NEGARA SEMBILAN

Arif Budiman
Chapter #2

Kau Awal dan Akhirku #2

DUHAI Wanita Ideologis Kekasihku. Wanita Bermata Hijau yang kurindukan. Gadis Campuran Arab Jawa, yang dating menggoda. Sore ini Kau Akan datang ke Segara Anakan? SMS-mu jelas terbaca “Aku Akan Datang Menemuimu”. Tratab, adalah rasaku saat SMS-mu sampai padaku dan mengabari nasibmu. Kini kau meminta bertemu. Ini Cerita beberapa bulan sebelum Idul Fitri. Apakah Engkau masih membaca atau menyimpan catatan ini? Aku yakin Engkau sangat senang dengan tulisan ini. Kutahu engkau sedang memeluk Novelku ini. Kuyakin novelku telah menenangkanmu. Membasuh air matamu itu, Membersihkan kotoran darah di hidungmu.

Katakan padaku, tempatmu dimana? Dimana kau berada, aku akan datang, meski aku akan mati. Asal kau tak  terluka lagi. Aku tahu Engkau baru saja disiksanya.Aku tahu bibirmu berdarah atas dendam itu. Itu kebiasaan siksaan yang diterima jika kirim SMS padaku. Engkau baru disiksanya.

Miko! Manusia Macam apa kau, menyiksa Istrimu sendiri? Ceraikan Dia Bangsat? Aku ikut merasakan bagaimana sakitnya cambukan itu. Ceritamu tentang Cambukan Tali ikat pinggang itu, sangat mengusik Jiwaku. Jerit tangismu terdengar ketika Engkau tak mematikan HP-mu membuatku lara.

Aku mendengar suara rintihan Sakitmu dari lorong speaker HP ini. Dina, Dina, Apakah Engkau Tidak Apa-apa. Aku seperti orang gila, memikirkan keadaanmu ini. Apa yang terjadi denganmu. Suara rintihan itu kudengar di ujung telpon yang sangat singkat. Kau mengaku kesakitan. Dina, Ijinkan aku bicara dengannya, aku akan mengemis dan meminta.

Dina, Dina, Dina!  Kau bilang Ia menyukaimu. Kau katakan terluka. Kau bilang sangat tersiksa. Sementara itu aku hanya disini. Diam. Tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak pernah berhasil menemukanmu. Entah engkau ada dimana. Aku ke Ibu Kota tak kutemui Engkau Disana. Maafkan aku tak bisa mengobati Lukamu, Engkau yang tersiksa. Terluka karena sosok yang membenci kita. Miko yang tak pernah menghendaki aku dalam hidupmu. Tapi mengapa Engkau yang disiksa?

Hubungan kita selalu diawasi olehnya. Ia (Suamimu) tahu posisi kita berdua. Apapun yang kita kerjakan dapat diketahui olehnya. Berhati-hatilah, jangan sampai Ia (suamimu) tahu pertemuan kita. Jangan sampai Ia kembali menyakitimu. Aku tahu dia sangat dendam. Dia ingin menghabisi kita? Ia yang tersakiti tak menghendaki hubungan kita?

Jika Engkau masih ragu bahwa waktuku hanya untukmu, maka lihatlah Catatan Harianku ini yang kini kau sedang membacanya. Bacalah sebab itu adalah isi Jiwa yang sesungguhnya. Itulah Kisahku tentangmu. Kisah tentang Jiwa yang bergelut dengan Ideologi dan Cinta.

Duhai Kekasihku. Duhai Engkau Wanita Pembangkit Jiwa. Wanita yang membuatku berpikir  terus  tiada habis. Pengembaraanku dengan Ideologi adalah perjalanan panjang untuk menemukan dirimu. Ini adalah gerak Jiwa untuk selalu mendekatimu. Inilah takdirku.

Kekasihku adalah Dirimu, Kekasihku adalah titik pemberhentianku. Akhir pengembaraan yang melelahkan ini. Engkaulah wanita itu. Engkau adalah sosok utama. Ummu Dina Larasati, itu  adalah Nama Ideologis. Di Kampung Nelayan, namamu Dina Larasati. Nama ini berubah saat Engkau menjadi warga Negara Sembilan, Ummu Dina Larasati. Perubahan nama ini bukan tradisi jawa tentang pergantian nama, misal temenku dulu namanya Joko Wiryanto, setelah tertimpa celaka, namanya berganti menjadi Slamet Raharjo, lalu dibuatkan acara Selamatan. Bukan seperti itu. Penamaan Dina menjadi Ummu Dina Larasati tidak terjadi seperti tradisi Jawa itu! Perubahan nama Dina itu adalah konsekuensi ideologi bagi mereka yang sudah menjadi warga Negara Sembilan. 

Maafkan Jika aku tak mempedulikanmu. Semata karena pergulatan Ideologi ini sangat menyita energi dan pemikiranku. Maafkan aku yang seolah melupakanmu begitu saja. 

Inilah Catatan tentang kita. Catatan yang sengaja kubuat, catatan yang kian hari kian menebal. Catatan yang Engkau sedang membacanya. Bahkan warna dari sebagian lembarnya telah menguning (layaknya Kitab Kuning di Pesantren Al Huda). 

Aku perhatikan hari, tanggal, bulan dan tahun   penulisan dari catatan ini dibuat.  Kampung Nelayan Sabtu, 2 Agustus 1997. Sebuah catatan kronologis waktu yang penting tergores disana. Tulisan ini terdapat di lembar-lembar awal buku catatan. Tahun 1997 aku mulai membuat catatan harian, setelah Lulus SMA.

Dengan Laptop ini, kupindahkan goresan-goresan tinta di lembar agenda harianku menjadi digit-digit elektronik, Lama-lama, digit-digit elektronik itu telah menjadi lembar-lembar Microsoft Word yang banyak, Hingga kini aku masih terus mengeditnya. Aku selalu terobsesi melengkapi Catatan-catatan itu. Aku ingin melengkapi catatan harian masa itu dengan kalimat-kalimat yang lebih baik atau kisah tambahan. Agar utuh pembacaan orang atas kisah ini.

Agar Engkau dapat membaca narasi kerinduan ini. Agar Engkau bisa membaca Ideologiku. Ini adalah senyatanya niat suci penulisan Novel ini.

Catatan Harian tertanggal 2 Agustus 1997. Aku terhitung masih remaja. Saat itu aku adalah diri dengan Jiwa muda. Jiwa yang mulai mengaktual lewat raga yang masih belia. Aku adalah jiwa yang penuh semangat menuntut ilmu, suka mengaji dan gemar mendatangi Majelis Ilmu di Desa. Tidak seperti saat ini dimana aku telah makin dewasa seperti tahun 1999 ini, Tahun 1997, usia aku telah 20 tahun. Dan kini jauh darimu, terpisah darimu yang tak tahu dimana. Aku hanya berdoa Engkau bahagia bersama Lelaki itu. 

Doa yang sangat absurd, sebab mengharap  bahagia untuk lelaki yang telah kuyakini ia justru tak akan membuatmu bahagia.

********************************************

2 Agustus 1997

Ujian Sekolah Telah Usai

Lihat selengkapnya