Sudah dua minggu berlalu dan besok akan memasuki bulan Ramadan. Arman ternyata tak memiliki nyali membuat Anjani keluar dari Aftive. Anjani juga hingga saat ini masih belum berhasil mendekati Arman lagi. Setiap mencoba mendekat, Arman berkali-kali menghindar.
Anjani kini sedang berada di meja kerjanya tengah sibuk mengerjakan sesuatu. Seluruh anggota tim nya lengkap berada di sana.
“Dicky, jangan lupa ya jadwal hari ini upload teaser Instagram dan tiktok Daintie.” Perintah Anjani kepada Dicky. “Yang kolaborasi produk Daintie X Mischa Alexander.”
Pria berkacamata tersebut langsung menoleh kepada Anjani. “Aman, Kak, udah di schedule, kok. Nanti akan otomatis tayang.”
“Siap. Nanti seperti biasa kamu cek insightnya, berapa orang yang view, like, terus comment-nya seperti apa.”
“Iya, Kak.”
Anjani masih sering mencuri-curi pandang ke arah meja Arman hingga saat ini. Pria itu kini tampak sedang sibuk diskusi dengan tim nya. Arman sebenarnya juga diam-diam sering melihat ke arah mejanya. Pernah beberapa kali mata mereka bertemu dan biasanya Arman yang pertama kali membuang muka.
Sering juga Anjani mencurahkan semua isi hatinya kepada Mona hingga menduga-duga segala kemungkinan yang terjadi.
“Oh, atau jangan-jangan … Mas Arman marah kali ya gara-gara gue udah nggak pakai gelang hadiah dari dia pas ultah gue ke-10. ‘Kan waktu itu hilang pas ospek kampus.” Ujar Anjani saat itu.
Mona yang mendengar itu langsung tertawa geli.
“Yaelah, An. Dia nggak ngabarin lo kan, sejak dari dia meninggalkan panti. Terus waktu pertama kali kalian ketemu lagi di Aftive, emang yang pertama kali dia lihat tangan lo? Nggak lah, bukan karena itu.”
“Iya sih nggak mungkin.” Anjani hanya menggaruk-garukkan kepalanya. “Terus kenapa, dong?”
Itu baru salah satu dari dugaan Anjani, dan masih banyak lagi dugaan-dugaan absurd lainnya.
Tiba-tiba saja Sarah dan Maya menghampiri meja divisi Social Media dan langsung berbisik heboh.
“Guys, denger-denger mau ada rotasi karyawan.” Bisik Maya.
Sontak Sonia, Selvy, Dicky dan Damar langsung mendekat, sedangkan Anjani cukup bisa mendengar dari tempatnya duduk.
“Hah, serius?” Tanya Sonia. “Siapa saja?”
“Kalau yang gue denger sekilas dari para petinggi sih, Bu Susanti dipindah ke perusahaan lain di Febriant Group.” Ujar Sarah. “Nah, katanya yang gantiin beliau tuh langsung Pak Arman bukan Pak Burhan.”
Anjani yang mendengar itu langsung tersentak.
“Oya?” Sahut Selvy. “Terus siapa yang gantiin beliau jadi IT Project Manager?”
Maya dan Sarah pun langsung saling berpandangan sambil tersenyum lebar.
“Coba tebak siapa?” Maya menaik turunkan alisnya.
Sonia mengernyitkan dahi. “Siapa, sih?”
Maya dan Sarah semakin memelankan suaranya dan melihat sekeliling.
“Ini baru hasil nguping dari pembicaraan sementara Bu Susanti, Pak Arman dan Pak Burhan, ya … Son, background lo itu sebenarnya IT ‘kan?” Tanya Sarah, “dan dari dulu pengen banget ada di divisi itu?”
“Ho oh.” Sonia hanya mengangguk.
“Nah, katanya elo bakal di pindah ke IT dan langsung jadi IT Project Manager.” Maya tersenyum lebar memberitahukan kabar gembira tersebut.
“Hah!” Sonia langsung memekik kencang. Sontak hampir semua menoleh ke arahnya.
“Psssttttt.” Sarah menempelkan telunjuk pada bibirnya. “Jangan heboh dulu. Tunggu sampai ada pengumuman resmi dari Ibu.”
“Elo serius?” Mata Sonia terbelalak. Nadanya sedikit ia pelankan.