"Ini bukan kemauan gue, tapi gue harus ngelakuinnya..."
_Naya_
"Vitoo! Udah berapa kali bapak bilang, rambut kamu tuh rapihkan bukan malah dibuat jalan kutu seperti itu."
"Yaelah pak, ini tuh kerjaan si pendek siapa tuh namanya? Maen potong rambut gue sampe pitak, yaudah gue mohak aja sekalian." Vito melirik Naya yang berdiri di belakang pak Willy.
"Ini juga kenapa sepatunya masih warna putih? Kamu tau kan aturan di sekolah BH! emm maksud saya Bina Harapan," pak Willy jadi tak enak sendiri menyebut nama sekolahnya dengan singkatan pasalnya memang kurang sopan di dengar.
"SEMUA MURID WAJIB MEMAKAI SEPATU HITAM!" Lanjutnya menaikan atensi suaranya.
"Pakkk, mau hitam kek, merah, putih, ijo kan sama aja sepatu juga." Memang sudah menjadi tabiat Vito Januar Setrayasa saat berbicara dengan siapapun bahkan yang lebih tua sekalipun tanpa rasa hormat karena ia tak pernah merasa diajari caranya sopan santun dan menghormati.
"Naya," yang dipanggil maju kedepan siap melaksanakan tugasnya.
"Ambil sepatu Vito!" Dan langsung dijalankan oleh Naya.
"Maaf kak sepatunya saya sita" Ucapnya menghampiri Vito
"Enak aja udah berapa biji sepatu gue kena sita, ini sepatu kesayangan gue yaa!" Vito mencekal tangan Naya yang hendak mengambil sepatu miliknya yang sudah dilepas paksa oleh pak Willy yang sekarang berada di atas meja.
Ruang osis yang menjadi tempat eksekusi lenggang sejenak.
"Makannya kalo gak mau disita pake yang warna hitam kak, apa susahnya sih!" Jawab Naya ketika dua pandangan itu saling bertubrukan.
Vito menggeram mempererat cengkramannya pada lengan Naya sambil berkata "pulang sekolah abis lo sama gue." Bisiknya lalu melepas cengkraman yang Naya pastikan setelahnya akan meninggalkan bekas kemerahan.
Naya berusaha mempertahankan raut wajah datarnya karena pak Willy yang mengawasi mereka, padahal percayalah ingin sekali dia meninju wajah tampan Vito.
Ya harus Naya akui kak Alvito Januar Setrayasa si pentolan sekolah yang dikagumi semua kalangan cewek di sekolah BH ini memang tampan bahkan wajahnya tak sedikit dibandingkan dengan para idol Korea Selatan, tapi bagi Naya selagi masih suka melanggar aturan ya percuma saja.
"Dua teman kamu saja sudah tobat, kamu mau sampai kapan begini terus hah? Aturan dibuat buat ditaati bukan dilanggar tau kamu! Sudah mau lulus saja masih berbuat ulah, kalo diulangi saya akan lapor kepada ayah kamu."
Yang diceramahi hanya menguap malas, sudah biasa.
"Vito! Kamu dengar tidak!" Pak Willy mulai kesal sendiri.
"Hah? Denger pak gue belum budek." Jawabnya tanpa melihat ke arah lawam bicaranya, ia malah menatap Naya
"Besok-besok kalo kamu masih melanggar aturan saya beneran laporin ke ayah kamu." Tutupnya, pak Willy juga tak bisa berbuat apa-apa lagi kepada Vito pasalnya ayah Vito ini cucu dari pemilik sekolah. Dihukum sudah biasa, ya Vito paling malas berurusan dengan papanya. Makannya pak Willy hanya bisa mengancam Vito akan dilaporkan ke papanya jika berbuat ulah lagi.
***
"Darimana aja lo sat, itu kaki kenapa telanjang dah?" Sat itu kependekan dari bangsat. Kenzie Arjuna, Salah satu teman Vito yang sedang nyebat itu mengepulkan asap lewat mulutnya.
Setelah dieksekusi Vito bukannya masuk kelas malah kabur ke Warjo, sebutan bagi warung ijo yang letaknya di pojokan kantin tempat anak - anak nakal nongki karena letaknya sangat strategis untuk bolos pelajaran ditambah yang melayaninya adalah teh Mira seorang janda muda yang suka kena goda bocah kurang kasih sayang.
"Biasa." Jawabnya santai sambil mengambil satu gorengan diatas meja lalu menaikkan sebelah kakinya.
"Bau banget sikil lo anjir jangan dinaikin napa." Protes Yuda, juga teman Vito yang dikatakan sudah tobat tadi oleh pak Willy.
"Teh Mira uhuyy! Susu coklatnya dua ya...gapake lama oke. Jangan manis-manis juga yang buat udah manis soalnya." Vito memesan minum yang langsung disahuti si penjual.
"Siappp aa, dingin apa panas?"
"Dingin aja, liat mukanya Yuda udah panas soalnya hahahaa."
Teh Mira hanya tersenyum manis menyiapkan pesanan.
"Saya juga dong teh susu dua tapi..-" belum selesai Yuda bicara sudah dipotong oleh Kenzie.
"Buat apaan anjir lo udah abis kopi dua gelas."
"Eh kampret gue belum selesai ngomong."