Ayunita menatap layar ponselnya yang kini tertampil foto Bayu, Naura dan dirinya. Ayunita kemudian kembali teringat akan kejadian yang tak pernah ia duga akan terjadi. Kejadian dimana membuat hatinya hancur berkeping-keping.
Flashback ON
Ayunita mengernyit bingung, “Lo kenapa sih? Sikap lo aneh banget.” Tanya Ayunita yang sudah dibuat bingung oleh Naura. Naura menggeleng, seolah mengatakan ia tidak apa-apa.
“Yakin nih nggak mau ditemenin?” Tanya Ayunita memastikan. Naura mengangguk, kemudian Ayunita menghela napas pelan.
“Yaudah, gue cabut duluan. Jaga diri lo.” Ujar Ayunita lalu melangkah pergi dari hadapan Naura. Langkah Ayunita perlahan terhenti, kemudian Ayunita membalikkan tubuhnya. Ayunita mengernyit bingung. Ia menyadari sesuatu. Bukankah toilet ada dijalan yang kini dilaluinya? Bukankah jalan yang kini dilalui Naura menuju ke taman sekolah? Sebenarnya ada apa ini?
Demi menjawab rasa penasarannya, Ayunita mengikuti Naura yang kini tengah berlari kecil. Ternyata, Naura menuju ke taman sekolah. Tetapi untuk menemui siapa? Ayunita kemudian bersembunyi dibalik dinding. Matanya sibuk mencari-cari siapa yang akan ditemui Naura. Matanya terbelalak kaget saat melihat Bayu yang tampak tersenyum kearah Naura.
“Kak Bayu? Ngapain ketemuan sama Naura? Diem-dieman lagi. Pasti ada sesuatu yang nggak beres.” Gumam Ayunita pelan, kemudian berusaha mencari tempat yang pas untuk menguping dan memata-matai.
“Ada hal yang ingin aku bicarain sama kamu.” Ujar Bayu kemudian meraih tangan Naura, “Naura, aku nggak tau gimana cara nyampaikannya, tapi aku akan berusaha keras biar nggak terlihat malu-maluin didepan kamu.” Ujar Bayu membuat Naura semakin bingung.
“Aku suka sama kamu, Ra.” Ujar Bayu dengan senyum yang melekat diwajah tampannya. Ayunita yang mendengarnya merasakan kesakitan yang luar biasa didalam hatinya. Ayunita melihat Naura menarik tangannya membuat Bayu terkejut.
‘Jangan bercanda, Bay. Aku nggak suka.’ Ungkap Naura dengan bahasa isyarat. Bayu yang melihatnya menghela napas pelan.
“Aku nggak pernah main-main kalo tentang perasaan. Aku beneran suka sama kamu.” Ujar Bayu membuat Naura menggeleng saat mendengarnya.
‘Kita berbeda, Bay. Kamu terlalu sempurna untuk seorang anak disabilitas kayak aku.’ Ungkap Naura membuat Bayu tersenyum penuh arti.
“Didunia ini, nggak ada yang sempurna, Ra. Aku nggak masalah pacaran sama kamu. Karena aku nggak mandang kamu dari kekurangan dan kelebihan kamu, tetapi dari ketulusan hati kamu.” Ujar Bayu kemudian menangkup kedua pipi Naura menatap lamat-lamat mata Naura yang kini tampak sendu.
“Aku janji, aku nggak bakalan ninggalin kamu. Aku janji, akan selalu ada disaat kamu lagi ada masalah. Aku janji, akan menjadi seorang yang pertama dan terakhir buat kamu.” Lanjutnya, kemudian Naura tersenyum mendengarnya.
“Jadi gimana? Kamu mau jadi pacar aku?” Tanya Bayu kemudian. Ayunita berharap Naura menjawab dengan gelengan. Ia tidak ingin Naura menjadi kekasih Bayu, orang yang ia suka. Harapan Ayunita pupus ketika melihat anggukan oleh Naura. Bayu tampak tersenyum bahagia, kemudian menarik Naura kedalam dekapannya. Naura awalnya terkejut, kemudian membalas pelukan Bayu.
Ayunita menatap pemandangan didepannya dengan sorot mata penuh kesakitan. Ia tak menyangka, Naura yang selama ini ia anggap sebagai sahabatnya kini menjalin hubungan dengan Bayu. Airmata yang sedaritadi tertahan dipelupuk matanya tumpah seketika saat ia memejamkan matanya.
Flashback OFF
Ayunita kemudian menghapus foto itu. Ia tidak ingin mengingat-ingat tentang dua orang yang sudah melukai hatinya itu. Sudah cukup. Baginya, Naura sekarang adalah musuhnya dan bukan temannya lagi. Ia akan kembali pada pribadinya yang dulu. Sosok pribadi yang tidak mengenal rasa iba terhadap siapapun. Ayunita yang kejam kembali hadir.
-ooo-
Naura berjalan menuju ke kelasnya dengan wajah riang. Kejadian kemarin membuatnya malu-malu sendiri saat mengingatnya. Hari ini adalah hari pertama bagi dirinya dan Bayu menjadi sepasang kekasih. Kalau ditanya bagaimana kondisi hatinya ini, Naura hanya bisa menjawabnya dengan senyuman malu. Ia bahkan tidak sanggup menceritakannya pada Ayunita sekarang. Ia memilih untuk merahasiakan hubungannya dengan Bayu dan menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya.
Naura memasuki kelasnya. Dahinya berkerut saat melihat Ayunita tidak duduk ditempat biasanya. Ayunita duduk bersisian dengan teman sekelas lainnya. Naura berjalan mendekati Ayunita. Tangan Naura tergerak ingin menepuk pundak Ayunita, namun segera ditahan oleh Ayunita. Ayunita menatap Naura dengan menyorot tajam, kemudian menghempas tangan itu kasar. Naura yang mendapat perlakuan semacam itu terkejut sekali. Pasalnya, Naura tidak pernah diperlakukan sekasar itu oleh Ayunita.
“Jangan sentuh gue.” Ujar Ayunita dingin dan penuh penekanan. Naura yang mendengarnya merasa terkejut. Ayunita tampak berbeda hari ini. Naura ingin sekali bertanya, namun sorot mata Ayunita mengurungkannya untuk bertanya lebih lanjut. Naura kemudian memilih menganggukkan kepalanya, lalu duduk ditempatnya berada sambil berpikir tentang perubahan sikap Ayunita yang tiba-tiba sekali.
Naura menatap punggung Ayunita dengan sedih. Ia tidak pernah berharap mendapat perlakuan seperti ini dari sahabatnya. Naura kemudian menghela napas panjang. Naura mencoba berpikir positif, mungkin Ayunita sedang tidak ingin diganggu. Ia akan berusaha membujuk sahabatnya itu saat istirahat nanti.
-ooo-
Istirahat pun tiba. Ayunita bergerak keluar dari kelasnya dengan wajah masam. Naura terus saja mengikutinya dari belakang, hingga akhirnya Ayunita memilih untuk mendudukkan dirinya disalah satu kursi di Kantin. Naura kemudian duduk dihadapan Ayunita. Ayunita yang melihatnya mendengus kesal.
“Bisa nggak sih lo biarin gue sendirian? Gue lagi nggak mau diganggu.” Ujar Ayunita membuat Naura menatap Ayunita dengan sedih.
‘Kamu kenapa? Daritadi kamu berusaha ngehindar dari aku. Aku ada salah sama kamu? Bilang kalo aku memang ada salah. Jangan dipendem kayak gini.’ Ungkap Naura dengan bahasa isyaratnya. Ayunita menggebrak meja, membuat seluruh penjuru kantin menatap kearahnya.
“Lo budeg? Udah gue bilang, gue lagi nggak mau diganggu! Kenapa lo ngeganggu gue terus sih?!” Seru Ayunita marah. Naura yang melihat sorot kemarahan yang terpancar dari mata Ayunita, hanya bisa menghela napas panjang. Naura kemudian bangkit dari duduknya, menundukkan kepalanya dalam-dalam seolah mengatakan maaf. Setelah itu, Naura pergi dari hadapan Ayunita. Ayunita menarik napas panjang, berusaha menetralkan emosi yang melandanya.
“Kayaknya ada yang lagi berantem.” Ujar Vanessa yang kini tengah berjalan menghampirinya. Ayunita mendesis geram. Satu masalah belum selesai, masalah baru muncul.
“Mending lo pergi. Gue lagi nggak mau diganggu.” Ujar Ayunita dingin. Vanessa tersenyum miring mendengarnya.
“Tenang. Kali ini gue nggak akan gangguin lo. Gue cuma mau ngomong sama lo sebagai seorang temen.” Ujar Vanessa membuat Ayunita mendecih pelan mendengarnya.