"Kamu ada saja, aku sudah berterimakasih pada Tuhan. Apalagi memilikimu."
====
Sehabis dari rumah Neon, mereka memutuskan untuk pergi berjalan-jalan disekitar taman kota Pekanbaru. Menikmati udara di sore hari, sambil menunggu datangnya senja. Eira merasa beban yang ada di pundaknya sedikit berkurang setelah menceritakan kesedihannya pada Bunda Neon. Bunda Neon yang begitu baik padanya. Ia merasa mempunyai sosok ibu kembali.
Eira juga merasa begitu beruntung bisa bertemu dengan Bunda Neon. Dan lebih beruntung lagi bisa bertemu dengan Neon tentunya. ini kali pertama Eira menceritakan kesedihannya pada orang asing. Orang, yang baru saja ia kenal. Tapi Eira bahagia, entah mengapa.
"Eira?" Panggil Neon dengan sedikit berteriak. Karena mereka sedang berada di atas motor.
"Iya?"
"Lo suka Bakso bakar nggak?" Tanya Neon. Ia melihat Eira dari kaca spion motornya. Mereka masih menggunakan seragam sekolah.
"Suka." Eira menjawab.
"Kalau saya, lo suka nggak?" Tanya Neon lagi. Masih memandang Eira dari kaca spion motornya. Tidak lupa dengan senyum manis yang bertengger di wajah tampannya. Sesekali melihat kedepan, memastikan jalanan aman.
Eira tersenyum malu-malu. Ia mengeratkan lingkaran tangannya di pinggang Neon. Eira juga menyenderkan kepalanya pada punggung Neon. "Kalau gue jawab enggak kenapa? Dan, Kalau gue jawabnya iya, juga kenapa?"
Neon terkekeh. "Kalau lo jawabnya enggak, saya akan terus bikin lo sampai suka sama saya. Sebaliknya, jika lo jawabnya, iya. Berarti lo beruntung."
"Beruntung kenapa?" Tanya Eira bingung.
"Karena saya juga suka sama lo." Neon memandang lurus pada jalan didepannya.
"Lo 'kan udah sering bilang." Kata Eira.
"Saya nggak akan pernah bosan untuk mengatakannya Eira. Lo tau kanapa?"
Eira hanya menggeleng di punggung Neon. Ia menunggu apa yang akan dikatakan oleh Neon selanjutnya.
"Karena hati dan pikiran saya, sudah memilih lo untuk menjadi menjadi ratu di singgasananya."
Eira hanya tersenyum dibalik punggung Neon. Ia tidak tahu pasti gimana perasaannya terhadap Neon. Namun yang pasti, Eira selalu bahagia jika ada Neon disampingnya. Eira, butuh Neon. Apakah itu cukup sebagai alasan untuk Eira mencintai Neon?
Neon memberhentikan motornya dekat pedagang bakso yang tak jauh dari taman kota.
"Ngapain kita berhenti?" Tanya Eira seraya melepaskan tangannya dari pinggang Neon.
"Lo liat itu nggak?" Tunjuk Neon pada pedagang bakso bakar.