Neophyte : The Destroyer Weapon

Quinceline
Chapter #21

20.Rencana Dijalankan

Kerja sama adalah orang-orang yang bersatu dengan orang lain menuju tujuan bersama dengan percaya satu sama lain.


* * * * *


Dirga bersembunyi di balik dinding. Dia menjulurkan kepalanya untuk melihat keadaan di sekitar pos penjaga. Dia bisa melihat untuk melewati pos penjaga itu, dia harus menaiki tangga. Barulah dia bisa sampai di pos penjaga. Kemudian Dirga menghitung ada berapa orang yang harus dilawannya. Ada empat orang di luar pos dan ada dua orang di dalam pos. Jika dia menyerang satu tentara secara langsung, akan membuat tentara lainnya mengetahui keberadaannya dan akan menyerang Dirga. Saat itulah rencana penyelamatan akan gagal total. 


Dirga harus memikirkan cara untuk menyerang tentara-tentara itu secara diam-diam. Laki-laki itu mengamati sekelilingnya untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk menarik perhatian para tentara itu. Tatapan Dirga tertumbuk pada bebatuan di sekitarnya. Dia mengambil satu batu kemudian melemparkan batu itu ke arah tiang listrik. Suara dentingan batu yang beradu dengan tiang listrik menarik perhatian salah satu tentara yang paling dekat. 


Dari dalam kegelapan tempat Dirga berdiri, dia mengawasi tentara itu. Tepat saat tentara itu masuk dalam kegelapan, Dirga menarik tentara itu. Membekap mulut tentara itu. Dengan lututnya, dia memberikan tendangan hingga mengenai tulang belakang tentara itu dengan sangat keras. Membuat tentara itu tewas seketika.


Setelah merasa tentara itu tidak bernyawa lagi, Dirga menjatuhkan tubuh pria itu. Laki-laki itu bersandar pada dinding. Baru saja dia membunuh seseorang. Jelas hal itu mengguncangkan kejiwaan pria itu. Tapi Dirga berusaha memberitahu dirinya jika ini adalah bentuk perlawanan. Dia harus bisa mencapai pos penjaga untuk membuka pintu.


Saat sedang menenangkan dirinya, tatapan Dirga beralih ke arah jasad tentara yang baru saja dibunuhnya. Ada yang aneh dengan jasad itu. Bagian mulutnya berubah hitam karena terbakar. Dirga menyadari jika itu akibat tangannya saat membekap mulut tentara itu.


Mungkin kamu bisa mengeksplore kekuatanmu, Dirga. Kamu hanya perlu fokus pada kekuatanmu.


Dirga teringat ucapan Devan. “Mungkin aku harus mencoba kekuatanku. Pikirkan hal yang membuatku takut atau sedih, Dirga.”


Pria itu memejamkan matanya untuk mengingat saat hari terakhir dia melihat kakek dan neneknya. Ada perasaan marah ketika mengetahui ada pria mabuk yang menabrak mobil kakek dan neneknya. Membuat dua orang yang paling Dirga sayang meninggal.


Saat Dirga membuka matanya, dia terkejut melihat kedua tangannya diselimuti api. Tapi laki-laki itu sama sekali tidak merasakan panas di tangannya. Dirga jadi tahu alasan tubuhnya masih tetap hangat bahkan saat berada dalam ruang pendingin. Karena kekuatan yang dimilikinya adalah api. Bibir Dirga menyunggingkan senyuman.


“Aku bisa menggunakan kekuatan ini untuk mengalihkan perhatian.” 


* * * * *


Devan, Rhea, Arya dan Zura mengendap-endap menuju laboratorium. Mereka bersembunyi di balik dinding yang menghubungkan mereka dengan laboratorium. Devan mengintip keadaan di dalam dari balik jendela. Dia melihat banyak sekali orang-orang berjas putih berlalu lalang di dalam laboratorium. Juga ada beberapa tentara di dalam. Devan bisa melihat Bima sedang berbicara dengan profesor Tama. Lalu Devan mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Isha. Tatapannya tertumbuk pada sosok sang adik terbaring di dalam sebuah tabung.


“Isha.” Gumam Devan melihat sang adik tidak sadarkan diri.


“Apa kamu lihat Isha, Kak Devan?” tanya Rhea dengan berbisik.


Devan kembali bersembunyi di dekat gadis itu. Laki-laki itu menganggukkan kepalanya. “Ya, aku melihatnya. Isha berada di dalam sebuah tabung. Sepertinya dia dibius.”


“Mereka berusaha menghindari kekuatan Isha dengan membiusnya.” Pikir Arya.

Lihat selengkapnya