika.

"Lo nggak bisa buat kesimpulan kayak gitu, Yu." tegur Bayu.

"Iya, gue tahu. Tapi, lo juga harus tahu, Kak. Fajar ditabrak lari sampe meninggal sama mobil hitam persis kayak mobil nyokapnya Naura. Gue—"

"Yu!" seru Bayu sambil menatap Ayunita tajam, "Stop."

Ayunita mendengus kasar. Bagi Bayu, mungkin hal ini cukup mustahil. Tetapi, Ayunita menyaksikan kejadiannya sendiri. Mobil hitam milik Ibunya Naura itu melaju kencang hingga menabrak Fajar.

Seketika keadaan hening. Ayunita menatap Bayu yang masih larut dalam pikirannya. Entah apa yang dipikirkan laki-laki itu.

Mata Bayu kemudian bergerak menatap Ayunita dengan serius, "Kalo gitu, ayo kita buktikan." ucap Bayu tiba-tiba.

"Buktikan?" ucap Ayunita mengulang.

Bayu mengangguk, "Ya, buktikan dugaan negatif lo tentang nyokapnya Naura."

-ooo-

Bayu dan Ayunita kini sudah sampai di depan rumah Naura. Bayu mengetuk pintu utama rumah Naura berkali-kali, namun tidak ada respon dari sang pemilik rumah.

"Tante." panggil Ayunita sambil mengintip dari jendela. Keadaan rumah yang gelap, membuat Ayunita tak dapat melihat dengan jelas.

"Mas sama Mbak nya ngapain?" tanya salah seorang dari Ibu-Ibu yang barusaja hendak lewat.

Ayunita dan Bayu memutar balik tubuhnya menghadap Ibu itu.

"Nyariin pemilik rumah ini, Buk. Pemiliknya kemana ya, Buk? Soalnya daritadi kami panggil nggak ada sahutan dari dalam." tanya Ayunita sopan sambil melangkah mendekati kumpulan Ibu-Ibu itu. Bayu juga turut ikut dari belakang.

"Pemiliknya udah pindah, Mbak. Seminggu setelah anaknya meninggal." jawab salah satu Ibu-Ibu itu.

"Emang Mas sama Mbak nya ini siapanya Mbak Daniar?" tanya Ibu itu tampak penasaran.

Lihat selengkapnya