"Pertemuan bisa saja menjadi awal dari sebuah ikatan atau mungkin saja menjadi awal dari sebuah perpisahan."
====
Dua gadis cantik berjalan menulusuri lorong sekolah yang telah dipenuhi oleh berbagai siswa. Ada siswa yang berjalan menuju kelasnya, bergosip ria tentang tranding topik yang ada di sekolah, atau hanya sekedar menunggu temannya yang belum datang.
Namun yang menjadi fokus mereka adalah empat orang cowok yang berada di lapangan basket menatap kearah mereka, tepatnya, kepada Eira. Bukan karena terpesona akan kecantikan yang dimiliki oleh Eira, melainkan pada bola basket yang terletak didekat kaki cewek itu. Melalui isyarat mata, mereka menyuruh Eira untuk melemparkan bola itu ke arah mereka.
Namun sepertinya, gadis cantik dengan almamater berwarna navy itu tidak mengindahkannya. Ia malah berjalan kerah mereka dengan bola basket itu ditangannya. Meninggalkan Nindy dengan tampang melongo melihat tingkah Eira.
"Lo semua mau bola ini?" Tanya Eira setibanya ia di dekat keempat cowok yang terkenal dengan anggota Orion.
"Tentu saja." Jawab cowok yang diketahui bernama Nafiz. Terlihat dari name tag yang melekat di almamater miliknya.
"Ada syaratnya." Eira tiba-tiba menampilkan smirk andalan miliknya. "Salah satu dari kalian harus tanding sama gue. Kalau gue kalah, bola basket ini gue balikin. Sebaliknya, kalau gue menang, lo semua harus traktir gue makan. Gimana?"
Mereka saling pandang lalu mengangguk. "Lo lawan saya." Seorang Cowok berperawakan tinggi maju ke depan. Tersenyum hingga kedua matanya menyipit. "Kita ketemu lagi, Eira."
Eira tampak bingung. Terlihat dari kerutan yang tercipta di dahinya. Tak lama setelahnya, ia tersenyum. "Hai, Neon. Siap aja duit yang ada di dompet lo ludes sama gue."
"Kita liat aja nanti."
Pertandingan satu lawan satu itupun dimulai, Nafiz berperan sebagai wasitnya. Sedangkan yang lainnya berperan sebagai penonton. Mereka duduk di bawah pohon Cemara yang ada ditepi lapangan. Begitu juga dengan Nindy, ia hanya bisa menghela napas melihat kelakuan sepupu perempuannya itu.
Kedua tim seimbang, mereka sama-sama memiliki skill yang bagus. Eira yang notabenya mantan kapten basket di sekolah lamanya. Sedangkan Neon, sering kali diajak oleh teman-temannya untuk bermain basket.
Kini giliran Eira yang mengiring bola. Ia mendribble bola dengan sangat lincah. Menghindari Neon yang berusaha merebut bola darinya. Namun sayangnya, Neon tidak berhasil merebut bola itu dari Eira. Dan akhirnya pertandingan dadakan itu dimenangkan oleh seorang Eira.
Eira tersenyum penuh kemenangan. "Gimana?"
Cowok itu terkekeh, "lumayan. Lain kali saya yang akan menang."
"Oke. Tapi, sekarang lo semua harus traktir gue makan." Eira berbicara dengan sangat antusias. Makanan gratis, siapa yang tidak tertarik?
Nindy berlari kearah Eira, ia menyandang tas berwarna cream miliknya. "Hei oncom. Sekarang siapa yang nggak tau malu?" Ia menepuk bahu kanan Eira, berbisik, agar tidak terdengar oleh Neon. Pasalnya, Neon, dan seluruh anggota Orion satu kelas dengannya. Nindy cukup mengenal keempat cowok tampan itu. Neon, si cowok berpretasi, ramah, dan juga dengan tai lalat dibawah kiri matanya. Nafiz, si cowok jahil. Kalau dikelas, suka sembunyiin tim-ex orang. Dia pernah menjadi korbannya. Ada Ravel, si cowok dingin. Kalau kata orang, si kulkas berjalan. Terakhir, namanya Ogy. Dia ini bucinnya Ellena sepupunya Nafiz. Kadang konyol, bisa serius diwaktu tertentu.
"Apaan sih Nin." Eira membalas dengan muka ditekuk. Perasaan bahagia yang baru saja ia rasakan lenyap seketika.
"Lo itu belum kenal mereka." Nindy mencoba memberi pengertian. Kadang, ia bisa bersikap layaknya seorang ibu untuk Eira. Eira itu sebenarnya manja, tapi selalu ia tutupi dengan sikap sok mandirinya.