Saat ini Ayunita tengah mencari-cari keberadaan Vanessa demi memastikan apakah berita kematian Farrel itu benar atau tidak. Ayunita akhirnya menemukan gadis itu sedang duduk termenung sendirian di Taman Sekolah. Entah kemana keberadaan Lolita dan Fajar saat ini. Ayunita dengan segera menghampiri gadis itu. Tangannya tergerak menepuk pundak Vanessa. Gadis itu tersentak kaget dan menoleh cepat kearah Ayunita.
Ayunita dapat melihat jelas mata Vanessa bengkak, wajahnya sembab dan kali ini gadis itu tidak bersikap angkuh seperti biasa. Wajahnya benar-benar menunjukkan kesedihan. Jadi kabar itu benar? Farrel sudah meninggal?
"Ngapain lo disini?" Tanya Vanessa dengan suara paraunya. Sepertinya gadis itu habis menangis.
"Gue mau ngomong sama lo." Jawab Ayunita sambil menatap lurus Vanessa yang terdiam setelah mendengar jawabannya. Vanessa menggeser bokongnya agar Ayunita dapat duduk disebelahnya. Ayunita kemudian duduk di sebelah Vanessa.
"Kabar tentang Farrel, itu beneran?" Tanya Ayunita memastikan. Vanessa menarik napas dalam-dalam, kemudian menganggukkan kepalanya lemah. Ayunita menghela napas berat. Ada rasa sedih menghuni hatinya saat ini. Bagaimanapun, Farrel dulu juga temannya. Sejahat dan senakal apapun sikap mereka, Ayunita pernah berteman mereka.
"Gue nggak nyangka Farrel cepet banget perginya." Suara Vanessa terdengar gemetar. Ayunita memilih diam, mendengarkan kata-kata Vanessa lebih lanjut. Vanessa mengeluarkan sebuah kotak berwarna biru dengan pita silver dari dalam tasnya. Vanessa memegang erat kotak itu sambil sesekali mengusapnya.
"Gue nggak tau darimana asal kotak ini. Tapi, setelah gue buka isinya, gue tau ini pemberian Farrel." Vanessa kemudian membuka kotak itu dan menampilkan sebuah cincin titanium yang begitu bagus.
Ayunita dibuat terkagum-kagum dengan kecantikan cincin itu. Vanessa mengambil cincin itu dan menyelipkannya ke jari manisnya. Ayunita menyipitkan matanya saat melihat sebuah kertas kecil terselip didalam kotak itu, kemudian ia meraih kertas yang terselip di dalam kotak itu.
"Ini kertas apaan?" Tanya Ayunita membuat perhatian Vanessa teralihkan.
"Buka aja." Ujar Vanessa kemudian Ayunita membuka kertas itu. Mata Ayunita mendelik lebar saat membaca isi dari kertas itu.
To : Vanessa
Hehe, terkejut ya tiba-tiba ada kotak di dalam tas lo? Jangan terkejut. Itu dari gue, Farrel. Sorry, gue baru ngasih kadonya hari ini. Soalnya gue nggak sempet ngasihnya pas hari ultah lo. Moga-moga lo suka ya. Kalo lo nggak suka, di pendem aja.
Sebenernya ada alasan lain kenapa gue ngasih kado cincin ke elo. Cincin itu bukti perasaan gue ke elo. Gue suka sama lo, Van. Gue suka sama lo udah lama banget. Yah, gue tau lo nggak suka sama gue. Tapi, gue cuma mau lo tau aja gimana perasaan gue ke elo.
Gue nggak berharap perasaan gue dibales sama lo. Gue harap setelah ini lo jangan berubah sikap ya sama gue. Udah deh, gue nggak tau lagi mau bilang apaan sama lo. Intinya, Happy Birthday to you. Cincinnya jangan lupa di pake ya. Gue mau besok tuh cincin udah terselip di jari lo.
With Love,
Farrel
"Jadi Farrel selama ini suka sama lo?" Tanya Ayunita sambil menatap Vanessa. Vanessa menganggukkan kepalanya. Vanessa kemudian menatap langit yang kini tampak cerah. Tangan kanan yang terselip cincin dari Farrel diarahkan ke atas. "Sekarang lo udah liat 'kan? Gue pake cincin pemberian lo." Ucap Vanessa sambil tersenyum.
"Thanks buat kadonya. Gue suka dan menurut gue ini kado terbaik yang gue punya." Lanjut Vanessa kemudian senyumannya memudar.
"Lo nyebelin, Rel." Vanessa menatap dengan sendu langit cerah, "Kenapa lo ninggalin gue? Lo bilang lo suka sama gue. Tapi, sebelum gue balas perasaan lo, lo udah pergi gitu aja. Lo brengsek, serius."
Ayunita dapat mendengar isakan tangis dari bibir Vanessa. Vanessa kemudian menundukkan kepalanya. Ayunita yang melihat bahu Vanessa berguncang, mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut bahu Vanessa.
-ooo-
Bayu, Ayunita, Vanessa, Lolita dan Fajar berkunjung ke rumah Farrel yang kini penuh dengan isak tangis dan suasana duka. Mereka dapat melihat orangtua Farrel menangis saat ini. Bahkan Ibunya yang tampak tak terima dengan kepergian Farrel yang tiba-tiba, pingsan disela ramainya orang-orang berkumpul.
Vanessa mendekatkan dirinya menuju ke peti mati Farrel. Vanessa dapat melihat wajah damai Farrel dengan stelan jas yang begitu rapi. Tangisan tidak dapat ia elakkan lagi. Begitu juga dengan Lolita dan Fajar. Mereka menatap sedih teman mereka yang sudah berada di dalam peti mati.
"Lo tega bener tinggalin gue, sob." Ujar Fajar dengan lirihnya. Lolita yang tak tahan akhirnya menangis juga. Fajar yang melihatnya mendekap Lolita agar gadis itu bisa menumpahkan tangisannya dengan leluasa.
Berbeda dengan Ayunita. Gadis itu memang tampak sedih, namun ada sesuatu yang kini ia ingin selidiki. Ia sempat mendengar kabar dari beberapa rekan keluarga Farrel bahwa Farrel meninggal karena kecelakaan. Tetapi entah mengapa ia tidak mempercayai ucapan rekan keluarga Farrel. Mata Ayunita terus menatap dengan teliti setiap inci tubuh kaku Farrel. Dari kaki hingga ke kepala. Ayunita dapat melihat bekas luka di dahi Farrel. Ayunita menghela napas pelan. Sepertinya kematian Farrel murni dari sebuah kecelakaan.
Mereka kemudian duduk di kursi yang di sediakan. Ayunita menatap foto Farrel yang tampak menyunggingkan senyum hangat. Rasa sedih benar-benar menguasai hatinya hingga tanpa sadar airmata mengalir membasahi pipinya.
Farrel Renggana. Laki-laki itu benar-benar sudah pergi dari dunia ini.
-ooo-
Prosesi pemakaman berjalan lancar. Cuaca yang cerah benar-benar mendukung sekali hingga memberi Ibunda Farrel waktu untuk menerima kenyataan bahwa putranya itu sudah meninggalkan dunia ini. Beberapa tamu sudah kembali pulang. Kini menyisakan rekan-rekan keluarga Farrel, orangtua Farrel dan juga teman-teman Farrel (Vanessa, Lolita, Fajar, Ayunita dan Bayu). Ayah Farrel berusaha membujuk Ibu Farrel agar kembali pulang. Walau beberapa kali sempat menolak, akhirnya Ibu Farrel melunak juga. Mereka kembali pulang ke rumah kediaman Renggana bersama-sama.
Seorang wanita paruh baya yang merupakan salah satu rekan keluarga Farrel menyeduhkan teh untuk mereka semua. Mereka semua menikmati teh hangat itu, terkecuali Ibu Farrel yang masih mengurung diri di dalam kamar.
"Maaf, Om. Tante masih di dalam kamar ya?" Tanya Vanessa sopan kepada Ayah Farrel.
"Iya, nak. Memangnya ada apa?" Tanya Ayah Farrel yang dijawab gelengan oleh Vanessa.
"Nggak apa-apa, Om. Saya cuma mau nganterin teh hangat buat Tante. Boleh ya, Om?" Izinnya kepada Ayah Farrel. Ayah Farrel tersenyum, lantas mengangguk tanda menyetujui. Vanessa kemudian membawa segelas teh hangat dan bergerak menuju ke kamar Ibu Farrel yang sebelumnya sudah ditunjukkan oleh Ayah Farrel.