KANTOR Pos Rawamangun, Hari Sabtu tahun 2004. Jam dinding Kantor Pos menunjuk pada angka 09.07. Aku baru saja mengirim surat bodoh itu untukmu. Dengan sangat mantap seperti tanpa dosa, aku telah memastikan untuk mengakhiri hubungan ini. Aku kejam sekali ya? Apakah benar Surat itu telah menyakitimu?
Sementara itu Miko Widyatmoko, telah bertransformasi menjadi lawan bagi Jiwa ini. Ia adalah tokoh antagonis Jiwa ini. Ia akan selalu berlawanan dengan Logikaku. Ia telah jauh dari cahaya Jiwa. Ia tak lagi seorang perwira Kepolisian seperti dulu. Ia keluar dari kepolisian dan menjadi agen asing. Ia masih bekerja di Bidang yang sama yaitu Dunia Intelijen, tapi Intelijen Negara Asing.
Ia telah menjadi manusia “sakit hati” karena lamarannya yang ditolak. Ia juga bertemu dengan orang yang mengajarkan untuk tidak patah hati. Ia telah dijanjikan segala kemewahan di Negara Sembilan. Ia pada akhirnya telah menjadi orang yang sangat berpengalaman di Negara Sembilan. Dan dengan posisinya itu, ia memperkaya diri. Dan target selanjutnya adalah merebut dan menjemputmu dari lelaki yang tak jelas rimbanya.
Ia bisa mendoktrin orang menjadi “Pengantin Bom”. Aku bingung mengapa ia bisa berubah demikian drastic. Ia juga bisa membuat Bom Rakitan sebab ia memiliki kecerdasan tinggi, maka hal sulit apapun bisa ia pelajari termasuk merakit bom. Ia seorang otodidak yang bisa membuat teknologi apapun.
“Rekayasa Otak” pun dilakukan melalui hipnotis dan sejenisnya. Itu pula yang terjadi padamu, duhai Kekasihku.
Rekayasa Pembenaran, dicari Ayat dalam Al Quran agar seseorang taat pada apa yang dimaui sang pemimpin untuk mau meledakan diri. Itulah Istilah yang dipakai Untuk menyebut Aksi Bom.
Ia telah masuk “Struktur Atas” di jaringan Negara Sembilan (N-9). Miko telah memantapkan diri disana. Ia menggunakan Negara Sembilan sebagai Kuda Tunggangan untuk dapati semua kekayaan. Ia telah berada di lingkaran elit Negara SembilaN. Ia telah merasa nyaman di Negara Sembilan. Kekayaan melimpah, itulah yang dia banggakan. Ia di atas Sisno yang selama ini diperalat untuk merekrut anggota baru dan mengumpulkan Infaq. Ia diatas semua kroco kroco yang diperalat. Saya bilang seperti ini sebab petinggi-petinggi Negara Sembilan itu tak pernah ditangkap, tapi justru yang kroco-kroco ini selalu jadi korban.
Bukan hanya soal Internal Negara Sembilan, Ia pun bisa mengelola warna politik NKRI, Bahkan ia pun bisa menggerakan orang-orang pengikut setia Negara Sembilan untuk memilih salah satu kontestan Pemilu. Miko sudah sangat pragmatis, ia menjadi penentu suhu geopolitik di Negeri ini.
Ia telah menjadi orang yang kaya raya. Semua ada dan tercukupi. Uang dan permainan serta rekayasa politik adalah pekerjaan rutinnya. Mencipta, membangun dan mengubah Opini adalah permainan rutinnya, Dan target selanjutnya adalah target pribadi, merusak Gadis Suci yang terpaksa dikorbankan demi ambisinya sendiri saat pengantin Bom tak tersedia lagi. Target selanjutnya adalah menggodamu, Duhai Kekasihku Ia ingin Engkau menderita. Dengan pertama membuatmu tertekan, membuat kondisi psikismu lemah. Merayumu dan tunduk pada aturan, lelaki Suamimu itu.
Seterusnya ia akan terus menyakitimu dengan menikahi wanita-wanita lain, hanya untuk kepentingan dan nafsu syahwatnya. Walau dasarnya adalah Sunah. Itu hanya modus saja.
13 Januari 2004, Kantor Pos Rawamangun. Tanggal stempel Pos,, bukti bahwa surat Putus telah terkirim.
Kuarahkan pandangan mata ini ke timur, tepat ke arah matahari pagi dengan sorotnya yang tajam. Baru Jam 08.30 pagi tapi sorotnya begitu panas kurasa. Mata ini berkaca. Aku coba besarkan hati untuk sebuah kehilangan. Aku harus bisa meninggalkanmu. Dan melupakanmu. Tetes Air mata pun meleleh di cela mata ini.
Aku terdiam di Halte Bus rawamangun. Aku sedang menunggu ada Metromini 47. Aku tercenung. Heran pada diri sendiri. Aku selama ini dikenal sebagai lelakimu, tapi aku tak mengetahui kabarmu. Aku sedang membesarkan hati sebab baru saja aku mengirim surat putus Cinta untukmu. Di halte depan Kantor Pos Rawamangun aku berdiri sesaat menunggu Metromini 47. Aku baru saja mengirim Surat.
"Gebrakkk!" suara stempel pos masih menggema di telinga. Dari depan Kantor Pos Rawamangun itu, Rindang pepohonan Jalan Pemuda di Pintu Barat Kawasan Industri Pulogadung ramah menyapa. Gelisah menggelayut Jiwa. Gelisah karena dirimu, Duhai Kekasihku yang tak pernah ada kabar berita. Aku gagal memahami apa yang kau mau;. Hubungan kita putus tanpa alasan yang jelas.
Surat putus sudah terkirim. Cap pos tertera tanggal 17 November 2004. Setelah itu surat terlempar menuju kotak besar. Surat itu surat ketiga. Dalam hitungan hari surat itu akan sampai.
Mas Harahap menilai aku sangat egois. Itulah aku. Walau sempat ragu, aku tetap kirim surat itu. Aku tahu surat itu akan melukai perasaannya. Sejak aku menulis surat itu hingga aku mengirimkannya, aku masih ragu antara mengirimkannya atau tidak!. Aku sempat ragu, apa aku salah!?
Surat itu memang terlampau berani. Istilah berani kudapat dari Mas Harahap saat ia mengatakan. “Berani Sekali Kau Kirim surat itu”.
Surat itu kubuat saat aku sedang sangat cemburu. Dan aku telah benar-benar mengirimkannya padamu. Gebrak Stempel Pos telah memastikan Surat itu terbang melayang (terlepas dari dari Tanganku), terlempar menuju Kotak Besar Berisi Surat-Surat Yang segera akan terbang Menuju Jawa. Sesaat Surat itu akan di Packing, Dibawa menggunakan Truk Besar Milik PT Pos Indonesia, Melaju di Jalan Panjang Menuju Ke Jawa. Dan aku telah dapat memastikan bahwa Surat yang Ketiga ini sampai di tangannya.
Anehnya Surat Pertama dan Surat Kedua, tidak sampai di tanganmu.
Surat ketiga adalah Surat Putus. Anehnya surat yang ketiga ini malah sampai ke tanganmu. Sangat aneh!
Sebuah tindakan konyol telah kulakukan. Karena seharusnya aku tidak melakukannya. “Cemburu ini membuatku tak mampu berpikir sehat!”. Saat-saat ini tentu sangat baik bagi Miko untuk masuk kembali dalam kehidupanmu. Ia ingin kembali dengan bersamamu. Meski kondisinya berbeda. Ia pun akan berperan menjadi pahlawan bagi Dina, saat dirinya sedang terpuruk.
Dari arah kanan terlihat Metromini 47. aku lambaikan tangan, tanda aku berniat menaikinya. Dan tak lama aku telah ada dalam Metromini itu. Metromini 47 jurusan Senen-Pondok kopi. Dan metro itupun melesat kencang, seperti merasai jalan Pemuda adalah miliknya. Tertahan di perempatan Velodrom, seorang pengamen, naik dan lantunkan lagu balada kehidupan karya Ebiet G. Ade. Suara, diiring Mandolin Tua. Lantunan liriknya sungguh sangat menggugah Jiwa.
♪♫
****************************************
♪♫
Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih,
Suci lahir dan dalam batin,
Tengoklah ke dalam sebelumbicara.