Nearby Jadi Suami

Arti Damayanti
Chapter #5

Langkah Demi Langkah

Pertemuan kopi pertama itu disusul dengan pertemuan-pertemuan lain yang lebih sering dan lebih bermakna. Jika Adrey sedang berada di Bandung, mereka pasti akan meluangkan waktu untuk bertemu. Dari sekadar ngopi di kedai kopi favorit, berlanjut makan malam di restoran dengan suasana nyaman, hingga jalan-jalan santai di taman kota yang sejuk. Mereka juga mulai mencoba aktivitas lain yang menyenangkan. Mereka jadi sering ngopi berdua, berbagi cerita tentang hari yang telah berlalu atau impian yang ingin diraih. Obrolan mereka tak pernah kering, selalu ada hal baru untuk dibahas, dari topik pekerjaan yang sama-sama berbau teknik, hingga hobi menulis cerpen Ayrin dan petualangan Adrey di lapangan.

Suatu malam, mereka memutuskan untuk nonton bioskop bersama. Ini adalah langkah kecil namun signifikan. Film pertama yang mereka tonton adalah "Habibie dan Ainun". Sepanjang film, Ayrin merasakan kehangatan yang berbeda. Kisah cinta yang tulus dan pengorbanan dalam film itu seolah mengamini perasaannya yang mulai tumbuh pada Adrey. Setelah film usai, mereka masih sempat berdiskusi panjang lebar tentang makna cinta dan kesetiaan yang digambarkan dalam film tersebut. Ayrin menyadari betapa dalam Adrey memandang sebuah hubungan, dan itu semakin membuatnya nyaman.

Hubungan mereka mengalir begitu saja, tanpa ada ikatan pacaran. Tidak ada label, tidak ada tuntutan status. Ayrin membiarkan semua terjadi apa adanya, membiarkan mengalir seperti air dan membiarkan takdir yang menjawab. Ia ingat janjinya pada diri sendiri, untuk tidak lagi membuang-buang waktu dengan pacaran yang berujung pada kekecewaan. Ia hanya ingin sebuah komitmen yang serius, sebuah ikatan yang pasti. Adrey seolah memahami itu. Adrey pun tidak ada kata menyatakan cinta atau mengajak berpacaran, karena ia tahu Ayrin sudah tidak mau lagi membuang-buang waktu dengan pacaran. Ia menghargai batasan dan keinginan Ayrin, membiarkan waktu dan semesta bekerja untuk menunjukkan yang terbaik. Kehadiran Adrey dalam hidupnya terasa begitu alami dan menenangkan, tanpa perlu dipaksa atau diberi nama.

Meskipun tanpa label, perasaan Ayrin terhadap Adrey semakin dalam. Adrey selalu berhasil membuat Ayrin merasa nyaman dan aman. Ia tidak pernah mendesak Ayrin untuk buru-buru atau menuntut lebih. Ia menghargai ruang pribadi Ayrin, dan memahami bahwa Ayrin butuh waktu untuk membuka diri sepenuhnya setelah masa lalu yang pahit.

Suatu sore, saat mereka sedang duduk di bangku taman, menikmati semilir angin sore, Adrey menatap Ayrin dengan sorot mata yang dalam.

Lihat selengkapnya