Neon Drift

Penulis N
Chapter #21

21

Dalam ruang pengawasan utama, alarm berbunyi tiga kali—nada pendek, tajam, dan tidak dikenal. Luna segera tahu itu bukan bagian dari sistem Neon Drift. Itu sinyal asing, sinyal aktifasi tingkat tinggi, berasal dari pusat kendali Spectra yang baru saja ditemukan.

"Dia sedang diakses dari jarak jauh!" teriak Luna. "Ezra akan dipaksa membuka Pintu Terakhir jika koneksi itu tidak dihentikan sekarang!"

Sementara itu, di lorong bawah tanah, Zaira dan Raze berlari menembus reruntuhan menuju lokasi antena gelap. Asap dan debu masih menggantung di udara akibat ledakan yang terjadi beberapa menit sebelumnya. Langkah mereka tergesa, nafas berat, senjata siap di tangan.

"Apa menurutmu ini semacam menara kendali?" tanya Raze, menunjuk ke struktur logam tua yang tampak seperti bagian dari sistem drainase kota.

"Bukan menara. Ini akar," jawab Zaira. "Jauh lebih tua dari Neon Drift sendiri. Ini bagian dari sistem Spectra yang tertanam sejak kota ini dibangun ulang pasca Perang Nol."

Mereka mencapai lokasi. Antena setengah terkubur, dikelilingi kabel tebal dan panel logam penuh lumut elektronik. Zaira langsung meretas panel. Tapi begitu ia menyentuhnya, layar menyala dengan wajah virtual yang asing—The Architect.

"Salam, anak-anak. Terlambat sedikit saja, dan Ezra akan menjadi milik kami sepenuhnya," ucapnya dengan suara mengandung gema digital.

Raze mengangkat senjatanya, menembak layar. Pecah. Tapi suara The Architect masih terdengar dari pengeras di sekitar mereka.

"Bahkan jika kau hancurkan terminal ini, koneksi sudah tertanam dalam pikirannya. Aku tidak perlu kabel untuk masuk. Aku hanya perlu... izin."

Zaira tak menjawab. Ia langsung menyambungkan alat interferensi sinaptik. Jika antena ini memang penguat, maka memutusnya akan memberi Ezra kesempatan memutus sinyal internal. Tapi mereka hanya punya waktu tiga menit, maksimal.

Sementara itu, Ezra semakin lemah. Tangannya mengepal, tubuhnya bergetar. Vex berada di depannya, tangan terulur siap menahan jika Ezra tiba-tiba menyerang.

"Tinggal selangkah lagi, Ezra. Buka pintunya. Biarkan aku masuk sepenuhnya," bisik suara The Architect dalam pikirannya.

Ezra menggertakkan gigi. "Aku bukan milikmu."

Tapi suara itu berubah menjadi nada penuh kenangan. "Tapi kau diciptakan oleh ayahmu, Ezra. Aven Draik menulis program itu dengan tangannya sendiri. Pintu Terakhir itu bukan pintu ke sistem. Itu pintu ke... memori."

Ezra terdorong mundur, tubuhnya jatuh ke lantai. Matanya kosong, tapi pikirannya melayang ke masa lalu—ke momen saat Aven, ayah angkatnya, membawanya masuk ke ruangan gelap. Ada bangku, kabel, suara lembut di telinganya, "Kau akan jadi masa depan, Ezra."

Sementara itu, di antena utama, Zaira berteriak, "Satu menit lagi, Raze! Aku butuh penjagaan!"

"Datang dari kiri!" seru Raze sambil menembak dua agen Spectra yang muncul dari lorong sempit.

Di markas utama, Luna menatap layar dengan panik. "Koneksi meningkat! Ezra akan dibajak total!"

Vex sudah tak tahan. Ia mendekat ke Ezra, memeluk tubuhnya, menekankan jarinya di sisi kepala Ezra. "Ingat aku, Ezra! Ingat siapa kamu!"

Dan entah bagaimana, sentuhan itu memicu reaksi. Ezra menggigit bibirnya sendiri hingga berdarah, mengembalikan sedikit kesadaran. "Vex..."

"Ya, aku di sini. Lawan dia!"

Ezra menutup matanya. Dalam pikirannya, ia melihat Aven berdiri di depan pintu bercahaya, tangan terulur.

"Kau hanya perlu membukanya, Ezra. Di dalam sana, semua jawaban tentang siapa dirimu... ada."

Tapi di sisi lain, bayangan lain muncul. Luna. Vex. Zaira. Kairo. Dan masa kini.

Ezra menunduk. "Maaf, Ayah. Tapi aku bukan alat."

Di dunia nyata, tepat saat Zaira memutus antena dengan ledakan EMP mini, tubuh Ezra kejang sekali, lalu terkulai.

Koneksi terputus.

Di markas Spectra, layar-layar mati. The Architect menatap kosong, lalu mendesis. "Pertarungan ini belum selesai."

Ezra membuka mata. Nafasnya berat. "Aku berhasil menutup pintunya."

Vex menggenggam tangannya. "Selamat datang kembali."

Luna mengabari lewat interkom, "Sinyal Spectra lumpuh. Mereka mundur. Kita berhasil."

Namun bahkan di tengah kemenangan itu, Ezra tahu: ini belum akhir. Pintu mungkin tertutup, tapi apa yang ada di baliknya... sudah terbangun.

Langit Aethergrey malam itu tetap kelam seperti biasanya, namun ada sesuatu yang berbeda. Cahaya dari menara-menara holografik tampak bergetar, seperti tak stabil. Di bawah kota, pasukan Spectra yang tersisa mundur perlahan, menyisakan reruntuhan dan kabel-kabel yang masih berasap.

Ezra duduk di ruang pemulihan markas sementara Neon Drift. Tubuhnya masih lemas, tapi pikirannya kini jauh lebih jernih. Untuk pertama kalinya sejak ia mengaktifkan sistem pengikat saraf buatan itu, Ezra merasa seperti dirinya sendiri. Tapi ia juga tahu—bahwa apa pun yang tadi dibisikan oleh suara The Architect, ada sebagian dari dirinya yang masih belum dikenalnya.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Luna, datang membawa tablet data dan seteko teh herbal, aromanya samar dan menenangkan.

"Seperti baru bangun dari mimpi panjang yang aneh," jawab Ezra, mengangkat bahu perlahan.

Luna duduk di sebelahnya. "Kami memutus semua koneksi dari Pusat Kendali. Tapi kami tahu, Spectra tidak akan menyerah hanya karena satu kegagalan."

Ezra menoleh. "Bukan hanya itu. Aku juga tidak yakin apakah aku benar-benar menutup pintu itu... atau hanya menundanya."

Luna menggigit bibirnya. "Apa maksudmu?"

"Ayahku, Aven Draik, menyebutnya Pintu Terakhir bukan karena itu jalan masuk ke sistem... tapi karena itu adalah jalan kembali ke sesuatu yang jauh lebih dalam—memori, algoritma dasar yang membentuk diriku. Aku rasa... pintu itu bukan hanya sistem proteksi. Itu semacam... semacam mesin kloning kesadaran."

Luna mengerutkan dahi. "Kesadaran siapa?"

Ezra menatap lurus. "Dirinya."

Sementara itu, di ruang bawah tanah bekas basis Spectra, sosok berjas panjang hitam berjalan menyusuri lorong berdebu. Sepatu botnya memijak genangan minyak bekas dengan tenang. Di belakangnya, dua android membawa peti data—arsip dari sistem Spectra yang sempat diunduh sebelum antena mereka dihancurkan.

Ia berhenti di depan dinding berkarat yang dulu menjadi panel akses utama. Dengan satu sentuhan, ia mengaktifkan kembali catu daya darurat. Lampu-lampu berkedip, dan layar menyala menampilkan simbol Aven Draik—sebuah garis spiral yang berputar di sekeliling satu titik hitam.

Lihat selengkapnya