Neophyte : The Destroyer Weapon

Quinceline
Chapter #7

6.Simulasi Ruang Pendingin

"Tetap tenang karena rasa sakit membuatmu lebih kuat, ketakutan membuatmu lebih berani, dan patah hati membuatmu lebih bijaksana."


— Ritu Ghatourey —


* * * * *


Langit sudah berubah redup ketika semua pemuda berbaris di lapangan. Beberapa menit yang lalu pengumuman disiarkan melalui pengeras suara. Membuat semua orang bertanya-tanya apa yang akan terjadi.


Rhea berdiri dengan gugup. Kematian seseorang di kantin membuat gadis itu semakin ketakutan. Sebuah tangan meraih tangan Rhea dan menggenggamnya. Gadis itu menoleh dan melihat Devan tersenyum lembut padanya. Anehnya saat melihat Devan, semua rasa takut Rhea lenyap.


"Kamu enggak apa-apa, Rhe?" tanya Devan.


Rhea menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Enggak apa-apa, Kak. Cuma sedang berpikir alasan mereka meminta kita berkumpul di sini. Aku takut kalau harus menghadapi situasi yang buruk."


"Enggak perlu takut. Kita hadapi bersama, Rhe." Ucap Devan penuh dengan janji.


Isha yang berada di samping Devan menepuk bahu sahabatnya. "Kak Devan benar, Rhe. Kita akan menghadapinya bersama. Lagipula ada Kak Devan yang bisa kita andalkan."


Rhea menyunggingkan senyuman. "Makasih, Isha dan juga Kak Devan."


Kakak beradik itu menganggukkan kepalanya. Lalu mereka kembali berbaris tegak saat melihat Kapten Bima berdiri di atas podium kecil. Dia mengambil microphone agar semua orang bisa mendengar suaranya.


"Kalian pasti sudah mengetahui jika ada seseorang yang meninggal di kantin siang ini. Kami masih menyelidiki penyebab kematiannya. Kalian tidak perlu takut. Kami tidak akan membiarkan hal buruk terjadi pada kalian." Ucap Bima.


Arya yang berdiri di belakang Devan berbisik, "Bullshit! Mereka saja enggak bertindak apa-apa pas ada orang yang meregang nyawa."


"Mungkin mereka sengaja melakukannya." Bisikan Devan.


Devan dan Arya sudah curiga ada yang tidak beres dengan kampanye pengamanan ini. Tapi mereka membutuhkan waktu untuk mencari celah agar bisa mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya.


"Kami sudah mengurus pemakamannya. Jadi kalian tidak perlu mencemaskannya lagi. Sekarang ada hal lain jauh lebih penting yang perlu kalian pikirkan." Bima menoleh ke arah tentara lain. Memberikan kode agar tentara itu membuka gambar yang ada di tangannya.


Semua orang melihat gambar yang dipegang oleh salah satu tentara. Terlihat gambar sebuah ruangan yang mirip dengan lemari pendingin.


"Seperti yang kalian lihat, ini adalah ruangan pendingin. Kalian akan dibagi menjadi beberapa tim. Tugas kalian sangat mudah. Kalian hanya perlu mencari cara untuk keluar dari ruangan ini." Jelas Bima.


Arya kembali berbisik pada sahabatnya. "Aku pikir tugasnya enggak semudah itu."


"Aku juga berpikir begitu. Enggak ada yang mudah di sini. Pasti ada rencana lain yang mereka sembunyikan." Bisikan Devan.


"Tantangan yang kalian hadapi adalah waktu. Setiap 1 menit, maka suhunya akan turun 1 derajat. Karena itu kalian harus bisa keluar dari ruangan ini secepat mungkin. Apakah ada pertanyaan?" tanya Bima.


Seorang gadis mengangkat tangannya. "Lalu bagaimana kalau ada yang enggak bisa keluar?"

Lihat selengkapnya