“Beberapa ratus ekor semut akan patuh pada ratu mereka. Tapi ketika sang ratu dibunuh, kekacauan terjadi.”
* * * * *
Devan mendongak saat mendengar langkah kaki. Dia berdiri dan menghampiri dinding kaca. Saat itulah dia melihat Isha berjalan masuk bersama dengan Jenderal Elang.
“Isha!” Panggil Devan.
Segera Isha menghampiri dinding kaca di mana sang kakak dikurung. Kedua tangannya ditempelkan di dinding kaca itu. Saat itulah Devan bisa melihat bekas air mata di pipi sang adik. Membuat laki-laki itu cemas padanya.
“Isha, apakah terjadi hal buruk? Kenapa kamu menangis? Apa mereka menyakitimu?” tanya Devan.
Isha menggelengkan kepalanya. “Enggak, Kak. Mereka enggak menyakitiku. Mereka hanya memintaku untuk menunjukkan apakah aku bisa berkomunikasi dengan hewan-hewan buas atau tidak. Tapi…”
Devan memicingkan matanya. “Tapi kenapa?”
“Tapi mereka menggunakan hewan buas itu untuk membunuh manusia, Kak. Itu yang membuatku takut.”
Devan mengepalkan kedua tangannya. Dia merasa kesal karena tidak bisa berbuat apapun untuk adiknya. Bahkan dia tidak bisa membawa sang adik keluar dari sini.
“Untuk saat ini, lakukan apa yang mereka inginkan, Isha. Aku akan mencari jalan keluarnya.” Devan berusaha menenangkan sang adik.
Isha menganggukkan kepalanya. “Iya, Kak.”
“Tidak ada jalan keluar dari sini. Kakakmu hanya berbohong padamu, Gadis kecil. Bawa dia masuk ke dalam tabungnya.” Perintah Jenderal Elang kepada dua tentara yang berjalan bersamanya.
Setelah kedua tentara itu menarik Isha pergi, Elang berjalan menghampiri Devan. Kakak Isha itu menahan dirinya untuk tidak emosi menghadapi sang Jenderal.
“Adikmu memiliki kekuatan yang sangat menakjubkan, Devan.”
“Adikku bukan alat pembunuh, Brengsek!”
Elang tersenyum sinis. “Sayangnya dia akan menjadi alat pembunuh yang sangat cantik, Devan. Kamu akan melihat bagaimana kehebatan adikmu ketika melawan para musuh.”
Devan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Aku enggak akan membiarkan kamu menjadikan adikku sebagai mesin pembunuh yang kamu inginkan. Kita akan lihat nanti, Pak. Bagaimana kekuatan adikku yang sangat kamu sukai itu akan membunuhmu.”
Sang jenderal terdiam. Dia teringat dengan kejadian di kandang singa yang nyaris merenggut nyawanya. Isha memang mampu melakukannya. Tapi dia tidak melakukannya karena Elang masih bisa mengancamnya dengan menggunakan sang kakak.