Minggu berganti bulan. Ayrin masih sesekali membuka aplikasi pencari jodoh yang lain, mencoba peruntungannya lagi, namun tak ada yang benar-benar menarik perhatiannya. Pengalaman sebelumnya dengan Tinder masih membekas, membuatnya lebih skeptis dan selektif. Kebanyakan profil yang ia temukan masih terkesan sama: mencari kesenangan, tidak serius, atau terlalu banyak basa-basi. Kehidupan sosialnya pun tetap sama, lingkaran pertemanan yang nyaman, pekerjaan yang menantang, dan kebiasaan menulis di waktu luang. Ayrin merasa hidupnya sudah cukup baik, nyaman, dan damai dalam kesendiriannya. Ia tidak terburu-buru, apalagi setelah pelajaran pahit dari masa lalu yang mengajarkannya betapa berharganya ketenangan hati.
Suatu malam yang hening, saat Ayrin sedang bersantai di sofa ruang keluarga, ditemani secangkir teh hangat dan suara hujan rintik di luar, ia membuka aplikasi LINE di ponselnya. Jemarinya menjelajahi layar, sekadar iseng melihat timeline atau membalas pesan dari grup teman-temannya. Entah mengapa, matanya tertuju pada sebuah fitur yang selama ini nyaris tak pernah ia sentuh, tersembunyi di antara banyak fitur lainnya: "LINE Nearby". Sebuah ikon kecil berbentuk radar, yang menjanjikan interaksi dengan orang-orang di sekitar lokasi fisik penggunanya. Rasa penasaran muncul. "Apa salahnya mencoba?" pikirnya.
Ia mengetuk ikon itu. Seketika, layar ponsel menampilkan daftar nama-nama pengguna LINE di sekitarnya. Ayrin menggeser perlahan, melewati banyak profil dengan foto-foto selfie yang berlebihan, pose-pose yang terlalu dibuat-buat, atau nama-nama aneh yang tidak menarik perhatiannya. Banyak di antaranya yang tampak tidak menjanjikan, mirip dengan pengalaman-pengalaman di aplikasi pencari jodoh sebelumnya. Ia hampir saja menutup aplikasi itu kembali, menganggap fitur ini pun sama saja.
Lalu, sebuah profil berhasil menarik perhatiannya, menghentikan gerakan jemarinya. Foto profilnya sederhana, bukan selfie yang terlalu dekat atau pose yang berlebihan. Hanya seorang laki-laki dengan kemeja kotak-kotak berwarna gelap, tersenyum tipis ke arah kamera, latar belakangnya tampak seperti area pepohonan rindang. Tidak ada kesan pamer, hanya kesan jujur dan apa adanya. Matanya tampak ramah dan hangat. Namanya: Adrey.
Ayrin berhenti di profil Adrey. Ada sesuatu yang berbeda, yang membuatnya tertarik untuk melihat lebih lama. Ia melihat Adrey sudah menambahkan dirinya terlebih dahulu. Notifikasi kecil di bagian atas layar menunjukkan "Adrey has added you as a friend." Jantung Ayrin berdegup lebih cepat, perpaduan antara gugup dan penasaran. Ini adalah kali pertama ia di-"add" oleh seseorang dari fitur Nearby. Setelah menimbang-nimbang sebentar, Ayrin memutuskan untuk mengambil langkah. Ia mengetuk tombol "Accept" untuk menerima permintaan pertemanan Adrey.
Tak lama setelah Ayrin menerima, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Adrey.