Kabar gembira itu akhirnya datang: kedua keluarga telah menetapkan hari pernikahan Ayrin dan Adrey, yaitu di awal bulan Agustus. Keputusan ini diambil setelah pertemuan video call yang hangat dan penuh restu. Uniknya, tidak ada prosesi lamaran resmi yang megah atau pertemuan kedua keluarga besar yang rumit sebelumnya. Semua langsung mengarah pada satu tujuan: pernikahan. Keluarga mereka berdua akan bertemu langsung saat menjelang hari pernikahan, sebuah tradisi yang lebih fokus pada esensi daripada seremonial.
Waktu yang tersedia sangatlah singkat, hanya dua bulan untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Rasanya benar-benar seperti nikah dadakan, sebuah maraton persiapan yang mendebarkan. Ayrin, dengan sifat perfeksionisnya, tentu ingin menyiapkan pernikahan yang terbaik, meski dalam keterbatasan waktu. Ia membayangkan sebuah konsep simple elegan, sesuatu yang mencerminkan kepribadian mereka berdua, tanpa perlu berlebihan.
"Dua bulan, Adrey? Kita beneran bisa siap semua dalam dua bulan?" tanya Ayrin suatu malam, raut wajahnya sedikit cemas saat mereka sedang merencanakan daftar vendor.
Adrey tersenyum menenangkan, mengusap lembut punggung tangan Ayrin. "Bisa, Sayang. Kita pasti bisa. Kita fokus pada yang penting-penting dulu. Sisanya biar tim wedding organizer yang bantu. Atau Mama sama Adik-adikmu juga pasti siap sedia."
Yang membuat Ayrin semakin lega adalah sikap keluarga Adrey. Mereka sama sekali tidak pernah menuntut harus begini, begitu dan membebaskan semuanya pada pihak keluarga Ayrin. Seolah-olah mereka sepenuhnya percaya pada pilihan Adrey dan selera Ayrin.