Ketika seseorang tidak menyerah dan selalu memiliki harapan di dalam hatinya,
Maka akan selalu ada jalan keluar.
* * * * *
"Biarkan aku memeluknya."
Arya mendongak menatap Dirga yang berdiri di hadapannya. Seketika mata Arya melotot kaget saat mendengar ucapan laki-laki itu.
"Apa kamu gila? Di saat genting seperti ini masih mencari kesempitan dalam kesempatan?" Omel Arya.
"Kesempatan dalam kesempitan yang benar, Arya." Devan membenarkan ucapan sahabatnya.
"Apalah itu. Aku enggak peduli. Aku enggak akan biarin cowok bejat ini menyentuh Zura." Arya memeluk sangat kekasih lebih erat untuk melindunginya.
Dirga menggelengkan kepalanya. "Aku enggak cari kesempatan dalam kesempitan. Aku cuma mau menyelamatkannya."
Arya mendengus sinis. "Menyelamatkan dengan memeluknya? Kamu sudah enggak waras? Bahkan orang bodoh saja tahu niat tersembunyimu."
Dirga menghela nafas berat. "Aku harus memeluknya buat menaikkan suhu tubuhnya. Sejak tadi cuma aku yang enggak merasa kedinginan."
"Apa maksudmu, Dirga?" bingung Devan.
Dirga mendekati Devan lalu menyentuh lengan laki-laki itu. Seketika mata Devan melotot kaget.
"Bagaimana bisa tubuhmu terasa panas di tempat yang dingin seperti ini?" heran Devan.
Dirga menggelengkan kepalanya. "Aku juga enggak mengerti."
"Kita cari tahu lagi nanti. Arya biarkan Dirga memeluk Zura. Dirga enggak akan macam-macam sama pacarmu. Kamu mau Zura selamat 'kan?" ucap Devan.
Tatapan Arya beralih pada Zura yang ada dalam pelukannya. Tubuh Zura menggigil kedinginan membuat Arya benar-benar tidak tega. Laki-laki itu menghela nafas berat.
"Baiklah. Kamu boleh peluk Zura." Arya menyerahkan Zura kepada Dirga.
Laki-laki berwajah dingin itu memang tidak melakukan apapun kepada Zura selain memeluknya. Arya juga melihat Zura perlahan tidak menggigil lagi.
"Devan, beneran tubuh Dirga panas?" tanya Arya menghampiri sahabatnya.
Devan menganggukkan kepalanya. "Aku enggak tahu kenapa tapi saat Dirga menyentuh tanganku, aku bisa merasakan panas tubuhnya meningkat. Kita pikirkan hal ini nanti. Yang penting kita cari cara untuk bisa keluar dari sini. Kasihan Isha dan Rhea yang sudah tidak bisa bertahan sebentar lagi." Devan menunjuk ke arah Isha dan Rhea yang saling berpelukan untuk menghangatkan tubuh mereka.
Arya menganggukkan kepalanya. Dia mencari petunjuk apapun yang bisa dipakai untuk membuka gembok yang mengunci pintu.
"Kak Devan, aku menemukan sesuatu." Seru Rhea.