Vex melangkah cepat di lorong-lorong gelap bawah tanah Neuropa. Hujan di atas kota masih mengguyur deras, menciptakan gema basah di setiap sudut yang dingin. Nafasnya masih berat, dada terasa sesak, namun pikirannya harus tetap jernih. Data rahasia yang dibawanya bukan hanya kunci untuk menghentikan ANexTech, tapi juga beban berat yang bisa membunuhnya jika jatuh ke tangan yang salah.
"Harus sampai ke tempat aman," gumamnya. Tangannya menggenggam erat drive holografik berisi Project Eclipse—senjata mematikan NexTech untuk mengendalikan pikiran warga kota.
Pikiran Vex melayang sejenak ke Spectra dan Rylan. Mereka terpisah dalam kekacauan tadi, dan itu membuatnya gelisah. "Harus mereka selamat," pikirnya, seraya terus berjalan dengan langkah tergesa.
Tiba-tiba, suara derap kaki bergema dari lorong belakang. Vex menoleh cepat, tangannya menggapai pistol elektromagnetik yang terselip di pinggangnya. Dari bayang-bayang muncul dua sosok berjas hitam, wajah mereka tersembunyi di balik helm canggih dengan lampu merah menyala.
"Pengejaran dimulai," kata Vex dalam hati.
Dia berlari kencang, melewati pintu-pintu logam yang berderit, melewati tangga darurat yang basah dan licin. Setiap langkah terasa seperti tarian dengan kematian. Jantungnya berdetak keras, telinga menangkap suara napasnya sendiri yang berat dan gemuruh hujan di luar.
Namun, mereka tidak menyerah. Dua sosok itu tetap memburu, menggunakan alat pelacak termal dan drone kecil yang berputar-putar mencari Vex.
Di persimpangan lorong, Vex mengambil keputusan cepat. Dia membelok ke sebuah ruang sempit yang penuh dengan kabel dan panel listrik. Dengan cepat, dia menarik kabel besar, melepaskan aliran listrik ke ruangan itu. Seketika, lampu-lampu redup padam, menciptakan kegelapan total.
"Ini kesempatan," pikir Vex.
Dia bergerak dalam gelap, meraba dinding, mencari jalan keluar. Namun, kegelapan juga membuatnya rentan. Tiba-tiba, tangan kasar merangkul bahunya dari belakang.
Vex berbalik, membalas dengan pukulan cepat ke rahang penyerangnya. Sosok itu terjatuh, menggeram kesakitan. Tapi itu belum cukup. Temannya yang lain sudah mendekat, siap menyerang.
Pertarungan sengit terjadi dalam ruang gelap itu. Vex menggunakan segala kemampuan bertarungnya, memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai senjata. Dia merobohkan salah satu penyerang dengan tendangan keras ke perut, sementara yang lain terluka oleh kabel listrik yang terkelupas.
Namun, jumlah mereka lebih banyak daripada yang dia kira. Sebuah peluru melesat dan meleset di dekat telinganya. Vex menyadari, dia harus keluar dari sini sebelum terlambat.
Dengan usaha terakhir, dia melompat ke balik tumpukan kotak besar dan menemukan pintu kecil yang terbuka. Dia melesat keluar, dan terjun ke lorong yang basah. Nafasnya memburu, tubuhnya lelah, tapi dia tahu perjuangan baru saja dimulai.
Luar ruangan, hujan masih mengguyur deras, membasahi jaket kulitnya. Lampu-lampu neon yang berkelip seperti bintang buatan di langit malam membuat suasana semakin surreal.
Vex membuka drive holografik, menatap data yang berhasil diunduh. "Ini... ini kunci untuk menghentikan mereka."
Namun, di layar, muncul pesan baru: "Kami tahu kamu ada di sana, Vex. Ini belum selesai."
Hatinya mencelos. NexTech tidak hanya mencari data, mereka juga sudah tahu identitasnya.
Vex mengumpulkan keberanian dan mengirim pesan singkat kepada Spectra dan Rylan: "Status darurat. Bertemu di safehouse. Jangan bawa data langsung. Kita harus rencanakan ulang."
Dia tahu, pertempuran ini bukan hanya tentang kekuatan teknologi, tapi juga tentang siapa yang mampu bertahan dalam bayang-bayang kegelapan.
Setelah mengirim pesan singkat, Vex bergerak cepat melintasi lorong-lorong kota yang penuh lampu neon berkelap-kelip. Hujan malam semakin deras, menambah suasana suram yang menyelimuti Neuropa. Ia menghindari jalan utama dan kamera pengawas, memilih jalur sempit dan gang-gang gelap yang hanya diketahui oleh sedikit orang.
Di pikirannya, bayangan dua pria berjas hitam tadi masih membayang. Mereka bukan musuh biasa. NexTech telah mengerahkan sumber daya besar demi menghentikannya. Namun, Vex tak bisa mundur sekarang. Data yang ia bawa terlalu berharga.
Safehouse yang dituju berada di sebuah gedung tua di distrik industri—tempat tersembunyi yang telah lama dijadikan markas kecil oleh kelompok pemberontak yang dikenal sebagai The Circuit. Mereka adalah sekutu yang Vex percayai, sekaligus harapan terakhir untuk mengungkap kebenaran NexTech.
Sesampainya di depan gedung, Vex berhenti sejenak, mengamati keadaan sekitar dengan hati-hati. Suara mesin dan gemuruh kota tidak mampu menutupi ketegangan yang menyelimuti dirinya. Ia menarik napas dalam, lalu mengetuk pintu dengan pola kode khusus yang hanya dikenal oleh anggota The Circuit.
Pintu terbuka perlahan, dan sesosok wanita muncul. Rambutnya pendek dan berwarna perak, dengan mata tajam yang menembus kegelapan. "Vex, akhirnya kau sampai juga," ucapnya dengan nada serius namun lega. "Kau membawa sesuatu?"
Vex mengangguk, menyerahkan drive holografik yang berisi data Project Eclipse. Wanita itu mengambilnya dengan cepat, memeriksa isi file di layar mini holografiknya. "Ini lebih besar dari yang kita kira," katanya. "Teknologi pengendalian pikiran massal NexTech bisa menghancurkan seluruh Neuropa jika mereka berhasil meluncurkannya."
Dari balik bayangan, muncul dua pria lagi, masing-masing membawa perlengkapan komunikasi canggih dan senjata ringan. Mereka adalah Spectra dan Rylan, yang datang lebih dulu dan sudah menunggu di dalam.
"Kita harus bertindak cepat," kata Spectra sambil membuka peta digital kota. "Rencana NexTech sudah memasuki fase final. Mereka akan mulai uji coba teknologi dalam waktu dekat."
Rylan menambahkan, "Kami berhasil mengumpulkan intel tentang lokasi percobaan mereka—di sebuah fasilitas rahasia di bawah kota, dekat area pelabuhan."
"Ini saatnya kita hentikan mereka sebelum terlambat," tegas Vex.