Neon Drift

Penulis N
Chapter #19

19

Kepulan asap dan suara tembakan memenuhi gudang tua itu saat Vex dan Raze terus bertarung melawan gelombang penjaga Spectra yang tak kunjung habis. Mereka berdua bergerak gesit, memanfaatkan bayangan dan reruntuhan sebagai perlindungan sambil membalas serangan dengan akurat.

"Aku butuh waktu untuk mengirim data ini ke markas!" teriak Vex sambil memencet tombol pada alat hacking yang terpasang di pergelangan tangannya.

Raze mengangguk, matanya menyapu ke segala arah, waspada terhadap setiap gerakan musuh. "Kita tidak bisa bertahan lama di sini, Vex. Kalau terlambat, semua usaha kita akan sia-sia."

Sementara itu, di laboratorium rahasia, Luna dan Zaira menghadapi situasi yang tidak kalah genting. Dua ilmuwan Spectra yang mereka temui menatap dengan dingin, membawa senjata dan alat-alat canggih yang tampak mengancam.

"Jangan berani-beraninya mengganggu eksperimen kami!" bentak salah satu ilmuwan, sementara yang lain mulai menekan tombol pada sebuah panel.

Luna dengan cepat menarik Zaira ke belakang meja dan melompat ke arah konsol komputer. "Aku harus menyelesaikan download data ini sebelum mereka mengaktifkan sistem pertahanan penuh."

Zaira mengarahkan senjatanya ke dua ilmuwan itu, mencoba mengalihkan perhatian mereka. "Kalau kalian ingin ini berakhir tanpa cedera, lebih baik menyerah sekarang."

Namun, perlawanan mereka tidak membuat ilmuwan itu gentar. Lampu-lampu di laboratorium mulai berkedip, dan bunyi alarm terdengar menggelegar.

"Waktu kita habis!" Luna berseru sambil memencet tombol terakhir pada perangkatnya.

Data besar tentang teknologi senjata baru Spectra berhasil diunduh. "Kita harus keluar sekarang!" pinta Luna.

Mereka pun berlari menyusuri koridor laboratorium yang kini dipenuhi asap dan suara sirene, berusaha menghindari serangan balik musuh.

Kembali ke gudang, Vex dan Raze mendengar suara helikopter yang semakin mendekat, membawa pasukan bantuan Spectra. "Kita harus keluar dari sini sekarang!" kata Raze.

Vex mengangguk cepat dan menutup perangkat hackingnya. "Ayo!"

Dengan cekatan, mereka menyelinap keluar melalui lorong belakang sebelum pasukan musuh bisa mengepung mereka. Suara ledakan menggema saat pasukan Spectra menyerang bagian depan gudang, menghancurkan sebagian besar peralatan yang mereka tinggalkan.

Di luar, Luna dan Zaira berhasil meloloskan diri ke sebuah kendaraan yang sudah disiapkan. Mereka bergegas meninggalkan lokasi, membawa data penting yang kini bisa menjadi senjata utama Neon Drift.

Setelah berkumpul kembali di markas, tim langsung mengamati data yang baru saja diterima. Vex menatap layar dengan mata penuh harap. "Ini dia, bukti bahwa Spectra sedang mengembangkan senjata baru yang bisa menghancurkan seluruh jaringan komunikasi kota."

Luna menambahkan, "Jika kita bisa membongkar dan menyebarkan informasi ini, kita bisa mematahkan rencana mereka sebelum terlambat."

Zaira tersenyum kecil, lega. "Akhirnya, kita punya keunggulan."

Namun, Vex menatap jauh ke depan dengan serius. "Ini baru permulaan. Spectra tidak akan tinggal diam. Kita harus siap menghadapi apa pun yang akan mereka lakukan selanjutnya."

Malam itu, Neon Drift semakin bersatu. Mereka tahu perjuangan masih panjang, tapi dengan bukti ini, harapan untuk menyelamatkan Neon City semakin terang.

Keesokan paginya, di markas Neon Drift yang tersembunyi di bawah reruntuhan gedung tua, suasana tegang masih menyelimuti ruangan operasi. Data hasil peretasan Vex telah dianalisis dengan seksama, dan semuanya setuju bahwa Spectra memang tengah bersiap melancarkan serangan besar-besaran ke sistem komunikasi kota. Tapi yang lebih mengejutkan adalah adanya indikasi adanya pengkhianat di antara mereka.

Vex duduk termenung di depan layar holografik, memperhatikan pola komunikasi internal Spectra yang berhasil dia bocorkan. "Lihat ini," katanya sambil menunjuk sebuah nama yang muncul berulang kali dalam log pesan rahasia. "Kode ini... dia familiar."

Luna mendekat, matanya menyipit saat membaca nama yang tertera. "Raze?" tanyanya ragu.

Zaira, yang sedang memegang senjata dan berjaga di dekat pintu, mengernyit. "Mustahil. Raze tidak akan mengkhianati kita."

Vex menggeleng pelan. "Aku juga ingin percaya begitu, tapi ada jejak digital yang mengarah ke perangkat yang hanya bisa diakses Raze."

Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari luar ruang operasi. Semua langsung waspada. Raze masuk, wajahnya terlihat lelah tapi tenang. "Apa yang terjadi?" tanyanya, melihat ekspresi serius teman-temannya.

Vex langsung menatapnya. "Ada indikasi pengkhianatan, dan jejaknya mengarah ke perangkatmu."

Raze terkesiap, lalu tertawa getir. "Kalau aku pengkhianat, kenapa aku tidak tahu? Aku sudah bertaruh hidup demi kalian semua."

Luna mencoba menenangkan situasi. "Kita harus cari tahu kebenarannya sebelum membuat keputusan."

Zaira menambahkan, "Kita butuh bukti kuat, bukan sekadar dugaan."

Vex mengangguk dan mulai memeriksa ulang data. "Ada kemungkinan seseorang menggunakan perangkat Raze tanpa sepengetahuannya. Kita harus selidiki siapa yang bisa melakukan ini."

Mereka sepakat untuk mengadakan pengawasan ketat dan membagi tugas. Luna akan memantau aktivitas digital, Zaira menjaga keamanan fisik, sementara Vex dan Raze berusaha menguak jejak pengkhianat.

Hari itu berubah menjadi penuh ketegangan dan kecurigaan. Setiap gerakan anggota tim diperhatikan, bahkan yang paling dekat sekalipun. Neon Drift yang biasanya penuh kehangatan kini dipenuhi bisik-bisik dan tatapan curiga.

Di tengah kekacauan itu, Raze memilih untuk menarik diri dan menyendiri di atap markas, menatap pemandangan kota Neon City yang berkilauan di bawah cahaya lampu neon. Ia merasa dihantui bayangan yang tidak terlihat, dan pertanyaan yang tak kunjung terjawab.

Lihat selengkapnya