Bayu memasuki sebuah counter ponsel. Selama 2 hari, ponselnya dirawat disana. Akibat kelalaiannya, ponselnya itu terjatuh dan membuat ponselnya itu padam seketika. Tidak bisa dihidupkan lagi.
“Gimana mas? Hp saya udah siap?” Tanya Bayu kepada seorang penjaga counter ponsel itu.
Penjaga counter ponsel itu menyerahkan ponsel Bayu yang sudah diperbaiki. Bayu menghela napas lega. Akhirnya ponselnya itu sudah bisa dinyalakan. Barusaja ia menghidupkan data seluler, banyak pesan yang sudah dikirimkan oleh Naura untuknya. Bayu tersenyum dan menyesali kebodohannya saat itu. Pasti Naura sedang mengkhawatirkannya saat ini. Bayu mengucapkan terima kasih, kemudian keluar dari counter ponsel itu dan bergerak menuju ke sekolahnya. Ia sudah tak sabar menemui pacarnya itu.
Bayu memarkirkan mobilnya ditempat parkir. Bayu memasuki gedung sekolahnya dengan langkah santai. Bayu melirik kearah jam tangannya. Masih ada waktu untuk bertemu dengan Naura. Bayu kemudian menggerakkan kakinya menuju ke kelas Naura.
“Seluruh Siswa/i SMA DharmaWangsa diharapkan untuk berkumpul di Aula segera. Sekali lagi, seluruh siswa/i SMA DharmaWangsa diharapkan untuk berkumpul di Aula segera. Terima kasih.”
Suara Pak Agus menggema diseluruh penjuru sekolah ini. Bayu menghentikan langkahnya, kemudian mengernyit bingung. Tak biasanya Kepala Sekolah mengumpulkan mereka di Aula. Sepertinya ada masalah yang terjadi selama ia tidak hadir ke sekolah. Bayu mengurungkan niatnya untuk ke kelas Naura. Ia bergegas menuju ke Aula. Karena ia berpikir Naura pasti juga ada di Aula nanti.
-ooo-
Seluruh murid SMA DharmaWangsa saat ini tengah berkumpul di Aula. Mereka penasaran apa yang akan disampaikan Pak Agus pada mereka semua. Mata Bayu tergerak mencari-cari sosok gadis yang ia rindukan. Tapi, sedaritadi ia tidak dapat menemukannya. Apakah gadisnya itu tidak hadir ke sekolah?
“Selamat pagi, anak-anak semua.” Ucap Pak Agus memulai pembicaraannya. Seluruh murid menjawab serempak sapaan Pak Agus.
“Di pagi ini, Bapak ingin menyampaikan sebuah kabar yang kurang mengenakkan kepada kalian semua. Dan Bapak yakin, kalian juga sudah menerima kabarnya kemarin.”
Bayu menaikkan satu alisnya. Kabar apa? Bayu sama sekali tidak mengetahuinya.
“Seperti yang kalian ketahui. Naura Adipati, siswi Xi.1 MIPA telah dikeluarkan dari sekolah ini karena beredarnya foto tak senonoh.”
Bayu yang mendengarnya tercengang tak percaya. Naura dikeluarkan? Foto tak senonoh? Apa-apaan ini?
“Untuk itu, Bapak tegaskan kepada kalian untuk menjaga nama sekolah ini dengan baik. Bapak tidak ingin kejadian memalukan seperti kemarin terulang lagi. Kalian mengerti?”
Bayu tak menggubris ucapan Pak Agus karena ia sedang larut dalam pemikirannya sendiri.
“Sekian yang ingin saya sampaikan. Kalian boleh kembali ke kelas kalian masing-masing. Selamat pagi.”
Seluruh murid mulai erjalan keluar dari Aula. Namun tidak untuk Bayu. Bayu mencari-cari keberadaan Ayunita untuk meminta penjelasan lebih lanjut tentang semua ini. Bayu melihat Ayunita yang tengah melangkah keluar. Bayu dengan segera menarik Ayunita menuju ke Taman Sekolah. Ayunita yang ditarik tiba-tiba merasa terkejut.
Bayu menatap Ayunita dengan tatapan serius. “Jelasin sama gue tentang hal tadi.” Ujar Bayu dengan nada dingin. Ayunita terlihat tak suka Bayu membahas gadis itu lagi.
“Emang Kak Bayu nggak dapat kabarnya? Bukannya fotonya tersebar ya? Semua anak-anak di sekolah ini juga dapet fotonya.” Ujar Ayunita berusaha menahan kekesalannya. Bayu kemudian mengecek ponselnya. Ia membuka grup sekolah terlebih dahulu. Sebuah foto Naura tengah tidur bersama dengan pria paruh baya yang tidak ia kenal. Siapa lelaki brengsek itu?
“Ini bohong! Naura nggak mungkin ngelakuin hal rendah kayak gitu!” Seru Bayu tak terima. Tangannya tergerak cepat menghapus foto itu. Ayunita menghela napas panjang.
“Gue awalnya juga nggak percaya Naura ngelakuin hal semacam itu. Tapi mau gimana lagi? Foto itu udah jadi barang bukti kalo Naura mempermalukan nama sekolah.” Ujar Ayunita berpura-pura memasang wajah sedih.
Bayu meremas ponsel di tangannya. “Gue harus cari tau siapa dalang dari semua ini. Gue bakalan buktiin kalo foto ini nggak bener.” Ujar Bayu penuh penekanan. Melihat keteguhan dari tatapan mata Bayu membuat Ayunita semakin dirudung rasa iri hati.
“Lo mau bantuin gue ‘kan, Yu?” Tanya Bayu membuat Ayunita terdiam saat ditanya. Apa yang harus ia jawab?
“Yu?” Panggil Bayu membuat Ayunita tersentak kaget.
“Eh, iya?”