Percakapan beralih ke WhatsApp. Awalnya, komunikasi masih mengalir dengan tempo yang sama seperti di LINE; santai, jarang, dan tidak terburu-buru. Adrey sesekali mengirimkan pesan, menanyakan kabar, atau membagikan sedikit cerita tentang hari-harinya sebagai seorang surveyor lulusan Geodesi yang sibuk dengan proyek. Ayrin pun membalasnya dengan tenang, tanpa ekspektasi berlebihan. Ia mulai merasa sedikit nyaman dengan Adrey, ada ketenangan yang berbeda dari laki-laki lain yang ia kenal. Adrey tidak terkesan terburu-buru atau memaksakan diri, ia hanya menjadi dirinya sendiri, apa adanya.
Pesan pertama Adrey di WhatsApp.
Adrey: Hai Ayrin, ini Adrey. Udah simpan nomor WA-ku kan?
Ayrin: Udah, Adrey. Ini Ayrin. Gimana kabarmu?
Adrey: Baik. Kamu gimana? Oh ya, ngomong-ngomong, kamu asli mana sih? Dulu di LINE belum sempat nanya.
Ayrin: Aku asli Tasikmalaya, tapi udah lama banget tinggal di Bandung, dari SD. Kalau kamu? kayaknya bukan orang Bandung.
Adrey: Haha, bener. Aku asli Bengkulu. Kuliah di Bandung, terus keterusan kerja di sini. Jadi sekarang udah betah di Bandung.