“Neng!” Teriak Ratu Emas, penuh ketakutan.
Tapi Neng tidak peduli dengan ibu angkatnya itu, ia tetap berlari, sejauh mungkin, kalau bisa sampai menyeberangi Sawah dan tidak pernah kembali lagi. Drap drap drap, suara baju perang Neng yang bergoyang – goyang saat berlari menjadi musik monoton yang menemani kesal, sedih dan lelah yang ia rasakan.
“Berhenti. Neng, berhenti lah.” Kata Petani yang bersuara lembut.
“Anda siapa!?” Teriak Neng, ia berhenti berlari dan menumpahkan semua kemarahannya pada Petani.
“Saya Petani. Saya meminta Neng untuk berhenti. Kasian Ibu kamu itu, berteriak – teriak sambil menangis.”
“Itu bukan ibuku!” Kemudian Neng berlari kembali, dua kali lebih cepat dari sebelumnya.