Neophyte : The Destroyer Weapon

Quinceline
Chapter #24

23.Rasa Cemas Terbawa Mimpi

“Terkadang apa yang kita cemaskan akan terbawa oleh mimpi, Rhea. Membuatmu semakin khawatir. Padahal belum tentu apa yang kita cemaskan akan benar-benar terjadi.”


* * * * *


Rhea berdiri di depan pintu rumahnya. Dia menoleh ke sekelilingnya untuk mencari keberadaan Devan dan yang lainnya. Tapi karena tidak bisa menemukan mereka, akhirnya perhatian Rhea tertuju kembali pada pintu rumahnya. Dia mengulurkan tangannya untuk membuka pintu itu.


“Papa. Mama.” Panggil Rhea berjalan masuk ke dalam rumah. 


Rhea bisa melihat rumah dengan desain minimalis lengkap dengan foto keluarga yang menghiasi dinding itu tampak masih sama seperti terakhir kali dia melihatnya. Gadis itu mengedarkan pandangannya untuk mencari kedua orang tuanya. Tapi dia tidak kunjung mendengar suara orang tuanya merespon panggilan darinya.


“Papa. Mama. Kalian di mana?” Seru Rhea kembali.


Rhea berjalan menuju kamar ayah dan ibunya. Dia bisa mendengar suara tangis dari dalam. Dia sangat yakin itu adalah suara tangis ibunya. Gadis itu hafal benar suara ibunya. Takut terjadi hal buruk pada sang ibu, Rhea langsung membuka pintu kamar itu. Dia bisa melihat orang tuanya duduk di tepi ranjang. Sang ayah sedang memeluk ibunya yang sedang menangis.


“Pa, Mama kenapa menangis?” tanya Rhea berjalan mendekati mereka.


Owen mengulurkan tangannya untuk menghentikan langkah putrinya. “Jangan mendekat, Rhe!”


Seketika langkah Rhea terhenti. “Kenapa, Pa? Kenapa aku enggak boleh mendekat?”


“Mama-mu menangis karena kamu. Jadi mending kamu pergi dari sini. Jangan membawa masalah untuk kami. Karena kamu kabur, pemerintah jadi menekan kami. Ini semua salahmu, Rhe.”


Tubuh Rhea membeku mendengar ucapan ayahnya. Bahkan dia bisa melihat tatapan penuh kebencian muncul di mata sang ayah.


“Tapi aku enggak bisa tetap di sana, Pa. Mereka memanfaatkan aku dan teman-temanku untuk jadi senjata penghancur. Apa Papa dan Mama tega aku hanya dijadikan penghancur oleh pemerintah?”


“Itu jauh lebih baik daripada kamu menghancurkan karir Mama.” Kali ini Nathalie mendongak dan juga menatapnya penuh kebencian.


Rhea tidak percaya orang tuanya jauh lebih memikirkan pekerjaan mereka dibandingkan putrinya sendiri. Mereka bahkan tidak peduli apakah nyawa Rhea terancam atau tidak. 


“Apakah bagi kalian aku enggak begitu penting dibandingkan pekerjaan kalian?” tanya Rhea ingin mendengar orang tuanya mengatakan sendiri dengan jawabannya.


Nathalie menganggukkan kepalanya. “Benar. Pekerjaan kami lebih penting daripada kamu. Karena dari pekerjaan, kami bisa mendapatkan uang. Sedangkan memilikimu hanya menghabiskan banyak uang kami. Karena itu bagi kami, pekerjaan jauh lebih penting.”


Rhea mendengus sinis mendengar jawaban ibunya yang kejam. Dia tidak menyangka wanita yang melahirkan dirinya tega mengatakan hal itu. Membuat Rhea berpikir untuk apa dirinya dilahirkan jika dia sama sekali tidak diinginkan.


“Aku sudah mengerti. Aku enggak akan muncul lagi di hadapan kalian. Aku membenci kalian. Sangat membenci kalian.” Rhea berbalik lalu berlari meninggalkan rumah. Air mata membasahi pipinya. Dia begitu kecewa mendengar jawaban mereka.


* * * * *


“Rhea! Bangun, Rhe!” Devan mengguncangkan tubuh Rhea. Saat sedang berjaga, Devan bisa melihat Rhea menangis dalam tidurnya. Melihat aliran listrik kecil muncul di tangan Rhea, membuat Devan memutuskan untuk membangunkan gadis itu. Laki-laki itu takut jika aliran listrik di tangan Rhea bisa melukai anggota yang lain.


Akhirnya Rhea berhasil membuka matanya yang berair. Seketika aliran listrik di tangan gadis itu menghilang. Tatapannya tertuju pada Devan yang sangat mencemaskan dirinya.

Lihat selengkapnya