Sebelumnya, menurut pemikiranku yang tergolong dangkal, kupikir perkara memilih lowongan kerja adalah perkara remeh-temeh dan tak membutuhkan waktu yang panjang. Aih menurut hematku hal itu bisa selesai dalam hitungan jam saja. Realitasnya tak demikian, aih aku dihadapkan pada skenario Gusti Alloh yang memang susah untuk di tebak. Ssst beberapa hari aku harus rela terjerembab dalam situasi memproses informasi lowongan kerja yang pas dan cocok untuku. Aku memerlukan banyak pertimbangan, selain memang syarat yang dibutuhkan seperti yang kusebutkan sebelumnya. Aku juga harus mempertimbangkan perkara jarak sobat. Jarak inilah yang menjadi satu ganjalan yang cukup berat. Aih dimana banyak tersedia lowongan yang sesuai namun diluar kota seperti Surabaya dan Pasuruan. Itu pun aku tak langsung diwawancara sobat.
Terang saja, membuatku berpikir ulang untuk melamar disana sobat. Hingga pada akhirnya setelah melewati diskusi atau tepatnya mengutarakan keadaan tempat kerja yang jauh kepada emaku yang seperti biasa emak hanya manggut-manggut tok sembari mengatakan iya, lalu emaku menyarankan agar aku mencari kerja di sekitaran kabupaten Malang saja. Aku pun meresponya dengan manggut-manggut tok.
Dan kemudian emak mengutarakan padaku bahwa beliau memberikan nasehat itu, beliau bukan tak mau jauh dariku tapi kelimitan ongkos yang memaksanya untuk memberi saran tersebut.
Lagi, aku hanya meresponya dengan manggut-manggut tok sembari menghibahkan senyuman manis.
Dan dalam lubuk hati yang terdalam mengelem tentang ketegaran emaku yang merupakan sosok orang tua yang mudah menahan rindu pada anaknya. Dan kutahu dengan baik bahwa dalam pikiran emak, yang namanya anak adalah titipan . Maklum saja, hal tersebut sering beliau utarakan baik padaku atau pun pada tetangga yang saban hari selalu rasan-rasan pada emak .
Sobat menurutku, emak seperti pengagum khahlil gibran sejati. Yah walaupun beliau tak tahu siapa sosok khahlil gibran atau pun karyanya yang secara spesifik membahas tentang anak sobat. Tapi prilaku beliau bisa mencerminkan karya khahlil gibran yang berjudul Anakmu bukanlah Milikmu yang isinya seperti ini sobat.
Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.
Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikirannya sendiri.
Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.
Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.
Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.