Meskipun hewan tidak memiliki akal sehat, tapi mereka juga memiliki hati.
* * * * *
Isha berdiri di terowongan akuarium raksasa di mana banyak ikan berenang kesana kemari. Gadis itu bisa mendengarkan ikan yang sedang berbicara dengan teman-temannya. Dia tidak tahu apa yang diinginkan Jenderal Elang dengan mengajaknya kemari. Tapi Isha suka melihat ikan-ikan itu. Dia bahkan berbicara dengan salah satu ikan kecil yang memberitahunya jika ikan itu sudah berada di sana selama satu bulan.
“Aku kemari bukan untuk melihatmu berkomunikasi dengan ikan kecil, Gadis kecil.” Ucapan Elang membuat Isha menghentikan pembicaraannya dengan ikan kecil.
“Kamu enggak bilang apa-apa, Pak. Mana aku tahu aku disuruh ngapain.”
“Kenapa kamu enggak tanya?”
“Karena Bapak enggak nyuruh aku bertanya.”
Elang hanya mengatupkan bibirnya karena kesal mendengar jawaban Isha. “Aku ingin menyuruhmu berkomunikasi dengan salah satu hiu yang ada di sini.”
“Hiu? Tadi singa sekarang hiu. Sepertinya kamu gemar dengan hewan-hewan buas, Pak.”
“Karena hewan buas bisa digunakan sebagai mesin penghancur.”
Tubuh Isha menegang mendengar jawaban Elang. Gadis itu menatap pria itu dengan tubuh gemetar.
“Jadi kamu ingin menggunakan hewan-hewan buas itu sebagai senjata untuk membunuh musuh-musuhmu?”
Elang menganggukkan kepalanya. “Tepat sekali. Karena itu aku sangat tertarik dengan hewan buas.”
Isha menggeleng-gelengkan kepalanya. “Enggak. Aku enggak mau jika harus menyuruh mereka membunuh manusia. Itu terlalu kejam.”
Tak bisa mengendalikan amarahnya, Elang mendorong tubuh Isha dengan keras ke dinding kaca. Mendengar suara benturan keras membuat ikan-ikan di belakang Isha berenang menjauh. Pria itu mencekik leher Isha membuat Isha merasa kesakitan dan sulit bernafas.