Nekat ae lah!

Kholifah
Chapter #3

Akhirnya Aku menemukan pelabuhan terakhir

Setelah sekian lama,  aku mengalami kelelahan jiwa dan raga selama berhari-hari, dimulai dari melamar ke perusahaan energi hingga perusahaan lain yang bergerak dibidang yang berbeda-beda seperti kesehatan dan menjual alat rumah tangga yang pada ujung-ujungnya menyuruhku untuk turun lapangan dan membuat permukaan kulitku yang paling luar harus berperang dengan teriknya panas mentari.

Heum karena pada saat-saat itu, lowongan yang tersedia untuku hanya posisi sebagai tenaga marketing. Aih hingga kupikir kalau di kota Malang hanya menyediakan lowongan dengan posisi tersebut. Terus terang, sebagai manusia biasa yang statusnya sebagai gadis osed tulen, aku hampir berada di ujung jurang keputus asaan yang tak berujung sobat. Untungnya berkat Rahmat Gusti Alloh yang luas tanpa batas, pada akhirnya ada seorang wanita yang tak kukenal namanya serta dimana tempat tinggalnya ? Dimana secara kebetulan atau memang sudah di setting oleh Gusti Alloh untuk bertemu denganku sobat .

Masih terpampang jelas dalam ingatanku, siang itu saat mentari sudah berpendar dengan posisi yang menjulang begitu tinggi, dalam keadaan wajahku yang penuh dengan peluh keringat. Aku yang berdiri di halte bus sembari menyeka keringatku dengan kedua telapak tanganku tok tanpa tisu sobat. Aku dikagetkan dengan panggilan mbak yang mungkin secara berulang sobat. Aku pun meresponya dengan ekpresi kaget yang luar biasa dan tanpa ada settingan sebelumnya. Lalu kujawab Apa buk, dengan posisi lidah agak tergagap sobat.

Kemudian beliau bertanya lagi padaku dengan nada suara yang lemah lembut yakni darimana gerangan diriku ? Aih tentu saja kujawab bahwa aku habis melamar kerja menjadi sales. 

"Waduh jadi sales mbak ?"Tanyanya memastikan.

"Iya bu."Jawabku dengan lemas.

Wanita itu pun menghelakan napas panjang, lalu memberitahuku untuk mencari pekerjaan lain. Lagi, aku cukup meresponya dengan menghibahkan senyum tok. Dan wanita itu, juga menghibahkan senyum bahagia padaku, sejurus kemudian beliau memberitahukan padaku bahwa ada lowongan kerja di kota Malang untuk tenaga Spa terapist.

Masih terpampang jelas dalam ingatanku, kala itu aku begitu girang gak karuan sobat. Aku pun secara spontan menanyakan balik tentang kebenaran kabar tersebut. Aih wanita itu pun membenarkan kabar tersebut, dan memberikanku selembar kertas yang tertuliskan alamat kantor nya.

Sobat aku menerima kertas tersebut dengan kedua tanganku sembari kuhibahkan senyuman bahagia. Aih benar-benar kabar tersebut mampu membuyarkan segala lelah letih lesuku usai turun ke lapangan sembari membawa lamaran kerja di tangan sobat. Kabar tersebut juga mampu menstabilkan keadaanku yang begitu mengenaskan dan hampir mirip dengan lagunya om iwan fals yang berjudul Sarjana yang liriknya kurang lebih seperti ini

Berjalan seorang pria muda

Dengan jaket lusuh di pundaknya

Di sela bibir tampak mengering

Terselip batang rumput liar

Jelas menatap awan berarak

Wajah murung s'makin terlihat

Dengan langkah gontai tak terarah

K'ringat bercampur debu jalanan

Engkau sarjana muda

Resah mencari kerja

Mengandalkan ijazahmu

Empat tahun lamanya

Bergelut dengan buku

'Tuk jaminan masa depan

Langkah kakimu terhenti

Di depan halaman sebuah jawatan

Tercenung lesu, engkau melangkah

Dari pintu kantor yang diharapkan

Terngiang kata tiada lowongan

Untuk kerja yang didambakan

Tak peduli berusaha lagi

Namun kata sama kau dapatkan

Jelas menatap awan berarak

Wajah murung s'makin terlihat

Engkau sarjana muda

Resah tak dapat kerja

Tak berguna ijazahmu

Empat tahun lamanya

Bergelut dengan buku

Sia-sia semuanya

S'tengah putus asa

Dia berucap, "Maaf, Ibu"

Yah walaupun tidak mirip seratus persen, dimana yang menurut lirik dia adalah sarjana yang menghabiskan empat tahun untuk belajar sedangkan aku hanya lulusan diploma satu yang hanya menghabiskan satu tahun belajar. Dia adalah pria muda sedangkan aku adalah wanita muda. Akan tetapi lika-likunya hampir sama. Syukur alhamdulillah endingnya tak sama sobat. Aih sebentar lagi, kalau Gusti Alloh mengijinkan. Aku akan dapat kerja.

Setibanya aku di rumah saat sore hari, dengan perasaan girang gak karuan, aku langsung memberitahukan kepada emak dengan cara berteriak cukup keras. Aih masih terpampang jelas dalam ingatanku, sore itu saat waktu maghrib hampir tiba, dimana warna langit sudah agak kelabu dihias dengan siluet warna merah mentari yang menyepuh sebagian langit, sesekali angin juga berhembus dengan kencang, sehingga berefek pada bergoyangnya pepohonan bambu yang menimbulkan suara decitan layaknya ringkihan orang tua yang mengeluh akan kondisinya yang sudah mulai menua, aih diantara kolaborasi alam itu, aku berdiri di ambang halaman rumahku dan langsung berteriak pada emak bahwa besok, aku akan melamar kerja yang sesuai dengan kriteriaku yang kuiringi dengan hibasan senyum bahagia sembari memamerkan gigiku yang kering karena sepanjang hari tak sikatan sobat he he he he.

" Alkamdulillah." Kata emaku dengan gembira sembari menghibahkan senyuman untur memamerkan gigi palsunya yang selalu maju .

" Iyo mak, lowongane kerjo neng salon." Jawabku sembari terus melangkah menghampiri emak. Yah sengaja kupilih kata salon supaya emak paham sobat. Aih jika kukatakan Spa , sudah pasti emak bingung dan akan menanyakan padaku sembari mengernyitkan alisnya yang hitam, tebal dan mengkilat yang merupakan asli dari Anugerah Gusti Alloh.

Kemudian kami berdua terus melangkah seiring sejalan menuju rumah. Maklum hari sudah beranjak maghrib, suara azdan sudah berkumandang seantero desaku. Sepatutnya sebagai muslim yang baik, kami pun tak mengeluarkan suara apa pun. Hingga pada saat sholawat atau pujian bertalu-talu emak melanjutkan tanyanya padaku.

Lihat selengkapnya