Neophyte : The Destroyer Weapon

Quinceline
Chapter #20

19.Rencana Penyelamatan

Busur dan anak panah ini adalah perpanjangan jiwa dan raga kalian. Bila pikiran kalian tenang, fokus, maka anak panah akan melesat lurus ke depan. Musuh terbesar seorang pemanah adalah dirinya sendiri.


* * * * *


"Jadi apa rencana kita?" tanya Rhea. 


"Sebelum membicarakannya sebaiknya kita harus singkirkan CCTV dalam kamar ini. Para tentara itu bisa mengetahui rencana kita." Arya menunjuk pada kamera kecil di sudut ruangan ini. 


"Biar aku yang mengurusnya." Devan mengangkat air yang meresap dalam kaosnya. Menggerakan butiran-butiran air itu menuju kamera CCTV. Air itu meresap dalam kamera itu membuat benda mungil itu jadi rusak seketika.


“Hebat!” Puji Zura melihat apa yang baru saja dilakukan Devan.


“Bagaimana bisa Kak Devan melakukannya?” tanya Rhea masih tidak percaya melihatnya.


Devan juga mangkat air dari pakaian Rhea yang basah. Membuat pakaian gadis itu seketika menjadi kering. Devan menjatuhkan butiran-butiran air itu ke lantai.


“Aku hanya perlu memikirkan gerakan air itu dalam pikiranku. Lalu terjadilah seperti itu.”


Arya memberikan tepuk tangan penuh kekaguman. “Memang hebat sahabatku satu ini.”


“Kita kembali ke rencananya. Semakin waktu terbuang maka akan semakin membahayakan Isha.” Ucap Dirga.


Devan menganggukkan kepalanya. “Dirga benar. Kita harus segera menyelamatkan Isha. Sini berkumpul. kita diskusikan bersama.” Devan menggunakan tangannya untuk memberi tanda pada teman-temanya agar berdiri di sekitarnya.


“Setelah mengamati tempat ini, aku mengetahui beberapa tempat penting.” Devan mengambil beberapa gelas yang ada di meja. Dia menatanya untuk menunjukan denah lokasi yang dibuatnya dari gelas itu.


“Gelas pertama ini adalah pos penjaga. Karena satu-satunya jalan keluar kita adalah lewat pintu depan, maka harus ada orang yang berjaga di sini untuk membuka pintu masuk. Sehingga ketika kita berhasil membawa Isha pergi, kita bisa langsung kabur dari tempat itu.” Jelas Devan.


Dirga mengangkat tangannya. “Biar aku yang melakukannya. Di pos penjaga ini pasti ada beberapa penjaga. Aku bisa mengalahkan mereka.”


Devan tersenyum pada Dirga. “Makasih, Dirga. Kita lanjutkan. Jika Isha dibawa oleh Kapten Bima, artinya dia akan dibawa ke ruang laboratorium. Sayangnya ruangan ini yang sulit untuk ditembus. Enggak hanya ada banyak orang, tapi juga ada Kapten Bima di sana. Dia bukan lawan yang mudah. Karena itu aku butuh bantuanmu, Rhe.”


Rhea tampak terkejut. “Aku? Apa yang bisa kulakukan, Kak?”


“Aku ingin kamu gunain kekuatanmu.”


Gadis dengan rambut hitam itu melotot kaget. “Gunain kekuatanku? Tapi aku enggak punya kekuatan, Kak Devan.”


Kedua tangan Devan menyentuh bahu gadis itu. “Kamu punya, Rhe. Cuma kamu enggak sadar. Kamu ingat saat kamu di ruang kesehatan dan bermimpi buruk tentang aku?”

Lihat selengkapnya