NEGARA SEMBILAN

Arif Budiman
Chapter #29

Pilihan Orang Tua #29

APRIL 2004. Saat Reformasi benar-benar hendak dilaksanakan. SBY yang mengawali pemerintahan reformasi yang pertama. Beliau melalui proses pemilu paling demokratis.

Engkau lebih memilih Lelaki yang kaya Raya itu. 

Ini adalah catatan yang sangat Kontradiktif. Fakta di catatan ini berbeda 180 derajat dengan fakta di bab (#) sebelumnya. Aku tak mendapat kabar kebenaran apapun dari burung-burung Pantai yang beterbangan. Suasana pinggir Kampung Nelayan yang tenang (diam). Tak ada suara kebisingan disana. Tidak pula ada ramai nelayan siapkan alat untuk berlayar. Pohon Mangrove di pinggir pantai sana membisu dan tak bisa sampaikan apa-apa.

Aku sedang terpuruk. Membayangkan keluargamu yang sangat senang. Padahal nyatanya tidak. Sebab aku yang hanya berprasangka. Sebaliknya keluargamu justru menungguku. Aku telah berburuk sangka.

Maka bertasbihlah apa-apa yang ada di langit dan bumi untuk kisah ini. Dan tersiksalah, saat ini aku berpikir, langit pasti menggelegar saat itu, kilat menyambar mendengar kata-kataku ini, karena aku lelaki sepertiku yang berburuk sangka.

Benar saja, aku tersiksa bertahun-tahun setelah kisah ini. Tanpa kekasih. Aku merana lama dalam kesendirian.

Ini catatan tentang lamaranmu bersama Miko Widiyatmoko, lelaki yang kucemburui. Aku sengaja merekonstruksi cerita ini berdasarkan cerita dari Mas Agus. Aku belum tahu versimu sendiri sebab lama aku tak menghubungimu. Miko Widiyatmoko bersama keluarganya akan melamarmu, Duhai Kekasihku. Karena aku yang seharusnya melamarmu

Sebuah mobil Carrie coklat berhenti di depan rumah. Di dalam mobil itu ada rombongan Miko dan keluarganya. Itulah momen dimana lamaran akan segera dilangsungkan.

Kutahu bunga Teratai di Danau Pantai Anak Segara gugur bunganya. Cerah warnanya telah menjadi sirna oleh panasnya cuaca pinggir Pantai yang akhir-akhir ini sangat menyengat. Burung-burung rawa berbaris seperti para pelayat menghadiri acara pemakaman. Satu diantaranya hinggap di jendela kamarnya. Ia Diam dan tak terdengar dari mulutnya suara. Biasanya burung itu membacakan puisi-puisi tentang kekuatan Jiwa. Burung kecil itu ceritakan kisah-kisah para pejuang Cinta menggapai Cinta sejatinya.

Burung itu berdiri diam, ada titik kecil bening di sudut matanya saat melihat wanita di depannya. Tak kuasa melihat wanita yang ada di depannya, ia kepakkan sayapnya dan bergabung dengan kawanan burung rawa yang lainnya. Meninggalkan wanita itu sendiri hanya karena tak sanggup melihatmu sedih . Burung-Burung Mangrove itu adalah kawan-kawan lama saat Cinta pertama itu ada.

Kisah lamaran itu kutahu dari Mas Agus. Beliau cerita semua kejadian itu saat ketemu dengannya di toko alat bangunan, dekat Jembatan Pinggir Pantai. 

Kisah ini adalah kisah Lamaranmu  oleh seorang laki-laki yang telah yakin lamaranya akan diterima. Tapi sebaliknya.


Kisah yang mengharu-biru! Andai aku tahu bahwa kau lebih memilih aku maka aku akan kembali dan menemuimu.

Miko Widyatmoko melamarmu hari ini. Ini momen besar dalam hidupmu. Lamaran tentu saja adalah proses yang sangat sakral dengan sangat penting bagimu. Sementara bagiku ini adalah moment yang sangat menyakitkan. Ini momen dimana aku kecolongan sebab di momen yang besar ini aku tak mengetahuinya. Aku yang dibakar prasangka dan idealisme sendiri. Aku yang sok sibuk di Negara Sembilan.

Kata Mas Agus, “Saya pernah beberapa kali melihat Miko jalan bareng sama Dina”. Kata-kata itu sangat membakarku.

Aku tahu jika Miko suka padamu, Dina. Saat di hari “Jumat Yang Aku Cemburu” itu. Aku telah melihat binar cinta di matamu.

Dan lamaran hari ini adalah Pembuktian. Keyakinan dan prasangkaku ternyata benar.

Lamaran itu terjadi pada bulan April tahun 2004.

Aku tak tahu apa yang terjadi padamu. Tentu kau sedang bersiap diri untuk seorang lelaki. Tentu kau sangat bahagia dengan datangnya laki-laki itu. Bagaimana tidak laki-laki itu adalah laki-laki dari keluarga kaya raya dan serba menjanjikan. Ia adalah pegawai Kepolisian yang sukses, Tampan dan sudah punya rumah sendiri. Tipikal kelas menengah atas yang di damba semua wanita.

Keluargamu telah bersiap. Bunda tak bisa berbuat apa-apa. Pak Toto pun diam sejuta bahasa. Bagi beliau, aku adalah lelaki cemen. Beliau sangat kecewa. Aku sangat merasakan kecewanya. Wajah kecewanya telah kulihat lama yaitu saat ketemu di Jalan Kampung Nelayan. Ia sering membuang muka dan menganggapku.

Miko anak keluarga terhormat. Bapaknya mantan pejabat kepolisian, yang kaya. Bapaknya purnawirawan polisi yang membuka Usaha Sukses di Kota Emas. Miko sendiri telah diterima menjadi pegawai Kepolisian, berpenghasilan tetap, punya mobil dan memiliki rumah sendiri. Sempurna. 

Lihat selengkapnya