Mereka menyebutnya Satuan ABN.
Unit paling rahasia, paling brutal, paling sunyi.
Tugasnya satu: memastikan tidak ada satu pun warga yang benar-benar terjaga.
Saat suara kosong mulai melonjak, ketika mimpi-mimpi alternatif muncul secara liar dan tak terkendali, mereka diaktifkan. Tanpa suara. Tanpa tanda. Hanya bayangan gelap yang menyusup ke dalam tidurmu, lalu membawamu pergi.
Koran tidur menyebutnya:
“Kasus Sleepwalking Massal Meningkat, Rakyat Diminta Tenang.”
Tapi kami tahu: itu bukan sleepwalking. Itu penculikan bawah sadar.
Aku dan S mulai bergerak lebih cepat. Kami tak lagi hanya menyusup ke mimpi para pejabat—kami mulai menyusup ke mimpi rakyat biasa. Petani. Guru. Satpam. Supir angkot. Kami menyebarkan benih kecil: cerita tentang pagi. Tentang kopi yang pahit. Tentang percakapan. Tentang hidup tanpa suara pengeras dari langit.