Hari ini adalah hari awal Ayunita membantu Vanessa mengusut kematian Farrel dan hilangnya Lolita. Tidak hanya berdua, mereka juga dibantu oleh Fajar.
Mereka saat ini sedang menempati meja Kantin di bagian pojok.
"Kemana lo semalam? Gue telfonin nggak di angkat. Gue ngirim chat cuma di read." Tanya Vanessa dengan dinginnya. Fajar menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal.
"Sorry ya, Van. Gue ada urusan sama bokap gue buat ngurus bisnisnya." Fajar kemudian duduk disebelah Vanessa.
"Jadi lo berdua mau minta bantuan apa sama gue?" Tanya Fajar sambil menatap Vanessa dan Ayunita bergantian. Vanessa menatap Fajar serasa tak percaya.
"Lo masih nanyak juga?"
"I-iya, Van. Gue 'kan nggak tau alasan lo—"
"Oh, atau jangan-jangan lo cuma buka chat gue doang tapi nggak lo read isinya?" Vanessa menatap jengkel kearah Fajar. Fajar tercengar-cengir tak jelas.
"Sorry, Van. Gue—"
"Sora-sori mulu! Ngeselin tau nggak lo!" Ucap Vanessa dengan kesalnya.
Ayunita menghela napas pelan melihat kedua insan di hadapannya. Dari dulu, memang Vanessa tidak berubah. Gadis itu masih saja bersikap berlebihan dalam segala sesuatu. Merajuk tidak jelas, sensitif dan egois.
"Lo aja yang ngasih tau gue. Lo berdua minta bantuan apa?" Tanya Fajar menatap Ayunita dengan serius.
"Makanya, chat gue itu dibaca, bukan cuma di lihat sekilas doang!" Sindir Vanessa membuat Fajar mendengus kesal mendengarnya.
"Lo lagi PMS? Marah-marah mulu daritadi." Ucap Fajar dengan nada kesal. Vanessa menatap Fajar yang kini juga menatapnya.
"Gimana gue nggak marah-marah? Gue chat cuma di read, di telfon nggak di angkat." Balas Vanessa tak kalah kesal.
"Lagian gue 'kan nggak selalu megang hp. Gue juga—"
"Banyak alasan! Bilang aja lo males balas chat gue, ya 'kan?"
Mereka terus berdebat hingga akhirnya Ayunita menggebrak mejanya membuat kedua insan itu terdiam seketika.
"Berisik." Ucap Ayunita dengan dingin. Vanessa dan Fajar tampak menatap sinis satu sama lain, kemudian saling membuang muka.
"Masih mau bertengkar lo berdua?" Tanya Ayunita dengan datarnya. Vanessa menghela napas kasar, kemudian menggeser bokongnya agar menjaga jarak dengan Fajar.
"Dasar baperan!" Batin Ayunita sambil menggelengkan kepalanya.
"Gue minta tolong lo ikut kita buat nyari Lolita. Bisa?" Tanya Ayunita membuat Fajar tampak bingung.
"Ngapain nyari Lolita? Emangnya Lolita kemana ampe di cari segala?"
Vanessa yang mendengarnya mendesis geram. Laki-laki disebelahnya ini terlihat menyebalkan sekali hari ini.
"Lolita hilang. Udah 2 hari Lolita nggak pulang dan nggak bisa di hubungi." Jawab Ayunita. Fajar yang mendengarnya terkejut sekali.
"Lo-Lolita hilang?" Ucap Fajar merasa tak percaya. Ayunita mengangguk.
"Jadi gimana? Lo bisa bantuin kita? Karena nggak mungkin bagi kita, 2 cewek nyari Lolita sendirian." Tanya Ayunita lagi mengulang. Fajar mengangguk.
"Gue pasti bantuin lo berdua. Kapan?" Tanya Fajar dengan suara yang terdengar lebih serius.
"Habis pulang sekolah." Jawab Vanessa yang akhirnya memilih membuang rasa kesalnya pada Fajar.
"Kalo agak sore-an aja gimana? Gue ada urusan sama bokap." Ucap Fajar memberi saran.
"Yaudah. Kalo gitu kita berdua duluan nyari Lolita. Lo entar nyusul kita." Ucap Ayunita setuju. Fajar menganggukkan kepalanya, sementara Vanessa menghembus napas kesal.
"Kita nggak bisa maksain Fajar juga. Lo tau sendiri siapa bokapnya Fajar. Pengusaha besar yang terkenal di Indonesia ini." Ucap Ayunita mencoba meredakan kekesalan Vanessa.
Vanessa hanya menjawabnya dengan gumaman singkat. Ayunita menghela napas sesaat, kemudian pamit pergi dari hadapan mereka.
Ayunita berjalan santai melewati lorong-lorong menuju ke kelasnya. Langkahnya terhenti saat melihat Bayu berjalan dari arah depan. Mata Bayu dan Ayunita saling bertemu. Mata hitam Bayu menatap dingin Ayunita, sementara Ayunita menatap Bayu dengan tatapan sendu. Rasanya jantungnya berdetak dua kali lebih kencang dari biasanya. Lelaki itu berjalan mendekatinya. Matanya masih terus menatap Ayunita. Apakah ia berani untuk menyapa laki-laki itu setelah apa yang telah terjadi kemarin?
Ayunita mengangkat tangannya, seolah melambai, "H-hai, Kak. Gue—"
Ucapan Ayunita terhenti saat melihat Bayu berjalan melewatinya begitu saja. Ada rasa sakit menjalar di dalam hatinya saat melihat Bayu tidak memperdulikannya. Ayunita memutar tubuhnya, menatap punggung Bayu yang mulai menjauh.
"Apa lo segitu kecewanya Kak sama gue?" Ucap Ayunita dengan lirihnya.
-ooo-
Ayunita berlari kecil menuju ke parkiran sekolah. Ia merutuki Pak Bagas yang seenaknya mengadakan ulangan saat ia tidak melakukan persiapan. Akibatnya, ia hanya bisa menjawab 3 soal dari 10 soal yang tertera. Ayunita hanya bisa berdo'a, semoga gurunya itu memberikan remedial untuknya.
Ayunita masuk kedalam mobil hitam pekat yang didalamnya sudah ada Vanessa yang sedang memainkan ponselnya.
"Sorry, lama. Tadi Pak Bagas tiba-tiba ngasih ulangan." Ucap Ayunita sambil mengatur napasnya yang terengah-engah. Vanessa menatap Ayunita disebelahnya, kemudian menyimpan ponselnya didalam saku bajunya.
"Pasang seatbelt lo." Titah Vanessa yang dituruti oleh Ayunita.
Mobil hitam itu melaju keluar dari parkiran sekolah.
"Jadi, kita mau cari di sekitaran mana?" Tanya Vanessa sambil menyetir. Ayunita bergumam lama.
"Mungkin kita harus cek daerah gang-gang kecil."
Mereka terus mencari-cari keberadaan Lolita hingga kedalam-dalam gang kecil. Mereka juga bahkan sempat turun dari mobil dan bertanya-tanya pada sekitaran orang. Namun, tidak ada yang pernah melihat Lolita.
Vanessa menghentikan mobilnya pada salah satu taman kota. Mereka keluar dari mobil.
Vanessa menghela napas, "Lolita, lo dimana sih sebenernya?"
Ayunita menatap Vanessa dengan prihatin. Gadis itu tampak sedih sekali.
"Padahal kita udah cari Lolita sampe ke dalam-dalam gang kecil. Tapi nggak ada satupun orang yang ngelihat Lolita."
Ayunita menatap jalanan yang cukup ramai sekarang. Hari sudah sore, namun mereka sama sekali belum menemukan jejak Lolita.
Ayunita mengumpati pembunuh misterius itu dalam hati. Entah dimana letak mayat Lolita saat ini. Apakah pembunuh misterius itu membuang mayat Lolita di jurang agar tidak dapat ditemukan sampai kapanpun?
Tiba-tiba, ponsel Vanessa berdering lama menandakan ada panggilan masuk. Ayunita yang penasaran mendekat kearah Vanessa dan melirik siapa orang yang menghubungi Vanessa.