"Aturan itu ada buat dilanggar bukan ditaati, kalo semua orang penaat aturan macam lo, percuma juga aturan dibuat, kasian guru BK gak ada kerjaan."
_Alvito_
"Arrrrggghhhh." Naya menggeram marah lalu menendang motornya sendiri yang sudah kehilangan ban depannya.
"Awww, sialan kak Vito kamprett!!" Umpatnya sambil memegangi kakinya yang sakit akibat ulah bodohnya sendiri.
Vito tidak pernah main-main dengan ucapannya, bagi dia ucapan adalah janji pada dirinya sendiri.
Tapi kalo ini sih keterlaluan namanya.
"Gak ada kerjaan banget sih! Terus gue balik gimanaaa." Naya jadi marah-marah sendiri.
Parkiran sudah sepi karena hampir setengah jam lalu bel pulang berbunyi dan Naya masih harus melengkapi administrasi osis, makannya ia jadi pulang terlambat.
Dan tak disangka tak di duga datang malaikat penolong berwajah rupawan, tak setampan kak Vito memang tapi sikapnya jelas jauh berbeda.
"Ehh Naya belum pulang?" Tanyanya menghampiri Naya
"Eh emm anu kak motor saya." Naya hanya menjawab kikuk
"Ya ampun kenapa bisa begini?" Dia saja sampai terheran-heran kenapa ban motornya hilang sebelah. Yakali dicuri orang, kalo mau dicuri kenapa gak sama motornya aja sekalian. Mungkin begitu pikir Danu.
Danu itu mantan ketua osis, selain ganteng dan baik hati, salah satu murid kebanggaan SMA BH ini juga most wanted di sekolah. Gak heran sih, Naya aja suka.
Tidak seperti kak Vito yang famous hanya karena ulah dan wajahnya saja.
"Yaudah saya anter kamu pulang ya, ini biar temen saya aja yang jemput biar dibawa ke bengkel."
"Ehh gausah kak jadi ngerepotin."
Mau sih dianter pulang kak Danu kapan lagi kan? Tap nanti nasib motornya bagaimana, kalo mamanya tau Naya pulang diantar cowok dan jika mamanya bertanya kemana motornya Naya harus jawab apa. Yakali jawab ban motornya ilang sebelah.
Kan lucu.
"Enggak kok, santai aja." Aduh kenapa ada cowok sebaik kak Danu sih. Lembut, perhatian kan jadi pengen hehe.
Pengen jadi pacarya.
Eh astagfirullah Naya!
Kenapa suka khilaf gitu, Naya langsung menyadarkan dirinya yang tak sadar sedang senyum-senyum sendiri, untung kak Danu tak melihatnya.
Bener kata orang kalo lagi berdua ketiganya setan. La ini setannya bisikin Naya biar sesat.
"Tapi kak, nasib motor saya gimana? Nanti mama nanyain."
"Oh kalo gitu biar saya panggil orang bengkelnya kesini."
"Maaf kak jadi ngerepotin ehee." Duhh Naya jadi bingung harus bagaimana.
"Kan udah kewajiban Nay."
***
Naya menatap langit-langit kamarnya, senyum-senyum sendiri mengingat bagaimana manisnya sikap kak Danu padanya saat menolongnya tadi siang.
Kak Danu menunggunya sampai motornya beres dibetulkan, kak Danu yang membayarnya lalu sebelum pulang saat Naya bilang ingin mengganti uangnya kak Danu malah bilang.
"Haha gausah, kamu ini." Lantas mengusap puncak kepala Naya.
Astaga Naya jadi baper begini, padahal kan kak Danu emang baik ke semua orang.
Naya berguling-guling sendiri di atas tempat tidurnya, baru saja hendak menutup mata dan berharap mimpi indah suara teriakan mamanya membuat Naya terperanjat.
"Nayaa!" Suara nyaring mamanya membuat Naya terburu-buru turun dari tempat tidur.
"Iya ma."
"Nayaaa lama banget sih!" Baru saja membuka pintu kamar Naya langsung berhadapan dengan sang mama yang sudah berpakaian rapih dan sedikit lebih terbuka dari biasanya. Dress merah dengan bagian bahu terbuka, riasan wajah menor dan tas brended membuat Naya bertanya-tanya.
"Mama mau kemana?" Tanya Naya heran melihat mamanya yang tak biasa-biasanya malam seperti ini berpenampilan seperti hendak ke pesta.
"Mama mau kerja, kunci pintu dan ini uang buat kamu sekolah besok." Ujarnya singkat dan tegas lalu berbalik meninggalkan Naya yang masih bingung.
Kerja?
Bukankah mamanya kerja siang di kantor om Alif, adik papanya dan penampilan mamanya sungguh membuat Naya bertanya-tanya.
"Tapi ma, mama kerja apa? Ini udah jam sembilan malem ma terus mama kenapa pake baju yang..." Naya berjalan cepat menyusul mamanya sambil terus melempar pertanyaan tapi langsung terpotong karena mamanya berbalik dan membentak Naya.