Keesokan sorenya, rencana buka puasa bersama di kediaman keluarga Febriansyah tetap berjalan sesuai rencana. Para karyawan termasuk Anjani, memasuki rumah Bu Susanti dan Burhan yang megah. Mereka semua terpukau dengan rumah tersebut yang bak istana Disney. Jika rumah Bu Susanti saja segini megahnya, bagaimana dengan rumah Arman apalagi Bu Lidya?
Mereka pun melihat-lihat rumah bernuansa hijau tersebut sambil sang Asisten Rumah Tangga membawa mereka menuju lokasi tempat buka puasa bersama akan dilaksanakan. Mereka dibawa melewati living room, dining room, kemudian mengarah ke pintu belakang.
Ternyata mereka di bawa menuju halaman belakang yang begitu luas dan megah. Mereka bisa melihat kolam renang, air mancur, playground anak, lapangan golf, lapangan tenis dan basket Di situ juga terlihat beberapa rumah lain yang tak kalah megah. Salah satunya pasti merupakan rumah Arman dan keluarganya. Mulut Anjani pun menggangga melihat isi rumah istana tersebut.
Tampak di situ terlihat anak kecil yang sedang asyik bermain di kolam renang ditemani oleh suster mereka. Mereka merupakan keponakan Arman dan Burhan.
Para karyawan kemudian di bawa ke area tempat mereka akan buka puasa nanti, yang dekat dengan area kolam renang. Di situ sudah tersedia berbagai buffet dan juga beberapa tempat duduk melingkar untuk para karyawan makan nanti.
Yang membuat mereka tercengang, stall-stall makanan tersebut bukan sembarang makanan, melainkan makanan dari brand-brand besar seperti Bakmi GM, Hokben, KFC, Chatime, Kopi Kenangan, Dcrepes dan masih banyak lagi. Namun juga tetap ada makanan tradisional dan jajanan pasar. Mereka sudah tak sabar ingin cepat-cepat berbuka puasa.
Seorang pria muda dengan kisaran usia pertengahan 20-an tiba-tiba saja menghampiri para karyawan sambil tersenyum ramah. “Sore semuanya, perkenalkan nama saya Fajar, Asisten Bapak Arman Febriansyah yang akan bergabung besok.”
Para karyawan pun langsung balas tersenyum dan balik menyapa pria tersebut. “Hai, Fajar, salam kenal, ya.” Mereka saling bersahutan.
Anjani dalam hati merasa lega karena Asisten Arman adalah laki-laki. Sarah mendelik kesal karena pekerjaannya diambil oleh orang itu.
“Sekadar info saja, nanti untuk acara pertama, Bu Susanti akan memberikan sambutan sekaligus salam perpisahan, lalu ada kultum baru setelah itu acara berbuka puasa. Oiya nanti juga ada sholat magrib berjamaah baru habis itu makan besar.”
“Terima kasih, Fajar.” Ucap mereka bersahutan.
“Sebentar lagi Bu Susanti, Pak Burhan, Pak Arman bahkan Pak Affandi, Bu Mauren dan Bu Lidya akan keluar.” Beritahu Fajar.
Affandi dan Mauren merupakan nama kedua orang tua Arman, sedangkan Lidya … yah tentu saja mereka semua tahu siapa beliau. Ratu dari Febriant Group.
“Oh, semua keluar owner juga hadir?” Tanya Sonia kaget karena ia pikir ini hanya acara Aftive saja.
“Iya, dong. ‘Kan mereka semua tinggal di sini.” Sahut Fajar sambil menunjuk rumah-rumah keluarga Febriansyah. “Ya, nggak semua sih. Cuma nama-nama yang tadi saya sebutkan saja.”
Para karyawan kemudian bertanya-tanya itu rumah siapa saja dan yang mana rumah Arman. Fajar pun menjelaskan satu persatu dengan sabar. Anjani yang juga kepo ikut mendengarkan.
“Jadi kalian sudah tahu lah, ya, kalau kalian tadi masuk dari rumah Bu Susanti dan Pak Burhan. Kalian mungkin juga sudah tahu kalau Bu Lidya memiliki empat orang anak. Rumah Bu Lidya sendiri di ujung sana yang paling besar.”
Mereka semua melihat ke arah rumah megah bernuansa emas di bagian ujung yang dekat dengan lapangan golf tersebut.
“Anak pertama adalah Bu Susanti, lalu anak kedua adalah Bapak Affandi yang menikah dengan Bu Mauren dan memiliki 2 anak, Pak Arman dan Lisa. Fyi aja, Bu Mauren juga merupakan anak konglomerat. Rumah mereka yang itu.”
Fajar pun menunjuk ke sebuah rumah bergaya Amerika klasik yang bernuansa hitam putih. Rumah tersebut terletak di antara lapangan golf dan tenis, tak jauh dari rumah Bu Lidya tadi. Rumah itu merupakan rumah terbesar kedua di area tersebut.
Ah, ternyata yang itu rumah Mas Arman.
“Nah, selebihnya itu rumah anak ketiga dan keempat Bu Lidya bersama dengan keluarga masing-masing. Anak-anak mereka umumnya pada masih sekolah.” Fajar sambil menunjuk anak-anak yang sedang berenang tersebut. “Yang paling besar sedang berkuliah di luar negeri. Oiya, di sini itu kalau mau jalan dari satu rumah ke rumah lainnya atau ke salah satu fasilitas, bisa naik buggy car.”
Mereka pun sejak tadi bisa melihat beberapa buggy car putih terus melintas.