NAURA

Cindy Tanjaya
Chapter #10

9 : Nomor Asing

Sebulan berlalu sudah sejak kepergian Naura. Sejak kejadian itu, Ayunita akhirnya memilih memutuskan hubungan pertemanannya dengan Vanessa dan ketiga temannya. Hal itu justru membuat Vanessa geram dan kembali membully Ayunita. Namun, Ayunita tidaklah peduli. Baginya, dibully seperti apapun tidak masalah untuknya. Karena sebelum kehadiran Naura dihidupnya, dirinya sudah terbiasa dibully oleh orang-orang tidak berakhlak seperti mereka.

Ayunita memasang earphone pada kedua lubang telinganya. Matanya terpejam mengikuti alunan musik yang terdengar. Ia kembali pada kehidupannya yang lama. Sendirian dan tidak ada teman. Ayunita menghela napas pelan saat mengingat Naura. Jika saja waktu itu ia tidak berbuat sebodoh itu, pasti Naura tidak akan berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Jika saja dirinya bisa berpikir sedikit lebih jernih, mungkin saja kini Naura masih ada di sisinya. Menemaninya dengan senyum hangat yang selalu menyapanya dipagi hari. 

Ayunita kembali menghela napas. Bagaimanapun dia menyesal, sekarang sudah tiada artinya. Naura sudah tidak ada didunia ini lagi. Meminta maaf pun sudah tidak bisa ia lakukan. Yang hanya bisa ia lakukan adalah mengatur rasa menyesalnya agar tidak mempengaruhi kondisi psikisnya.  

Bel masuk berbunyi. Ayunita melepaskan earphone-nya dan menyimpannya didalam laci mejanya. Sudah waktunya ia memfokuskan diri untuk belajar.

-ooo-

Ayunita membereskan peralatan belajarnya saat mendengar suara bel istirahat berbunyi. Sudah waktunya ia melepas rasa jenuhnya pada pelajaran Fisika yang sama sekali tidak masuk didalam otaknya. Ia menunggu teman-teman sekelasnya keluar terlebih dahulu. Ia malas harus berhimpitan untuk keluar. Setelah merasa mulai sepi, baru-lah ia keluar dari kelas.

Kali ini, Ayunita tidak melangkahkan kakinya menuju ke Kantin. Ia melangkahkan kakinya menuju ke Taman Sekolah, tempat favorit bagi Naura saat merasa sedih. Ia ingin mengenang segala hal tentang Naura ditempat itu. Langkah Ayunita terhenti saat melihat Bayu tengah duduk di kursi taman dengan pandangan kosong lurus kedepan. Ayunita terus menatap lelaki itu. Ada rasa rindu dihatinya saat melihat wajah itu.

Semenjak kepergian Naura, hubungannya dengan Bayu juga tidak seakrab dulu. Itu semua karena Ayunita yang setiap kali menghindari pertemuan dengan Bayu. Mereka sudah seperti orang asing. Lelaki itu juga sudah berubah. Memang sejak dulu, lelaki itu dikenal dengan sikap dinginnya terhadap gadis-gadis disekolahan. Tetapi, lelaki itu sekarang juga kurang bergaul dengan teman-teman lamanya. Lelaki itu memilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya termenung di Taman Sekolah hingga waktu istirahat berakhir.

Ayunita memundurkan tubuhnya. Mungkin saat ini bukan waktu yang tepat bagi dirinya untuk mengenang Naura di tempat itu. Ayunita memutar arah menuju ke arah Kantin sekolah. Dan ia harus menyiapkan diri menerima setiap bully-an dari Vanessa untuknya.

Bayu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi Taman sekolah. Tangan kanannya tergerak mengusap sisi kanan tempat duduk yang kini tak berpenghuni itu. Mata Bayu tampak sendu menatap sisi kanannya yang kosong. Senyuman tipis tampak tercetak diwajahnya.

"Aku kangen kamu." Ujar Bayu lirih. Bayu menarik napas dalam-dalam. Hari ini genap sudah sebulan kepergian Naura. Bayu kemudian mengeluarkan sebatang cokelat dari saku celananya, lalu menaruhnya pada sisi kanan tempat duduk yang kini tak berpenghuni itu.  

"Aku bawain cokelat untuk kamu." Ujar Bayu lagi dengan suara gemetar. Rasa sesak di dadanya semakin menjadi-jadi. Tangisanpun tak bisa ia elak lagi. Ia benar-benar merindukan gadis itu. Gadis unik yang berhasil merebut hatinya.

Suara bel masuk berbunyi. Bayu menghapus airmata yang membasahi pipinya. Bayu menarik napas dalam-dalam, kemudian melangkah meninggalkan Taman sekolah itu.

-ooo-  

Ayunita melangkahkan kakinya keluar dari gedung sekolah. Baru beberapa langkah ia keluar dari gedung sekolah, suara Bayu menggema memanggil namanya membuatnya reflek menghentikan langkah. Ayunita memutar tubuhnya menatap laki-laki itu yang berlari kecil menghampirinya. Kini mereka sudah berdiri berhadapan. Mata mereka saling beradu.

"Lo pulang bareng gue. Ada hal yang mau gue bicarain sama lo." Ujar Bayu dengan nada serius. Ayunita menggeleng cepat, "sorry, Kak. Gue nggak bisa." Tolak Ayunita cepat.  

"Meskipun itu tentang Naura?" Ujar Bayu lagi membuat Ayunita menatap Bayu tak kalah serius.

"Apa yang mau lo bicarain sama gue?"

-ooo-

Kini Bayu dan Ayunita tengah berada di TPU Karet Bivak. Bayu mengajak Ayunita mengunjungi makam Naura. Bayu juga tak lupa membeli sebuket bunga mawar putih untuk Naura. Bayu dan Ayunita telah sampai di makam yang bertuliskan nama Naura disana. Ayunita dan Bayu berjongkok.

"Nggak terasa udah sebulan aja kamu pergi. Apa kabar?" Tanya Bayu sambil mengusap batu nisan Naura. Ayunita yang mendengarnya hanya bisa terdiam. Apalagi yang bisa ia lakukan sekarang selain berdiam diri?  

Lihat selengkapnya