Kondisi Mama Ayrin yang kembali drop menjadi pukulan telak, namun Ayrin menolak untuk menyerah pada keputus asaan. Kali ini, ia tidak sendiri. Ada Adrey, yang menjadi jangkar di tengah badai. Adrey tak pernah lelah memberikan dukungan, baik secara fisik maupun emosional. Ia memastikan Ayrin cukup istirahat di tengah kesibukannya mengurus pekerjaan. Selama Mamanya dirawat di rumah sakit, Denia adik bungsu Ayrin yang setia menemani dan menjaga Mama di sana. Sementara itu, Ayrin menjaga rumah bersama adiknya yang satu lagi, Mira. Ayrin tidak bisa terus-menerus berada di rumah sakit karena tuntutan pekerjaannya yang cukup padat dan tanggung jawab menjaga rumah. Namun, setiap kali Ayrin pulang kerja, ia selalu menyempatkan diri datang ke rumah sakit. Ia membawa serta pakaian ganti dan makanan untuk Mamanya dan juga untuk Denia yang berjaga di sana.
Suatu sore, saat Ayrin tiba di rumah sakit, ia mendapati Denia tengah menyuapi Mama. Mama Ayrin terlihat sedikit lebih baik, meskipun masih lemah.
"Gimana, Ma? Udah enak makannya?" tanya Ayrin, mengelus lembut lengan Mamanya.
"Enak, Nak. Mama sekarang udah bisa makan banyak," jawab Mama Ayrin dengan senyum tipis, menatap penuh sayang.
Ayrin lalu menoleh ke adiknya. "Kamu nggak capek, Dek? Dari pagi di sini terus."