Blurb
Sabbara' meni Daeng
Mammuare Dewatae
Na passiruntu'ki' ro paimeng
Hanya ucapan itu yang bisa kubawa menjelajahi bagian lain di Negeri ini. Aku tidak sakit hati, aku juga tidak sok tegar, apalagi bertindak berlebihan dalam melanjutkan nafas kehidupan.
Aku bersama cintamu, yang ku tau hanya untukku, tidak bisa mendikte hati untuk beriringan dengan otak, lakukan apa yang disukai hati, lakukan apa yang disukai otak.
Aku jelas melarang hati untuk menuruti otak, nanti kita semua bisa berada di Rumah Sakit Jiwa. Kalau hari ini ingin menangis ya menangis saja, kalau ingin marah silahkan marah, kalau urusan bahagia aku ingin membaginya pada siapapun diseluruh dunia.
Bukan salahku, apalagi salahmu, terlebih keluargamu dan Tanah kelahiran mu. Bukan juga salah tetanggamu dan tetanggaku, jalannya sudah begini.
Menurut orang aku nelangsa karnamu, buatku tidak. Aku adalah Awan, sesuai arti namaku, aku diharapkan lahir menjadi orang yang berguna bagi jutaan orang diluar sana, lalu mempunyai kedudukan dan derajat tinggi. Namun, awan berwarna putih, itu sesuai dengan langkah kehidupanku yang sulit ditebak.
Jika kebanyakan kisah berakhir karna perbedaan derajat, agama dan suku bangsa. Tapi, hal seperti itu tidak tercatat di cerita kehidupanku, lalu kisah seperti apa yang terjadi padaku?