Neophyte : The Destroyer Weapon

Quinceline
Chapter #2

1.GENERASI OMEGA

“Kekuatan dan keindahan adalah berkah kaum muda; kesederhanaan adalah bunga dari usia tua. ”


- Democritus -

* * * * *

10 JUNI 2100

IBUKOTA KARTANEGARA

KALIMANTAN TIMUR



“Rhea!”


Gadis bernama Rheanna Hantoro itu menoleh saat namanya dipanggil. Bibir merah muda yang dilapisi lip balm tersenyum saat melihat seorang gadis berambut coklat bergelombang berlari ke arahnya.


“Isha!” Rhea melambaikan tangannya.


“Aku kangen.” Isha Abrisam, gadis berusia 20 tahun itu memeluk Rhea dengan erat.


Karena liburan semester membuat kedua sahabat itu sudah lama tidak bertemu. Sehingga gadis keturunan China itu tidak heran jika Isha merindukannya.


“Aku juga kangen, Isha. Gimana liburan ke rumah nenekmu?” Rhea ingat sebelum liburan sahabatnya itu bercerita akan terbang ke Makasar yang terletak di pulau Sulawesi untuk bertemu dengan neneknya.


“Asyik banget. Kamu wajib ke Pantai Losari kalau ke Makasar, Rhe. Tempatnya indah banget.” Cerita Isha dengan penuh semangat.


“Kalau Papa punya waktu, Isha. Tahu sendiri Papaku tuh sibuk.”


Raut wajah Isha berubah sedih. “Benar juga. Papamu nyari duit mulu sih. Enggak mau bersenang-senang sama keluarganya. Kapan-kapan aku pasti ajakin kamu pergi.”


Tiba-tiba Isha meringis sakit saat seorang pemuda memukul kepalanya dengan buku. “Jangan asal buat janji. Nanti kalau enggak bisa tepatin janji gimana?”


Perhatian Rhea dan Isha tertuju pada Devan, kakak Isha yang satu tahun lebih tua. Isha mendengus kesal mendengar ucapan kakaknya.


“Aku ‘kan bilangnya kapan-kapan. Kalau pas Papa sama Mama bolehin ‘kan aku bisa ajak Isha. Enggak seru liburan sama Kakak. Enggak mau diajak ke mana-mana. Lebih seru liburan sama Rhea.” Ucap Isha dengan wajah cemberut.


“Hai, Rhea!” Devan tidak mempedulikan omelan adiknya. Dia justru tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Rhea. Pipi laki-laki dengan tinggi 177 sentimeter itu merona merah karena senang.


“Hai, Kak Devan!” Rhea membalas lambaian tangan Devan.


“Aku punya oleh-oleh untukmu, Rhe.” Devan mengambil sesuatu dari dalam tas selempangnya. Laki-laki itu menyerahkan gelang dari bahan kerang yang diikat dengan tali berwarna coklat.


“Gelangnya cantik banget, Kak. Gelang ini buat aku?” tanya Rhea melihat gelang di tangan Devan.


Laki-laki berambut hitam itu menganggukkan kepalanya. “Iya, Rhe. Gelang itu khusus untukmu.”


Rhea mengambil gelang itu dan langsung memakainya. Dengan kulitnya yang putih membuat gelang itu terlihat cocok di pergelangan tangan Rhea yang mungil.


“Apa kamu suka, Rhe?” tanya Devan penasaran dengan pendapat gadis berambut sebahu itu.


Lihat selengkapnya