Negeri Enam Musim

Putu Winda K.D
Chapter #15

Musim 14 PENAWARAN TAK TERDUGA

Q: "Coba tebak siapa aku. Hidup seperti raja, selalu dilayani tanpa diminta. Pekerjaanku hanya tidur dan bersantai-santai, namun kehadiranku membuat semua orang bahagia."

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

"Kau sudah pulang?" Sapa Dimas kemudian.

"Ulon dari mana saja? Mengapa tidak berpamitan denganku sebelumnya?" Tanya Maya kemudian.

"Maafkan Ulon, tiba-tiba saja ada urusan mendadak yang harus Ulon selesaikan di rumah sakit. Bagaimana liburanmu di taman? Apa menyenangkan?" Ucap Marta.

"Ya, lumayan menyenangkan. Tapi tidak lengkap rasanya tanpa Ulon," ucap Maya.

"Lain kali kita berlibur lagi ya. Akan Ulon usahakan untuk terus menemanimu," ucap Marta.

"Marta, bisa kita bicara sebentar?" Pinta Dimas kemudian.

Marta dan Dimas pun lantas beranjak menuju dapur untuk bicara.

"Ada apa, Mas?" Tanya Marta.

"Mengapa Satria bisa mengantarmu pulang?" Tanya Dimas kemudian.

"Naina sakit dan harus dirawat inap di rumah sakit. Dia adalah pasien yang saya tangani tadi," jawab Marta.

"Naina? Dia sakit apa?" Tanya Dimas.

"Setelah melakukan cek lab, Naina didiagnosa mengidap tipes. Jadi, saya anjurkan pada keluarganya agar dia dirawat inap selama beberapa hari di sana," jawab Marta.

"Benarkah? Saya turut prihatin," ucap Dimas kemudian.

"Kondisinya tidak terlalu parah, namun jika tidak segera ditangani bisa menjadi kegawat daruratan. Beruntung mereka langsung membawa Naina ke rumah sakit," ucap Marta.

"Ya, syukurlah kalau begitu," ucap Dimas kemudian.

Dan hari itu, Dimas pun tak dapat berlama-lama berada di rumah Marta, karena ibunya menelepon dan menyuruhnya segera pulang.

Keesokan harinya, di rumah sakit, Dimas dan Marta lantas menjenguk Naina di kamar rawatnya bersama-sama. Saat itu, Naina sedang diberi makan bubur oleh neneknya. Kedatangan Marta dan Dimas pun lantas disambut dengan hangat oleh keluarga Naina.

"Halo, Naina," sapa Dimas pada Naina kala itu.

"Apa tadi pagi antibiotiknya sudah diberikan?" Tanya Marta kemudian pada Ibu Ren.

"Sudah. Sekarang juga waktunya Naina meminum antibiotiknya lagi kan?" Jawab Ibu Ren.

"Iya, Ibu. Setelah makan berikan saja antibiotiknya," ucap Marta.

"Baik," ucap Ibu Ren.

"Naina, cepat sembuh ya," ucap Marta pada Naina seraya mengelus kepala Naina dengan lembut.

Naina pun hanya terdiam seraya memandangi Marta yang berada di dekatnya kala itu.

"Baiklah, kalau begitu saya pamit undur diri. Saya harus kembali ke ruangan, permisi," ucap Marta kemudian seraya berlalu.

Begitu pun dengan Dimas. Mereka beranjak meninggalkan ruang rawat Naina dan kembali ke ruangan masing-masing.

Selama beberapa hari itu, Marta selalu mengecek kondisi Naina di kamar rawatnya. Ya, selain karena Marta adalah dokter yang merawatnya, ia juga ingin menjenguknya. Dan Naina pun tampak senang dengan keberadaan Marta.

Di saat Marta datang, ia tak pernah rewel dan menangis. Bahkan, Naina makan dengan lahap bila Marta yang menyuapinya makan. Entah mengapa mereka terasa begitu akrab, walau baru bertemu. Namun, ini bukanlah hal yang tak lazim bagi seorang dokter sepertinya. Selama bekerja di rumah sakit, hampir setiap hari ia bertemu dengan pasien anak-anak. Jadi, Marta telah banyak terlatih tentang bagaimana cara mengatasi anak yang rewel ketika sakit. Itulah yang kemungkinan menjadi salah satu faktornya, mengapa Naina bisa merasa nyaman dengannya.

Hari itu, di siang hari ketika jam istirahat kantor. Ibu Ren datang mengunjungi Marta ke ruangannya, sembari membawa beberapa makanan untuknya. Melihat kedatangan Ibu Ren di sana, Marta pun lantas menyambutnya dengan ramah.

"Ah, maaf karena mengganggu jam istirahatmu," ucap Ibu Ren kala itu.

"Tidak apa-apa, Ibu. Apa ada yang bisa saya bantu, Bu?" Tanya Marta kemudian.

"Tidak, Ibu hanya ingin mengantarkan makan siang untukmu. Kau pasti belum makan kan?" Ucap Ibu Ren.

"Terima kasih banyak, Bu. Tapi, Ibu tidak perlu repot-repot sampai membawakan makan siang seperti ini untuk saya," ucap Marta.

"Tidak apa-apa, Nak. Ibu sama sekali tidak merasa repot. Oh ya, Nak Marta. Apa Ibu boleh bertanya padamu?" Tanya Ibu Ren kemudian.

"Ya, silakan, Ibu. Ada apa?" Ucap Marta.

"Terkait Naina, dia telah kehilangan ibunya sejak baru lahir. Bahkan, ASI pun tak pernah didapatkannya. Apa mungkin itu yang menyebabkan dia sering sakit seperti ini?" Tanya Ibu Ren.

"Itu bisa saja, Bu. ASI memang wajib diberikan pada bayi sampai berusia dua tahun. Selain itu, pola makan yang tidak teratur juga bisa menjadi faktor lainnya. Jadi, untuk Naina, saya sarankan agar keluarganya lebih memperhatikannya, jangan sampai sakit seperti ini lagi," jawab Marta.

"Itulah yang Ibu khawatirkan selama ini. Setelah ibunya meninggal, ia benar-benar seperti bayi yang kesepian. Ditambah lagi dengan ayahnya yang sibuk bekerja. Terkadang Ibu kasihan melihatnya," ucap Ibu Ren.

"Kau tahu, Nak, terkadang Ibu merasa Naina membutuhkan sosok seorang ibu untuknya. Namun, Satria sangat kaku, dia bahkan tak pernah Ibu dengar dekat dengan wanita manapun. Tapi, Nak, Ibu lihat kau dan Satria cukup dekat. Apa kalian sedang menjalin hubungan tertentu?" Tanya Ibu Ren kemudian.

Sontak, mendengar hal itu pun membuat Marta merasa terkejut. Ia tak menyangka bahwa Ibu Ren akan menanyakan hal itu padanya, bahkan secara tiba-tiba seperti ini.

Sejenak, Marta hanya terdiam seraya sesekali menundukkan kepalanya, bingung harus menjawab apa. Kemudian, Ibu Ren melanjutkan.

"Ah, maafkan Ibu karena menanyakan hal seperti itu pada Nak Marta. Ibu hanya ingin bertanya saja, karena akhir-akhir ini semenjak Nak Marta datang, Ibu merasa Satria jadi sedikit berubah," lanjutnya.

"Berubah?" Tanya Marta.

"Dia menikah dengan putriku, Ning, selama setahun lebih, itu memang perjodohan yang kami lakukan terhadap sesama keluarga. Putriku sangat mencintai Satria, namun entah bagaimana dengan Satria kami sendiri tidak tahu. Selama ini Ibu melihatnya sebagai anak yang penurut dan pendiam, dia bahkan jarang tersenyum. Sampai akhirnya, putriku meninggal dan kau datang, Ibu merasa dia berubah tak seperti Satria yang Ibu kenal. Dia tak menjadi pemurung lagi, bahkan dia sering mengunjungi rumahmu bukan?" Ucap Ibu Ren.

"Mas Satria, dia pernah datang beberapa kali. Namun, saya selalu memintanya untuk tak sering-sering datang berkunjung. Tidak enak dengan keluarga Ibu Ren dan Nyonya Roro, apalagi dia sudah memiliki Naina yang harus dijaga," ucap Marta.

"Lantas, mengenai hubungan Nak Marta dan Satria sendiri bagaimana?" Tanya Ibu Ren kemudian.

Lihat selengkapnya