Setelah penangkapan Ryo, suasana di markas Neon Drift menjadi tegang namun penuh harapan. Vex tahu ini bukan akhir dari masalah—hanya awal dari perang yang lebih besar. Informasi yang berhasil didapat dari Ryo sedikit demi sedikit mengungkap jaringan 'Black Helix' yang jauh lebih luas dan berbahaya.
Pagi itu, Vex duduk sendiri di ruang kerjanya, menatap layar hologram yang menampilkan peta kota Neon City dan titik-titik aktivitas 'Black Helix'. Ia mencoba menyusun strategi, tetapi bayangan masa lalu yang tak pernah ia ungkapkan terus menghantui pikirannya.
Tiba-tiba, Luna masuk membawa secangkir kopi. "Kamu sudah dari pagi di sini, Vex. Istirahat dulu sebentar, ya."
Vex tersenyum lelah. "Terima kasih, Luna. Tapi aku harus mencari tahu lebih banyak. Kalau kita terlambat bertindak, semua bisa hancur."
Luna duduk di sampingnya, memperhatikan wajah serius itu. "Kamu tahu, kadang beban itu terlalu berat kalau kamu memikulnya sendiri. Ceritakanlah, mungkin aku bisa membantu."
Vex menarik napas dalam-dalam. "Ada sesuatu yang belum aku ceritakan pada siapa pun. Dulu, sebelum Neon Drift terbentuk, aku pernah bekerja untuk 'Black Helix' sebagai agen bayangan. Aku tahu sisi gelap mereka, tapi aku juga tahu betapa berbahayanya mereka jika dibiarkan bebas."
Luna terkejut, "Kenapa kamu tidak pernah bilang sebelumnya?"
"Aku takut kalian akan melihatku berbeda," jawab Vex. "Tapi sekarang, aku sadar aku harus jujur demi keselamatan kita semua."
Luna mengangguk pelan. "Terima kasih sudah percaya padaku. Kita akan hadapi ini bersama."
Vex merasa beban sedikit terangkat. Ia tahu dengan dukungan teman-temannya, misi ini bisa lebih mudah.
Keesokan harinya, Vex memimpin operasi untuk menyusup ke salah satu fasilitas 'Black Helix' di pinggiran kota. Bersama Luna, Zaira, dan beberapa anggota terbaik Neon Drift, mereka berencana menghentikan produksi senjata canggih yang akan digunakan untuk menghancurkan kota.
Di tengah kegelapan malam, mereka bergerak hati-hati melewati area penjagaan yang ketat. Vex mengandalkan ingatannya tentang tata letak fasilitas dari waktu ia masih agen 'Black Helix'.
"Ini dia," bisik Vex saat mereka menemukan ruang utama produksi senjata. Mereka segera memasang alat pelumpuh dan menonaktifkan sistem keamanan.
Namun, sebelum semua selesai, suara alarm tiba-tiba meraung. Mereka telah terdeteksi.
"Kita harus segera keluar!" teriak Zaira.
Vex dan tim berlari melewati koridor yang mulai dipenuhi penjaga bersenjata. Dalam pelarian itu, Vex melihat bayangan yang sangat familiar—seseorang yang seharusnya sudah ia tinggalkan di masa lalu.
Itu adalah Kaelen, mantan partner Vex di 'Black Helix', yang dulu dianggap hilang. Kaelen menatap Vex dengan tatapan dingin dan penuh kebencian.
"Vex... kita bertemu lagi," kata Kaelen dengan suara berat.
Vex menahan diri, "Kaelen, berhenti ini. Masih ada jalan lain."
"Terlambat untuk itu," jawab Kaelen, mengangkat senjatanya.
Pertempuran sengit pun tak terelakkan. Vex dan Kaelen bertarung dengan keahlian yang setara, saling beradu strategi dan kekuatan.
Sementara itu, Luna dan Zaira melindungi tim lain untuk melarikan diri dari fasilitas yang kini mulai meledak akibat sabotase yang dilakukan oleh Neon Drift.
Saat pertempuran mencapai puncaknya, Vex berhasil merebut senjata Kaelen dan menundukkannya. Namun, Kaelen menatap Vex dengan wajah yang penuh luka batin.
"Kamu meninggalkan aku," bisiknya.
Vex menatap balik, "Aku melakukan apa yang harus kulakukan untuk masa depan yang lebih baik."
Kaelen diam sejenak, lalu perlahan menyerah. Vex tahu, meskipun musuh hari ini, Kaelen pernah menjadi bagian dari masa lalunya yang rumit.
Mereka segera meninggalkan fasilitas yang mulai runtuh, membawa Kaelen sebagai tawanan.
Di perjalanan kembali ke markas, Vex memikirkan betapa beratnya masa lalu yang kini muncul kembali. Namun ia yakin, untuk melindungi Neon City dan orang-orang yang dicintainya, ia harus menghadapi semua bayangan itu.
Kendaraan Neon Drift melaju kencang meninggalkan reruntuhan fasilitas 'Black Helix' yang kini terbakar hebat. Kaelen duduk terikat di kursi belakang, wajahnya tampak muram, penuh pergulatan batin. Vex duduk di depan, matanya menatap jalan gelap yang terbentang, namun pikirannya kacau memikirkan pertempuran semalam.