Nekat ae lah!

Kholifah
Chapter #4

Tanda tangan kontrak

Beberapa menit, setelah tanganku membubuhkan tanda tangan diatas lembaran kertas putih yang berjudul kontrak kerja yang juga ditempeli dengan materai, tibalah aku melakukan aksi yang sudah kunantikan sejak zaman bahela. Ups sejak kemarin sobat. Yah apalagi kalau bukan memulai aktivitas training, tepatnya secara spesifik disebut dengan training teori sobat.

Masih terpampang jelas dalam ingatanku, kala itu aku digiring oleh pewancara untuk meninggalkan ruangan pewancara yang penuh dengan rupa-rupa alat kantor yang tentunya engkau lebih familiar dariku sobat. Dimana sebelumnya wanita tersebut menelpon seseorang yang menduduki bagian tertentu dalam yayasan. Aih dalam percakapan yang singkat tersebut, wanita itu hanya untuk memberitahu posisinya sudah tak ada dalam ruangannya sobat. Sssst pikirku yang dulu masih dikuasai oleh keterbatasan pengetahuan, tentu saja, kuanggap hal tersebut tak penting. Sayangnya pikiran tersebut tak kulontarkan , hanya cukup kuendapkan dalam lubuk hati tok he he he.

Selanjutnya aku pun mengikuti perintahnya sembari manggut-manggut tok. Dan dalam diam , aku iseng-iseng untuk mencoba membandingkan keadaan ku denganya, tak pelak aku mendadak terserang rasa minder. Pantas saja, bedanya seperti langit dan bumi sobat. Yah kala itu, aku yang merupakan gadis osed tulen yang tampil secara apa adanya dan sesuai dengan yang ada pada lemari milik keluarga kami. Singkatnya aku mengenakan kemeja putih berkerah yang warnanya agak pudar gara-gara terlalu lama terpapar sinar mentari , dengan bawahan rok hitam pendek ala baju dinas kantoran yang merupakan hasil karyaku sendiri yang memakan waktu sepanjang malam hingga membuat kelopak mataku mencilek dengan ekstra sobat. Yah sepanjang malam aku menjahit menggunakan tenaga tangan dengan alat seadaanya berupa benang dan jarum. Maklum saja, aku tak punya mesin jahit sobat. Heum aku membuatnya dengan terpaksa, karena baju tersebut sebenarnya kujahitkan pada tukang jahit. Dan tiba-tiba , kainku dikembalikan dengan keadaan yang sudah terpotong, entah apa yang penyebabnya aku tak tahu secara pasti, tahu-tahu ada orang suruhan tukang jahit yang mengembalikanya tanpa mengutarakan alasannya kenapa sobat. Waktu itu, aku dan emak pun hanya diam saja, dan tak menanyakan lansung pada si tukang jahit. Pikir emaku pasti penjahitnya sedang banyak orderan atau takut kalau ongkos diutang oleh emak he he he. Maklum memang biasanya memang seperti itu sobat .

Aih daripada mubazir atau percuma, aku pun berinisiatif menjahitnya sendiri . Dan hasilnya lumayan bagus, sehingga bisa kupakai saat training. Mengingat training di Yayasan harus mengenakan setelan hitam putih yang digunakan sebagai seragam tanpa harus mengeluarkan uang he he he. Heum dengan demikian, aku pun bisa terus berjalan dengan perasaan lega karena sudah mematuhi salah satu aturan yang ditetapkan oleh Yayasan sobat.

Aih kembali lagi pada laptop seperti kata Mr. tukul atau kembali pada bahasan tentang aku yang terus berjalan dengan wanita cantik yang memiliki rupa wajah yang sekelas selebritis tanah air yang mengenakan pakaian mbois ala baju dinas kantor yang sedang ngetren pada masa itu sobat. Kami berdua berjalan tak beriringan untuk menelusuri lorong-lorong yang disamping kanan-kiri adalah tembok kokoh yang bagus namun memberi kesan menakutkan. Aih beda dengan tembok dirumahku yang ringkih namun memberi kesan ceria dan damai sobat.

Heum kesan menakutkan kian bertambah dramatis, gara -gara keadaan ruangan masih lengang , yang tampak hanya beberapa pegawai yang datang, hanya ada beberapa office boy yang berseragam dinas yang sedang mengepel lantai dan berusaha menyapa wanita disampingku sobat.

"Selamat pagi" Jawab wanita itu, lalu matanya menatap dengan pandangan menyelidik pada area sekitar office boy.

" Itu papan peringatannya, yang bertuliskan awas lantai basah jangan lewat, kok tidak dipasang?"Tanyanya dengan nada suara menghakimi.

"Saya lupa bu" Jawab si office boy dengan takut dan tangannya pun reflek menggaruk kepalanya seperti yang kulakukan jika dilanda kepanikan sobat.

Aih sementara itu, aku yang bukan tersangka yang kebetulan berada di Tempat Perkara Kejadian, mendadak dilanda rasa wedi sobat.

" Hmm kebiasaan kamu , kalau kerja seringkali tak sesuai S.O. P." Timpalnya dengan ketus.

Kemudian wanita itu diam, dan matanya yang sudah dirias bak super model itu menatap juga kepadaku. Heum pada akhirnya aku benar-benar kena cipratan amarah juga. Yah dia mengatakan bahwa saat bekerja kami semua, entah aku atau pun office boy harus menjalankan S. O. P yang berlaku. Karena itu adalah aturan baku yang tak bisa dinego lagi. Kami pun menanggapinya dengan cara manggut-manggut tok sembari mengatakan iya.

Selang beberapa menit, aku digiring lagi oleh wanita itu, untuk memasuki ruangan training. Yah aku diperkenalkan oleh wanita itu dengan trainer yang terkesan pro alias profesional yang juga cantik , namun rupa wajahnya tak sekelas dengan selebritis, artinya masih cantik wanita yang mewancaraiku sobat.

Setelah prosesi perkenalan yang cukup membuatku tegang, aku pun ditinggal oleh wanita pewancara sobat. Dan seperti yang sudah-sudah, suasana pun kian tegang seperti melihat film horor saja sobat. Aih efeknya , aku pun agak lebih kikuk untuk memasuki ruangan besar yang komplit dengan berbagai alat yang digunakan sebagai sarana untuk menunjang proses belajar mengajar layaknya di sekolahmu atau sekolahku. Mulai dari papan tulis berwarna putih besar yang hampir mirip dengan layar bioskop, gambar-gambar berbingkai yang digunakan sebagai penunjang yang menempel pasrah pada dinding berwarna putih bersih dan juga jajaran meja kursi yang sebagian besar materialnya terbuat dari stainless . Dan sepertinya kursi-kursi tersebut hanya diperuntukkan para peserta training yang untuk sementara waktu, hanya aku saja yang datang atau mungkin hanya aku satu-satunya atau the one and only. Entahlah yang penting aku segera bisa melakukan aksi yang penting dalam hidup. Yah walaupun aksi tersebut kumulai dengan menatap kanan kiri atau atas bawah ruangan besar yang tampak hampa seperti penggalan lirik sebuah lagu dan sayangnya aku lupa itu milik siapa sobat he he he. Aih jika ikut kuis tebak judul lagu mungkin akan keluar sebagai pemenang. Maksudnya menang tell minya atau telat mikirnya.

Ups kembali ke laptop seperti kata Mr tukul, atau kembali ke kondisi ruangan yang hampa yang tak ada orangnya kecuali hanya aku dan Ibu trainer yang merupakan sosok perempuan yang beruntung yang atas berkat Rahmat Gusti Alloh yang luas tanpa batas yang mana dia mendapatkan anugerah wajah yang cantik, kulit yang bersih dan badan yang tinggi semampai serta perawakan yang ramping aduhai, sehingga membuat baju dinas ala kantor yang dia kenakan tampak bagus dan menawan atau bahasa kerenya looking good. Aih sungguh indah dipandang , dan membuatku secara reflek melongo dan kupikir beliau juga sama cantiknya dengan selebritis sobat.

Saking gumunnya aku padanya tak pelak berefek pada ku yang terus berdiri mematung, tak segera ancang -ancang untuk duduk seperti gadis osed tulen kebanyakan yang mudah dilanda katrok sobat.

"Silahkan duduk mbak!"Perintahnya padaku dengan nada suara yang cukup keras. Mungkin saja nada suara tersebut bertujuan agar aku mendengarnya, dimana mungkin sebelumnya dia sudah memanggilku dan aku mengalami gagal fokus sobat.

Dan aku pun duduk dengan agak ragu-ragu diiringi dengan suara decitan kursi yang terdengar seperti ringkihan orang kesakitan

"Selamat pagi mbak. Santai saja, ndak usah tegang !" Katanya dengan nada suara halus yang diiringi dengan senyuman muanis nis nis.

Tak ayal senyuman manisnya berefek manis padaku. Aih rasa tegangku seketika roboh tergantikan dengan suasana hati yang menyenangkan . Dan aku pun bisa menghibahkan senyum manisku dan memamerkan gigi putihku sembari bernapas lega. Hingga pada akhirnya membuatku merasa aman sentosa untuk mengikuti materi pelajaran yang beliau berikan. Tentunya setelah melalui tahapan perkenalan dulu. Yah dia dengan gaya yang anggun menyebutkan bahwa namanya adalah Ibu nadia sobat. Dan tak ketinggalan dia juga menyebutkan bahwa dia adalah seorang trainer yang mengajar teori Spa dan praktek Spa.

Sejurus kemudian, dia dengan gaya yang anggun pula, mulai mengajari aku seorang . Dan terus terang aku merasakan sensasi les privat yang sebelumnya tidak pernah kurasakan sobat. Sontak mendadak aku merasa menjadi anak orang kaya. Mengingat yang namanya les privat itu pasti mahal. Dan untuk itu, aku tak mau menyia-nyiakanya.

Lihat selengkapnya