NAURA

Cindy Tanjaya
Chapter #3

Teman Baru

“Nanti kamu dijemput Mang Ujang ya, nak. Mama nggak bisa jemput kamu hari ini. Mama ada urusan di Butik.” Ujar Daniar yang dijawab anggukan oleh Naura. Naura melepas seatbelt-nya, lalu mengecup singkat kedua pipi Daniar. Naura keluar dari mobil, lalu melambai kearah Daniar sebelum mobil hitam itu melesat pergi dari hadapannya.

Naura berbalik dan menatap sekolahnya untuk kedua kalinya. Hari ini adalah hari keduanya bersekolah ditempat ini. Naura menarik napas dalam-dalam, kemudian berucap dalam hati bahwa ia bisa menjadi normal seperti yang lainnya.

Naura melangkah masuk kedalam gedung sekolahnya. Naura melangkah santai dengan raut wajah tenang walau ia samar-samar mendengar bisikan tak sedap tentang dirinya. Ada yang mengatakan bahwa dirinya tak pantas bersekolah disini, ada yang mengatakan bahwa anak cacat sepertinya seharusnya bersekolah di sekolah berkebutuhan khusus, bahkan lebih parahnya ada yang mengatakan bahwa dirinya itu anak cacat yang beruntung bisa bersekolah di tempat ini.

Naura menghela napas pelan. Ia tak mau ambil pusing omongan orang-orang disekitarnya. Toh, yang menjalani hidup adalah dirinya, bukan orang-orang yang barusaja menghinanya. Bukankah begitu?

Naura memasuki kelasnya dan mendapati Ayunita tengah sibuk dengan earphone yang terpasang pada kedua lubang telinganya. Naura tersenyum hangat, kemudian melangkah mendekati gadis yang sibuk dengan dunianya sendiri itu.

Naura kemudian duduk disebelahnya, menatap Ayunita yang tampak menggerakkan kepalanya mengikuti alunan lagu yang tengah didengar oleh gadis itu. Ayunita sepertinya tidak sadar dengan kehadiran Naura. Naura kemudian menepuk pundak Ayunita agar gadis itu kembali pada dunia sekitarnya. Ayunita tampak kaget, kemudian mendengus kesal saat tahu Naura-lah yang menepuknya. Ayunita melepas earphone yang terpasang ditelinganya.

“Kenapa?” Tanya Ayunita yang dijawab gelengan oleh Naura. Naura kemudian menulis sesuatu pada notebook yang menggantung dilehernya. Lalu membalikkannya menghadap Ayunita.

‘Kamu kelihatan asik banget sama dunia kamu.’

“Daripada gue tidur dikelas, mending dengerin musik.” Sahut Ayunita santai, kemudian mencabut earphone yang tersambung pada ponselnya dan menyimpannya pada kantong roknya. Naura menuliskan sesuatu pada notebook-nya, kemudian membalikkannya menghadap Ayunita.

‘Kamu mau nggak, ngajak aku keliling sekolah? Aku masih nggak gitu paham sama sekolah ini.’

“Oke. Ntar istirahat bareng gue.” Ujar Ayunita membuat Naura tersenyum senang, kemudian menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Bel masuk berbunyi membuat mereka harus menghentikan percakapan mereka. Guru pun masuk menandakan kegiatan belajar akan dimulai.

-ooo-

Bel Istirahat berbunyi. Seluruh murid SMA DharmaWangsa segera keluar dari kelas mereka. Ayunita dan Naura kini tampak berjalan beriringan mengitari sekolah. Sesuai janjinya, Ayunita mengajak Naura untuk berkeliling sekolah.

 “Ini ruang laboratorium. Ada lab Kimia, lab Komputer, yang lain sebagainya.” Ujar Ayunita membuat Naura termangut-mangut mengerti. Mereka kemudian melanjutkan langkah mereka. Kemudian berhenti pada satu ruangan yang membuat Naura tampak antusias.

“Kayak yang lo liat, ini ruang Perpustakaan. Tempat bagi anak kutu buku kayak mereka.” Ujar Ayunita membuat satu anak SMA berkacamata menoleh kearahnya. Ayunita tampak tak peduli, kemudian mengajak Naura kembali berkeliling.

Kali ini mereka berhenti tepat di Kantin. Naura tampak menghela napas pelan saat melihat kantin begitu ramai. harus diakui, Naura benci dengan yang namanya Kantin. Karena dulu ia pernah di-bully tepat di Kantin sekolah. Dan itu tampaknya membuat rasa takut menetap di hatinya.

“Yah, ini namanya kantin.” Ujar Ayunita kemudian menarik Naura untuk duduk disalah satu kursi Kantin.

“Lo mau pesen apa? Biar gue pesenin.” Ujar Ayunita membuat Naura menggeleng. Naura kemudian menulis sesuatu pada notebook-nya, lalu membalikkan arahnya menghadap Ayunita.

‘Aku udah bawa bekal dari rumah.’

Ayunita mengangguk paham saat matanya menangkap kotak makan yang dipegang Naura. “Yaudah, lo tunggu disini. Gue mau pesen makanan.” Ujar Ayunita yang dijawab anggukan oleh Naura. Ayunita perlahan pergi dari hadapannya.

Naura menatap orang-orang yang tampak begitu akrab berbicara dengan temannya. Ada yang berteriak, ada yang tampak kesal diganggu oleh temannya dan ada juga yang tertawa senang. Naura menghela napas pelan. Ia ingin sekali merasakan kehangatan dalam perkumpulan teman.

Namun, tampaknya yang mampu menerima dirinya saat ini hanyalah Ayunita. Gadis itu walau masih bersikap cuek, setidaknya tidak mengacuhkannya dikala ia membutuhkan. Seperti tadi, saat ia kesulitan menjawab pertanyaan. Ayunita dengan senang hati membantunya menjawab pertanyaan itu. Dan Naura perlu mensyukuri hal itu.

Naura menghela napas sesaat, kemudian memulai kegiatan makannya. Ia membuka kotak bekal makannya, lalu meraih sendok dari dalam kotak bekal makannya. Sajian didalam kotak bekal makannya hanya nasi goreng dengan telur mata sapi diatas nasinya.

Naura menyedokkan sesuap nasi kedalam mulutnya. Saat sendok itu hendak masuk kedalam mulutnya, tiba-tiba seseorang dari belakang menyenggol tangannya dengan kasar. Alhasil, sendok itu jatuh ke lantai dengan berbulir-bulir nasi goreng yang berantakan di lantai. Naura menoleh kebelakang demi mencaritahu siapa orang yang dengan sengaja mengganggu kegiatan makannya. Ternyata orang itu adalah Vanessa dan kawan-kawannya.

“Ups, sorry. Gue sengaja.” Ujar Vanessa membuat ketiga temannya tertawa. Naura yang merasa tak terima bangkit berdiri menghadap Vanessa, dan mendorong tubuh Vanessa supaya menjauh darinya. Vanessa terhuyung kebelakang dan untungnya Farrel menangkap tubuh Vanessa. Vanessa menatap jengkel kearah Naura.

“Maksud lo apaan dorong-dorong gue kayak gitu?” Tanya Vanessa tak senang, melangkah mendekati Naura. Kini, keberisikan di Kantin mendadak senyap. Mereka menonton adegan Naura dan Vanessa.

Naura menulis sesuatu pada notebook-nya. Belum siap ia menulis, Vanessa menarik notebook itu dengan kasar. Naura berusaha menepis tangan Vanessa yang menarik notebook-nya. Naura berusaha berucap tanpa suara agar Vanessa melepasnya. Vanessa tersenyum miring.

“Lo ngomong apaan? Mana suara lo, hah?” Ujar Vanessa kemudian mendorong Naura hingga jatuh terjerembab di lantai yang kotor.

Vanessa kemudian mengkode Lolita untuk maju kedepan. Lolita menyerahkan sebotol air mineral kepada Vanessa. Vanessa kemudian berjalan menghampiri Naura yang kini sedang membersihkan tangannya yang kotor.

“Tangan lo kotor ‘kan? Nih, gue bantu bersihin.” Bukannya Vanessa dengan kejamnya menuangkan isi dari botol itu hingga membasahi tubuh Naura.

Seluruh penjuru kantin tampak menonton adegan itu sambil berbisik-bisik pelan. Mereka menatap iba Naura yang kini menjadi sasaran bully-an Vanessa. Ayunita yang barusaja balik dari kelas karena lupa membawa dompet, terkejut saat melihat Naura di-bully oleh Vanessa.

“Vanessa!” Seru Ayunita kencang. Dengan segera, Ayunita menghampiri Vanessa yang tengah membuang botol kosong itu ke sembarang arah.

Lihat selengkapnya