Surat Cinta untuk Ayah
Ayah…
Jika kehadiran hujan mampu mengusir kegersangan. Hembusan angin mengundang kesejukan. Sinar mentari membasmi kegelapan. Serta terciptanya bumi sebagai tempat berlangsungnya kehidupan. Maka bagiku, kehadiranmu ayah, merupakan suatu anugerah terindah dari Tuhan yang selalu kukagumi sepanjang hidup ini.
Ayah…
Kendati jarak memisahkan kita. Namun doa-doamu selalu menjagaku dari segala malapetaka. Restumu mengetuk pintu-pintu rezeki yang tak terduga. Cintamu, selalu mekar sepanjang masa. Ibarat mawar, ayah adalah cinta sejatiku yang akan selalu kupupuk dan kurawat agar selamanya mekar.
Ayah…
Aku mengagumimu bukan karena engkau seorang pengusaha bergelimang harta. Bukan seorang raja yang bertahta. Bukan pula seorang alim ulama yang banyak hapalan hadis dan Qurannya atau sebagai tempat orang-orang berkonsultasi tentang ilmu agama. Melainkan, ayah hanyalah sosok lelaki sederhana yang telah mengajarkanku tentang arti sebuah kata CINTA.
Ayah…
Dalam doa-doa berbalut cinta, betapa aku sangat merindukanmu. Setiap waktu aku selalu melangitkan harap kepada Sang Pencipta agar aku bisa dipertemukan lagi denganmu, walau tak lama. Aku sangat rindu melihat senyuman indah yang terukir di wajah keriputmu.
Ayah…
Seketika, aku diingatkan kenangan tentang kita beberapa tahun lalu. Saat aku pertama kali mengenal dunia sekolah. Ayahlah yang paling semangat mengantarkanku waktu itu, bahkan ayah terus berjuang mencari uang dan mengabaikan perut laparmu, demi aku. Agar aku memiliki seragam baru. Ayah juga selalu menyemangatiku dalam menimba ilmu, supaya hidupku kelak jauh lebih cerah daripada dirimu. Engkau juga berharap agar kelak aku tidak mengikuti bayang-bayang hidupmu yang menurutmu, itu sangat memilukan.
Peryacalah ayah, bagiku melewati hari-hari bersamamu adalah suatu kebahagiaan yang tiada tara. Kenangan terindah yang selalu kuingat hingga akhir hayat. Ayah, aku bangga menjadi anak perempuanmu.
Ayah,
Di masa-masa senjamu, balum satupun yang dapat kuberikan atas semua pengorbananmu untukku. Betapa mulianya dirimu bahkan kau relakan punggungmu sampai membungkuk demi menghidupi titipan Ilahi ini. Bermandikan keringat setiap hari. Terik sinar mentari pun ayah jadikan sebagai teman sejati di kala mencari segenggam rezeki. Cacian, makian, serta cibiran orang-orang terhadapmu malah kau jadikan sebagai cambuk penyemangat dalam melewati hidup yang penuh uji.
Tak pernah menuntut balasan apapun atas semua pengorbanan yang diberikan kepada kami, putra-putrimu yang terlalu banyak menyusahkanmu.
Ayah,
Aku selalu mengingat kalimat yang sering terlahir dari bibirmu padaku, ayah. “Semoga kelak kamu tidak hanya menjadi Nurul (cahaya)nya ayah, tetapi cahaya bagi semuanya. Nurul harus lebih baik dari Ayah.” Kalimat itu memang sederhana, tapi bagiku sarat makna.
Duhai ayah, Cinta pertamaku…
Terimalah surat cinta ini dari putri kecilmu yang masih lugu. Tak pandai mengukir kata-kata indah yang mampu menyejukkan hatimu. Aku hanya pandai merengek meminta uang jajan padamu. Bahkan soal cita-cita yang selalu kau tanyakan padaku pun sampai saat ini aku masih bingung ingin menjadi apa, nantinya. Yang jelas, saat ini aku ingin sepertimu ayah, duhai bintang hatiku.
Ayah,
Sematkanlah namaku dalam setiap doa-doa di sujud terakhirmu. Pintakanlah pada-Nya sebongkah pelita itu untukku, agar pikiranku selalu cerah saat menimba ilmu. Agar ilmu yang kudapatkan menjadi berkah untuk dunia dan akhirat kelak. Serta sebongkah harapan yang ayah sematkan sebagai cita-citaku kelak, semoga diberikan kemudahan untuk meraihnya dan selalu terpatri dalam ridho_Nya.
Salam rindu berbalut cinta dari anak perempuanmu, ayah…
Nurul Fitri
***
Surat cinta untuk ayah yang ditulis tangan mengunakan tulisan tegak bersambung itu merupakan karya tulis pertamaku.
Aku berhasil meraih juara satu lomba menulis surat cinta untuk ayah tingkat sekolah menengah pertama se-kabupaten, beberapa tahun lalu. Tepatnya, saat aku masih kelas dua sanawiah di pondok pesantren swasta di kampungku.
Momen itu pertamakalinya aku mencoba meyakini diri untuk mengikuti lomba menulis. Awalnya, aku pun tidak yakin bakalan pemenang lomba menulis surat cinta untuk ayah tingkat sekolah menengah pertama se Kabupaten Solok.