Lima tahun kemudian ...
Ayunita dan Bayu kini tengah berada di TPU Karet Bivak. Hari ini adalah hari memperingati kematian Naura yang ke lima tahun. Untuk itu, mereka menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Naura.
Seperti biasa, Bayu membawakan bunga mawar putih untuk Naura. Ayunita menggerakkan tangannya mengusap batu nisan bertuliskan nama Naura disana.
“Gue kangen sama lo, Ra.” Ujar Ayunita sambil menatap sendu batu nisan Naura. “Gue minta maaf atas kesalahan gue di masa lalu. Gue akui, gue terlalu bodoh waktu itu. Gue bener-bener nyesel, Ra.” Ujar Ayunita dengan suara bergetar. Bayu mengusap bahu Ayunita, berusaha menguatkan wanita itu. Ayunita menoleh, kemudian melemparkan senyum pada Bayu yang kini juga tersenyum padanya.
“Seperti biasa, aku bawain bunga untuk kamu.” Ujar Bayu lalu meletakkan bunga itu pada sisi samping batu nisan Naura.
“Seperti yang kamu lihat. Aku sama Ayunita sekarang udah tunangan.” Ujar Bayu sambil menggenggam tangan Ayunita dengan erat.
“Aku ucapin terima kasih banyak sama kamu. Kamu perempuan terbaik yang pernah hadir didalam kehidupan aku. Aku sayang sama kamu, Ra. Meskipun Ayunita kini udah menempati hati aku, masih ada ruang untuk kamu di hati aku.” Ujar Bayu kemudian mengusap batu nisan Naura.
“Gue juga mau ucapin terima kasih sama lo. Lo teman terbaik yang pernah gue punya, Ra. Temen yang luar biasa buat gue.” Ujar Ayunita kemudian mengajak Bayu untuk berdo’a.
Mereka kemudian pergi dari TPU itu. Tanpa mereka sadari, sesosok bayangan putih perempuan mirip seperti Naura sedaritadi tengah mendengarkan pembicaraan mereka. Wajahnya yang bercahaya kini tengah mengukir senyum.
-ooo-
Bayu menghentikan mobilnya didepan halaman rumah yang tidak dikenal Ayunita. Rumah siapa ini?