Mesir, Abad ke-14
Seorang Wazir mondar-mandir sedari tadi di depan sebuah pintu logam yang besar dan megah, gerbang terlalis emas dengan ukiran-ukiran artistik tampak lengang. Meski demikian, bukan berarti tanpa pengawasan. Akses menuju ruangan tersebut tetaplah ketat. Ada banyak portal untuk bisa melewatinya dan hanya orang-orang terpilih yang mampu memasukinya dengan sedikit keleluasaan.
Tiang-tiang kokoh dengan pilar jenjang panjang nan gagah berukirkan kaligrafi unik dan arsitek berupa bintang-bintang tampak tidak mampu menutupi kegusarannya. Berkali-kali wazir itu mengamati pintu megah berhias emas, seolah ia mengharap keajaiban keluar dari sana. Iya, memang itu yang tengah ia harapkan. Ini sudah kali ke-lima mendatangkan seorang tabib ke istana. Namun, tak jua para tabib itu menemukan penyakit sang Sultan. Sejatinya, semua penghuni kompleks puri telah diselimuti kegelisahan. Pasalnya beberapa pekan terakhir kondisi sultan kurang baik, bahkan cenderung memburuk.
Entah apa penyebabnya, belum ada tahu mengenai penyakit sang puan. Hanya saja, jadwal Sultan yang padat telah menanti di beberapa pekan ke depan. Mulai dari peresmian gedung-gedung yang memang menjadi agenda Sultan, termasuk masjid dan madrasah. Dan peresmian terbesar dengan skala internasional adalah kanal yang menghubungkan Alexandria dengan sungai Nil. Ini akan menjadi salah pencapain termegah Sultan tahun ini lantaran dengan adanya kanal tersebut transportasi perairan akan semakin mudah bagi semua kalangan. Tentunya hal semacam ini akan disambut dengan gembira riang oleh semua lapisan masyarakat. Dan biasanya Sultan akan mendatangi sendiri peresmian semacam ini. Sebab, beliau paling suka melihat senyum dan tawa cerah dari rakyatnya.
Seperti tahun lalu misalnya, saat beliau harus meresmikan Qasr al-Ablaq, semacam gelanggang yang luas untuk dimanfaatkan para rakyat dalam melakukan aktivitas yang menyenangkan. Dan tentu saja, kaum dari Sultan sangat senang dengan dibuatkan arena semacam alun-alun tersebut. Sebab tempat tersebut dapat dimanfaatkan sebagai kawasan bermain keluarga, sebagai mimbar para pujangga, sebagai tempat jual beli bagi para pedagang, hingga sebagai panggung untuk pentas para seniman. Bertepatan dengan waktu yang sama, salah satu istrinya dalam kondisi hamil besar dan segera melahirkan. Tetapi sang Sultan harus absen menemani sang padusi jelang lahirnya keturunan Sultan. Beruntung, Tuhan Maha Baik, semua terkondisikan dengan mujur lantaran usai menghadiri peresmian Qasr al-Ablaq, istri Sultan melahirka beberapa saat setelahnya.
Sultan Al-Nashir sangat dicintai dan mencintai rakyatnya. Itu terlihat jelas dari cara Sultan memprioritaskan rakyat dalam banyak pembangunannya. Sementara itu, rakyat akan selalu berbondong-bondong datang ke istana pada saat peringatan hari lahir sultan. Dan tentunya sang tuan akan menerima dan menyambut kaumnya dengan tangan terbuka dan banyak sajian makanan lezat tersaji disana.
"Wazir, bagaimana dengan kondisi Sultan? " seorang wanita setengah baya berduyun-duyun mendatangi lelaki ynag terus hilir-mudik layaknya anak ayam takut kehilangan induknya. Mimik wajahnya tak kalah khawatir dengan pria yang ditanyai.
"Entahlah Sitt, tabib yang di dalam kamar Sultan belum juga keluar. Jadi kita belum tahu hasilnya. Kau doakan saja semoga segera membaik"
"Kau tahu kita semua selalu berdoa untuk kesembuhan Sultan. Dan aku datang kemari atas perintah permaisuri dan para istri Sultan lainnya. Mereka selalu mengkhawatirkan suaminya."