Setiap orang memiliki rahasia yang tidak bisa diungkapkan kepada orang lain. Terutama perasaan cinta pada seseorang.
* * * * *
“Angin, panas, mayat terbakar.” Gumam Arya. “Kayaknya aku apa tujuan kamp ini.”
“Apa itu, Arya?” tanya Devan penasaran.
“Mungkin ini terdengar gila. Dan mungkin saja kalian enggak percaya. Tapi ini hanya teoriku saja. Belum bisa buktiin benar atau enggak.” Arya ragu teman-temannya akan percaya pada apa yang dipikirkannya.
“Aku sudah melihat sendiri sesuatu di luar nalar manusia. Kalian anggap ceritaku gila. Jadi kupikir mendengar teori gila darimu enggak akan ada masalah buat aku.” Devan mengangkat kedua bahunya tidak peduli.
“Aku ingin dengar teorimu.” Ucap Dirga dingin seperti biasanya.
“Jelasinnya jangan rumit-rumit ya, Kak. Isha nanti enggak mengerti.” Ucap Isha.
“Pacarku sudah kayak profesor mau jelasin teori segala.” Zura memandang sang pacar dengan penuh kekaguman.
“Tentu saja pacarmu ini ‘kan keren, Zura.” Ucap Arya berbangga diri.
Devan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kenarsisan sahabatnya. “Sudah. Cepetan jelasin teorinya.”
“Baiklah. Aku akan mulai teorinya. Seperti yang kita tahu jika Indonesia sedang berjuang melawan negara asing yang berusaha merebut beberapa wilayah kita. Lalu mereka mengamankan anak-anak dan para pemuda. Pertanyaannya. Kenapa mereka hanya mengamankan anak-anak dan pemuda saja? Kenapa mereka enggak mengamankan orang-orang lanjut usia juga?” Arya menatap teman-temannya.
“Mungkin pemerintah berpikir kalau sudah tua waktu hidupnya dikit jadi mereka mau menyelamatkan mereka enggak ada gunanya. Makanya pemerintah cuma mau mengamankan anak-anak dan pemuda saja.” Celetuk Isha.
“Mulut anak ini memang dahsyat pedasnya ya.” Arya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Isha.
Isha hanya terkekeh mendengar ucapan Arya. “Tadi Kak Arya tanya. Ya, aku Cuma jawab doang. Jadi Isha enggak salah dong.”
“Sudah. Sudah. Lanjutkan teorimu Arya.” Devan menghentikan perdebatan itu.
“Jawaban Isha mungkin saja masuk akal. Tapi bukan itu jawaban yang kupikirkan. Bagaimana kalau jawabannya adalah pemerintah ingin menggunakan kita?” pertanyaan Arya penuh dengan misteri.
“Menggunakan kita? Apa maksudmu?” bingung Dirga.
“Aku dan Dirga sebenarnya sudah curiga soal antibiotik yang disuntikkan ke tubuh kita tepat saat kita datang ke kamp. Karena sejak itu banyak kejadian aneh disekitar kita. Karena itu aku berpikir itu bukanlah antibiotik biasa. Aku rasa cairan itu adalah suntikan untuk bikin manusia super. Dengan begitu pemerintah bisa menggunakan kita sebagai senjata untuk melawan negara asing.” Jelas Arya.
Zura mengulurkan tangannya menyentuh kening pacarnya. “Kamu enggak panas tapi kok melantur yang aneh-aneh sih, Arya?”