“Menunjukkan sedikit belas kasihanmu enggak akan membuatmu terlihat lemah, Pak."
* * * * *
Isha berada di sebuah mobil dengan tangan dan kaki terikat. Samar-samar gadis itu bisa mendengar para binatang yang sedang bercengkerama. Di sampingnya terlihat seorang tentara dengan pangkat yang tinggi. Tidak lain adalah Jenderal Elang. Isha bisa saja meminta pertolongan para binatang-binatang di sekitarnya. Tapi Jenderal Elang memiliki kelemahannya yang membuat gadis itu tidak bisa berbuat macam-macam.
“Apa kamu sedang memikirkan rencana untuk melawanku, Gadis kecil?” tanya Elang.
Isha menggelengkan kepalanya. “Tidak. Kamu tahu sendiri aku enggak bisa melakukannya. Aku enggak mau kamu melukai Kak Devan.”
Elang tersenyum puas mendengar jawaban Isha. “Aku tidak akan melukai kakakmu, kalau kamu enggak mencoba menyembunyikan kekuatanmu. Kamu harus menunjukkan kekuatanmu yang sebenarnya, Gadis kecil.”
Isha mendengus kesal. “Aku bukan gadis kecil.”
“Baiklah kalau begitu gadis besar. Lakukan tugasmu dengan baik. Dengan begitu aku tidak akan bertindak kasar padamu ataupun kakakmu.”
Isha menganggukkan kepalanya. “Kamu akan mendapatkan keinginanmu, Pak.”
Mobil yang dinaiki oleh Isha memasuki sebuah kebun binatang. Elang sengaja meminjam tempat itu atas nama pemerintah untuk melakukan uji coba pada Isha. Elang tidak tertarik dengan hewan-hewan kecil ataupun hewan jinak. Karena itu Elang langsung memerintahkan anak buahnya untuk membawa mereka menuju kandang singa. Saat pintu kandang terbuka, mobil itu masuk ke dalam mengikuti rute tour. Suasana dalam kandang itu tampak sangat sunyi. Tapi justru sangat berbahaya. Karena singa adalah hewan nocturnal. Sehingga mereka aktif di malam hari.
“Apa kamu bisa merasakan ada hewan di sekitar sini?”
“Hewan? Ada sekawanan singa sedang memikirkan tentang kita. Mereka bilang kita adalah makanan yang lezat untuk perut mereka yang kosong.” Jawab Isha melihat keluar jendela.
“Apa kamu bisa mengendalikannya?”
Isha menoleh menatap Elang dengan tatapan kesal. “Aku enggak suka katamu. ‘Mengendalikan’ aku lebih suka menyebutnya ‘berkomunikasi’.”
Elang menganggukkan kepalanya. “Baiklah. Kita akan menyebutnya berkomunikasi. Jadi bagaimana? Apakah kamu bisa berkomunikasi dengan hewan-hewan buas di sini?”
Isha menganggukkan kepalanya. “Ya, aku bisa. Hentikan mobilnya. Dan buka jendela di sampingmu.”
“Apa kamu gila, Gadis kecil? Apa kamu berencana membuat diriku menjadi santapan malam para hewan-hewan buas di sini?” Elang tersenyum sinis.
“Kalau kamu tidak percaya padaku, bagaimana aku bisa membuktikannya, Pak? Ingat kamu masih memiliki Kakakku. Tentu saja aku enggak bisa macam-macam denganmu.”
Elang terdiam untuk memikirkan ucapan Isha. Dia tahu gadis itu tidak bisa macam-macam dengannya karena dia masih memiliki Devan. Tapi Elang tahu, menuruti gadis itu sama saja membahayakan nyawanya.
“Hentikan mobilnya!” perintah Elang.
“Tapi, Pak.” Bawahannya ragu dengan perintah atasannya.