NEGARA SEMBILAN

Arif Budiman
Chapter #36

Lepaskan Beban #37

SOSOK paling menjijikan yang membakar jiwa dalam kisah ini adalah Miko Widyatmoko. Ia yang menyebabkanmu terlibat di Negara Sembilan. Lelaki muda yang masuk dinas kepolisian Negara berbalik menjadi Intel Asing, ia ikut andil dalam tercipta Kerusuhan. Aku menyangka ia menggunakan teknologi mutakhir sejenis Google Earth Live, dari menyadap, hingga ia bisa mengetahui posisinya.

2005, September. Aku terharu pada penuturannya. Bukan semata karena kisah ini melibatkan aku tapi orang lain. Kisah ini melibatkan banyak saudara-saudara kita. Doktrin Negara Sembilan (N-9) ternyata bukan hanya merasuk dalam pikiranku tapi juga merasuki pikiran banyak orang. Dan parahnya, Doktrin Ideologi Negara Sembilan ternyata merasuk ke dalam pemikiran seorang wanita yang selama ini sangat kudamba, yaitu Engkau Duhai Dina Larasati.

Duhai Kekasihku, Engkau telah terpengaruh pemikiran N-9. Engkau dipengaruhi Miko Widyatmoko. Agen muda Negara Sembilan. Aku menyayangkan apa yang terjadi pada Miko Widyatmoko. Sayang sekali, kecerdasannya termanfaatkan untuk kepentingan Asing”

Ya Allah, Mengapa Engkau memberi ruang bagi orang memuakkan seperti Miko Widyatmoko ini. Sosok yang tanpa perasaan merusak pikiran banyak orang dengan nilai-nilai tak berguna? Orang yang rela menjual bangsanya untuk kepentingan Asing. Aku sedang meyakini bahwa kelakuan orang Negara Sembilan (N-9)sangat busuk, karena ia adalah bangkai berjalan yang menyebabkan udara negeri ini penuh racun mematikan.

Dan akibatnya kita tak bisa bernafas. Bahkan mati. Kita menjadi tak bisa beragama dengan benar. Kita selama ini justru menjadi orang yang mengaku beragama dan rahmat bagi alam tapi faktanya menebar kebencian.

Aku sangat tersentak semua penjelasannya. Aku benar sebagai manusia paling bodoh. Maka detik ini juga akan ku jelaskan semua tentang perjalanan Jiwa. Aku akan menjelaskan cinta ini lewat Catatan yang Aku susun sejak lama ini. 

Aku sudah menyiapkan Catatan itu dalam bentuk Print Out yang kususun layaknya sebuah Novel. Aku ingin Engkau membaca Novel ini. Itulah pikiranku tentang dirimu yang sesungguhnya.

Pagi harinya setelah Engkau malam tadi bercerita!

Pengalaman Jiwa yang menyesak dada. Pengalaman Jiwa penuh duka. Aku sangat memahami apa terjadi padamu. Pagi ini, kita sarapan bersama di ruang perpustakaan Masjid yang saat itu masih dipakai sebagai ruang tamu. Saat itu kukatakan padamu.

“Aku akan mengantarmu sampai Grogol.”Aku tawarkan diri padamu waktu itu.

Kau jawab tidak mau pulang!” Berulang kali kukatakan akan mengantar. Engkau sendiri bersikeras tidak mau pulang. Ada sesuatu yang membebanimu.Pertama karena Miko sering berlaku kasar. Kedua adalah jawaban yang akhirnya kau katakan padaku. Kau katakan beberapa bulan terakhir kau sering ribut. Kau sering diperlakukan secara kasar.”

“Aku. Aku. Aku sudah tidak tahan lagi Mas!” Mimikmu menyiratkan takut, kau tertekan.

“Aku tidak mau pulang Mas! Aku ingin tetap disini. Aku tidak berani Mas! Ummu Madinanah terisak. “Aku ngga mau pulang!”Tangismu membesar membuatku berhenti memaksa. Tubuhmu menggigil. Sepertinya trauma di dirimu sangat dalam. Kubantu rapikan jaket di tanganmu. Wajahmu pucat.Kau sangat menderita. Kau mingsek-mingsek (baca:terisak). Apa yang telah dilakukan Miko hingga Engkau semenderita ini. 

“Ummu Dina Larasati, Jauhilah Mereka! Kembalilah padaku. Mereka hanya memanfaatkan kita!” Beberapa kali aku mendesak dan memintamu kembali

KAU hanya menjawab 

Tapi aku takut Mas! Kau tertunduk. Jilbab warna hitam itu menambah cantikmu. Duhai Kekasihku, Engkau adalah panorama keindahan. 

Saat Kau tundukkan wajah, kulihat sisi-sisi cantikmu yang abadi. Engkau selalu terlihat cantik. Raut wajah cantik sempurna. Sosok yang akan selalu dikejar para pecinta. Terlebih saat engkau menatap ke arahku, Subhanallah kau tambah cantik. Mbangir hidungmu, seperti Monas yang mempercantik Jakarta. Seperti Eiffel yang mempercantik Paris. Seperti Gunung yang meneguhkan morfologi bumi kita. Sesekali, ada kecemasan sangat nyata di wajahmu itu. Dan kau berusaha menutupinya.

Satu kesimpulan yang kudapat tentangmu adalah sebuah postulat Cinta bahwa ternyata dalam keterpisahan yang lama, kau menyimpan Cinta.Ternyata kau mencintaiku. Ternyata Jiwamu mengejarku. Dan aku terlambat menjemput kemurnian cintamu. Kutulis sepenggal puisi yang tercipta di tengah perjalanan menuju Grogol hari itu.


Lihat selengkapnya