Neon Drift

Penulis N
Chapter #15

15

Vex dan Zaira menahan napas di balik panel besar, menyaksikan Aris berjalan ke ruang kontrol utama. Perangkat di tangannya memancarkan cahaya biru redup, menandakan ia sedang mengirimkan data ke pusat komando 'Black Helix'.

"Kalau kita bisa mendapatkan akses ke data itu, kita mungkin bisa membongkar rencana mereka lebih cepat," bisik Zaira, matanya menatap layar hologram yang terpampang di dekatnya.

Vex mengangguk pelan. "Tapi itu berarti kita harus masuk ke ruang itu. Dan Aris sedang di sana."

Zaira menatap sekeliling mencari jalur alternatif. "Lorong ini sempit dan penuh kamera pengintai. Kita harus hati-hati."

Vex menyiapkan senjatanya, sebuah pistol elektromagnetik yang dapat melumpuhkan peralatan elektronik tanpa menimbulkan suara. "Kita tidak bisa mengandalkan kekerasan. Jika kita ketahuan, mereka akan menambah penjagaan dan misi kita bisa gagal."

Mereka mulai merangkak menyusuri lorong samping, mencari celah untuk masuk ke ruang kontrol. Lampu-lampu neon berkelap-kelip, memberi efek dramatis pada setiap langkah yang mereka ambil.

Sementara itu, di markas pemberontak, Kaelen dan Rylan mengadakan rapat tertutup dengan Selene. Data yang mereka dapat dari pengkhianat di dalam kelompok membuat ketegangan memuncak.

"Aris sudah lama berkhianat, dan dia tahu rencana kita," ucap Selene dengan suara dingin. "Dia bahkan mungkin sudah membocorkan lokasi markas kita ke 'Black Helix'."

Rylan mengepalkan tangan. "Kita harus segera pindah markas. Jika tidak, kita hanya menunggu kehancuran."

Kaelen mengangguk. "Aku akan menginstruksikan tim evakuasi segera setelah kita mendapatkan informasi lebih lanjut dari Vex dan Zaira."

Selene menatap kedua pria itu dengan serius. "Tapi sebelum itu, kita harus tahu apa yang Aris rencanakan di 'The Apex'. Aku akan membantu kalian mendapatkan data itu."

Di bawah tanah, Vex dan Zaira berhasil menemukan ventilasi kecil yang mengarah ke ruang kontrol utama. Vex membuka alat kecil dari tasnya, sebuah alat canggih yang mampu memperlebar ventilasi agar manusia bisa merangkak masuk.

"Aku masuk duluan, kau jaga dari sini," kata Vex.

Zaira mengangguk, mengambil posisi di luar ventilasi dengan pistol elektromagnetiknya siap. "Cepat dan hati-hati."

Vex merangkak masuk ke ruang kontrol, merasakan detak jantungnya meningkat. Di dalam, layar hologram menunjukkan peta Neon City dengan berbagai titik merah yang menandakan posisi pasukan 'Black Helix'.

Vex segera menghubungkan alat pemindai ke salah satu terminal utama. Alat itu mulai mendownload data rahasia yang berisi rencana penyerangan besar-besaran ke markas pemberontak.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di lorong dekat ventilasi. Vex menahan napas dan bersembunyi di balik konsol.

Seorang penjaga keamanan muncul, mengelap senjata dengan santai. Vex melihat dia mendekati ventilasi dan merogoh sesuatu dari saku—sebuah alat pendeteksi gerak.

Zaira di luar ventilasi menggigit bibir, berdoa agar penjaga itu segera berlalu. Setelah beberapa menit yang terasa seperti seumur hidup, penjaga itu akhirnya pergi.

Vex menghela napas lega, melanjutkan proses download data. Namun, tiba-tiba layar terminal berkedip merah dan alarm berbunyi.

"Gawat! Alarm aktif!" bisik Vex panik.

Di luar, Zaira langsung bergerak cepat, menembakkan pistol elektromagnetiknya ke panel alarm, mencoba mematikan sistem.

Lampu merah berkedip makin cepat, dan suara pengumuman otomatis terdengar, memperingatkan adanya penyusupan di ruang kontrol.

Vex tahu waktunya terbatas. Dengan napas tertahan, dia mengambil alat penyimpan data yang sudah terisi penuh dan bergegas keluar dari ventilasi.

Zaira membantu menarik Vex keluar, dan mereka berlari secepat mungkin menembus lorong gelap, di belakang mereka terdengar suara langkah penjaga dan derap robot patroli yang semakin mendekat.

Mereka mencapai pintu masuk saluran pembuangan dan segera menutupnya, berharap bisa menghilang dalam kegelapan.

Setelah jauh dari bahaya, mereka berhenti sejenak, saling berpandangan dengan napas terengah.

"Data sudah kita dapat," kata Vex.

Zaira mengeluarkan perangkat komunikasi. "Aku akan kirim ke Kaelen dan Selene sekarang juga."

Vex tersenyum tipis. "Kita satu langkah lebih dekat untuk menghentikan 'Black Helix' dan pengkhianat di antara kita."

Namun, di tempat lain, Aris duduk di ruang komando dengan senyum dingin di wajahnya. "Mereka sudah mulai bergerak," gumamnya. "Tapi aku punya rencana lain. Ini baru permulaan."

Vex dan Zaira kembali ke markas pemberontak dengan data rahasia yang berhasil mereka curi dari ruang kontrol 'The Apex'. Namun, mereka tahu bahwa bahaya belum usai. Pengkhianat bernama Aris masih bebas dan bisa kapan saja menyerang mereka dari dalam.

Di ruang briefing, Kaelen dan Selene menunggu dengan penuh kecemasan. Ketika Vex mengirimkan data lewat perangkat komunikasi, layar hologram di tengah ruangan menampilkan rencana besar 'Black Helix' untuk menguasai Neon City dalam hitungan hari.

"Ini lebih buruk dari yang kita bayangkan," kata Selene dengan nada serius. "Mereka sudah menyiapkan pasukan robotik yang dilengkapi AI untuk menyerang dan menguasai tiap distrik."

Kaelen menatap Vex dengan tajam. "Bagaimana kondisi kalian? Apakah kalian aman?"

Vex menggeleng pelan. "Kita hampir ketahuan. Penjaga dan robot patroli mengejar kami. Untungnya kami berhasil kabur lewat saluran pembuangan."

Zaira mengangguk. "Tapi kita harus segera pindah markas. Jika Aris tahu kita berhasil mencuri data ini, dia akan menyerang lebih brutal."

Lihat selengkapnya